tag:blogger.com,1999:blog-44806233607799291012024-03-13T14:19:31.684-07:00planktonplanktonhttp://www.blogger.com/profile/05994868802237187193noreply@blogger.comBlogger6125tag:blogger.com,1999:blog-4480623360779929101.post-84545589162011967562012-04-23T22:00:00.000-07:002012-04-23T22:01:34.923-07:00Struktur Komunitas Zooplankton Pada Ekosistem Mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<br />
STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON <br />
PADA EKOSISTEM MANGROVE DESA KEDUNG MALANG, <br />
KECAMATAN KEDUNG, KABUPATEN JEPARA <br />
<br />
<br />
<br />
S K R I P S I <br />
<br />
<br />
Oleh : <br />
ARIZKA NOVIANTO <br />
K2D 006 021 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
JURUSAN ILMU KELAUTAN <br />
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN <br />
UNIVERSITAS DIPONEGORO <br />
SEMARANG <br />
2011 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON <br />
PADA EKOSISTEM MANGROVE DESA KEDUNG MALANG, <br />
KECAMATAN KEDUNG, KABUPATEN JEPARA <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Oleh : <br />
ARIZKA NOVIANTO <br />
K2D 006 021 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh <br />
Derajat Sarjana S1 Pada Program Studi <br />
Ilmu Kelautan <br />
Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan <br />
Universitas Diponegoro <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
JURUSAN ILMU KELAUTAN <br />
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN <br />
UNIVERSITAS DIPONEGORO <br />
SEMARANG <br />
2011 <br />
<br />
<br />
<br />
LEMBAR PENGESAHAN <br />
<br />
Judul Skripsi : Struktur Komunitas Zooplankton Pada Ekosistem <br />
Mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, <br />
Kabupaten Jepara <br />
Nama Mahasiswa : Arizka Novianto <br />
Nomor Induk Mahasiswa : K2D 006 021 <br />
Jurusan / Program Studi : Ilmu Kelautan / Ilmu Kelautan <br />
<br />
<br />
<br />
Mengesahkan, <br />
<br />
<br />
Pembimbing Utama, <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Dr. Rudhi Pribadi <br />
NIP. 19641120 199103 1 001 <br />
Pembimbing Anggota, <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Ir. Hadi Endrawati, DESU <br />
NIP. 19600707 199003 2 001 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Dekan Ketua <br />
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Jurusan Ilmu Kelautan <br />
Universitas Diponegoro <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Prof. Dr.Ir. Johannes Hutabarat, M.Sc. Ir. Irwani, M.Phil. <br />
NIP. 19510323 197603 1 001 NIP. 19640424 199103 1 001 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
LEMBAR PENGESAHAN <br />
<br />
<br />
Judul Skripsi : Struktur Komunitas Zooplankton Pada Ekosistem <br />
Mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, <br />
Kabupaten Jepara <br />
Nama Mahasiswa : Arizka Novianto <br />
Nomor Induk Mahasiswa : K2D 006 021 <br />
Jurusan / Program Studi : Ilmu Kelautan / Ilmu Kelautan <br />
Skripsi ini telah disidangkan di hadapan Tim Penguji <br />
pada tanggal : 26 Januari 2011 <br />
<br />
<br />
Penguji <br />
(Pembimbing Utama) <br />
<br />
<br />
<br />
Dr. Rudhi Pribadi. <br />
NIP. 19641120 199103 1 001 <br />
<br />
<br />
Penguji <br />
(Pembimbing Anggota) <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Ir. Hadi Endrawati, DESU <br />
NIP. 19600707 199003 2 001 <br />
<br />
Penguji <br />
(Penguji Utama) <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Ir.Ria Azizah TN, M.Si. <br />
NIP. 19620228 198703 2 003 <br />
. Penguji <br />
(Penguji Anggota) <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Ir. R. Ario, M.Sc. <br />
NIP.19600105 198703 1 002 <br />
Penguji <br />
(Penguji Anggota) <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Dra. Ken Suwartimah <br />
NIP.19520426 198703 2 001 <br />
<br />
<br />
Panitia Ujian Akhir <br />
Ketua <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Dr. Rudhi Pribadi. <br />
NIP. 19641120 199103 1 001 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH <br />
<br />
<br />
<br />
Dengan ini saya, Arizka Novianto menyatakan bahwa Karya/Skripsi ini <br />
adalah asli karya saya sendiri dan Karya Ilmiah ini belum pernah diajukan sebagai <br />
pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata satu (S1) dari <br />
Universitas Diponegoro maupun Perguruan Tinggi lain. <br />
Semua informasi yang dimuat dalam Karya Ilmiah ini berasal dari penulis lain <br />
baik yang dipublikasikan atau telah diberikan penghargaan dengan mengutip nama <br />
sumber secara benar dan semua isi dari Karya Ilmiah/Skripsi ini sepenuhnya menjadi <br />
tanggung jawab saya sebagai penulis. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Semarang, Januari 2011 <br />
Penulis <br />
<br />
<br />
Arizka Novianto <br />
NIM K2D 006 021 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
RINGKASAN <br />
<br />
Arizka Novianto. K2D006021. Struktur Komunitas Zooplankton Pada Ekosistem <br />
Mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. <br />
( Pembimbing : Rudhi Pribadi dan Hadi Endrawati). <br />
<br />
<br />
Sebagaimana daerah pesisir di pantai utara Jawa, kawasan ekosistem mangrove <br />
di Kedung Malang sudah mengalami kerusakan. Kerusakan kawasan ini dikarenakan <br />
khususnya oleh adanya alih fungsi dari ekosistem mangrove menjadi daerah <br />
pertambakan. Peralihan fungsi ekosistem mangrove menjadi pertambakan <br />
diperkirakan menyebabkan perubahan kondisi lingkungan yang akan berakibat <br />
kepada berubahnya sistem produkvitas perairan dan berakibat pula terhadap jumlah <br />
dan jenis zooplankton di kawasan tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui <br />
struktur komunitas zooplankton yang hidup di ekosistem mangrove desa Kedung <br />
Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. <br />
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kedung Malang Kecamatan Kedung, <br />
Jepara pada bulan April sampai dengan Agustus tahun 2009. Penelitian ini <br />
menggunakan metode deskriptif eksploratif dengan pengambilan data menggunakan <br />
metode survey contoh dan penentuan daerah penelitian menggunakan metode <br />
pertimbangan (purposive sampling). Lokasi pengambilan sampel dibagi menjadi tiga <br />
stasiun. Stasiun I mewakili ekosistem mangrove Rhizophora mucronata kerapatan <br />
rendah, Stasiun II ekosistem mangrove Rhizophora mucronata dengan kerapatan <br />
rendah yang berasosiasi dengan rumput Cyperus sp, dan Stasiun III vegetasi <br />
mangrove Rhizophora mucronata kerapatan tinggi. Pengambilan sampel dilakukan <br />
selama 4 kali dengan selang waktu dua minggu sekali masing–masing dengan <br />
pengulangan tiga kali menggunakan plankton net dengan mesh size 100 µm dan <br />
dilakukan secara pasif. <br />
Hasil penelitian ditemukan 11 genus dari 2 Filum zooplankton yaitu <br />
Arthropoda (10 genus) dan Moluska (1 genus). Secara umum genus yang sering <br />
ditemukan di Kedung Malang adalah genus Acartia. Kelimpahan berkisar antara <br />
126638-159833 ind./l dan yang tertinggi terdapat pada Stasiun 3. Untuk Indeks <br />
Keanekaragaman berkisar antara 1,33-1,97 sehingga termasuk kategori rendah. Nilai <br />
Indeks Keseragaman berkisar antara 0,71-0,94 masuk dalam kategori tinggi dan <br />
Indeks Dominansi bernilai antara 0,07–0,28 yang menyebabkan tidak ada dominansi. <br />
<br />
<br />
<br />
Kata Kunci : Ekosistem Mangrove, Struktur Komunitas, Zooplankton <br />
<br />
<br />
SUMMARY <br />
<br />
Arizka Novianto. K2D006021. Community Structure of Zooplankton in Mangrove <br />
Ecosystem of Kedung Malang, District Kedung, Jepara. ( Supervisors : Rudhi <br />
Pribadi and Hadi Endrawati). <br />
<br />
As commonly happen in the northern coast of Java, mangrove ecosystem of <br />
Kedung Malang, District Kedung, Jepara is degraded due to human activities such as <br />
extensive aquaculture pond construction. This type of land conversion, in most cases, <br />
will lead into environmental changes including nearby coastal waters productivity <br />
which reflected on the number of living phyto and zooplankton. The research was <br />
aimed to investigate the community structure of zooplankton in mangrove ecosystem <br />
of Kedung Malang, District Kedung, Jepara. <br />
<br />
The study was conducted in a mangrove ecosystem of Kedung Malang, <br />
District Kedung, Jepara between April to August 2009. An explorative-descriptive <br />
research method was applied for the study, using sampling survey method for data <br />
collection and purposive sampling method for site selection. There were three station <br />
have been designated i.e.: Station I representing a low density of Rhizophora <br />
mucronata- dominated vegetation area, Station II low density of Rhizophora <br />
mucronata associated with Cyperus grasses, and Station III a higher density of <br />
Rhizophora mucronata- dominated vegetation area. Sample was passively collected <br />
using a 100 µm mesh sized planktonet in four sampling periods each with three <br />
sampling replications every two weeks. <br />
<br />
The result showed that at least 11 genera of 2 phylums of zooplankton i.e.: <br />
Arthropoda (10 genera) and Molusc (1 genus) was collected in the study site, and <br />
Acartia was the most frequently found genus. The zooplankton density was between <br />
126638-159833 ind./l and the most dense was found in Station III. The zooplankton <br />
diversity was low (Diversity Index between 1,33-1,97) but the evenness was high <br />
(Index of Evenness between 0,71-0,94). It seems there was no such genera <br />
domination appeared which reflected on low value of Domination Index (0,07–0,28) <br />
<br />
Key Words : Mangrove Ecosystem, Community Structure, Zooplankton <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
KATA PENGANTAR <br />
<br />
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa <br />
atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan <br />
laporan skripsi dengan judul “Struktur Komunitas Zooplankton Pada Ekosistem <br />
Mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara”. <br />
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas fitoplankton <br />
yang ada di ekosistem mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, <br />
Kabupaten Jepara. <br />
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada: <br />
1. Dr. Rudhi Pribadi dan Ir. Hadi Endrawati, DESU selaku dosen pembimbing atas <br />
saran dan bimbingan yang diberikan. <br />
2. Dr. Ocky Karna Radjasa selaku dosen wali atas segala motivasi dan arahannya <br />
selama perkuliahan. <br />
3. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan perhatian dan <br />
memahami serta senantiasa memberikan bantuan materi dan spiritual sehingga <br />
segala hambatan dapat dilalui dengan lancar. <br />
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan penelitian ini yang <br />
tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu. <br />
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini masih <br />
sangat jauh dari sempurna, oleh karenanya sumbangan saran dan kritik demi <br />
perbaikan penulisan skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini <br />
dapat bermanfaat. <br />
<br />
<br />
Semarang, Januari 2011 <br />
<br />
<br />
Penulis <br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR ISI <br />
Hal. <br />
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i <br />
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii <br />
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................. iv <br />
RINGKASAN ........................................................................................................ v <br />
SUMMARY .......................................................................................................... vi <br />
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii <br />
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii <br />
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x <br />
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii <br />
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii <br />
I. PENDAHULUAN <br />
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1 <br />
1.2. Pendekatan Masalah ............................................................................. 2 <br />
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 3 <br />
1.4. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 3 <br />
II. TINJUAN PUSTAKA <br />
2.1. Mangrove ............................................................................................ 4 <br />
2.1.1. Definisi Mangrove ................................................................... 4 <br />
2.1.2. Distribusi Mangrove ................................................................. 4 <br />
2.1.3. Fungsi Mangrove ...................................................................... 6 <br />
2.1.4. Komponen Mangrove ............................................................... 7 <br />
2.2. Zooplankton ........................................................................................ 9 <br />
2.2.1. Tinjauan Umum Zooplankton .................................................. 9 <br />
2.2.2. Klasifikasi Zooplankton ......................................................... 12 <br />
2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelimpahan <br />
Zooplankton Klasifikasi Zooplankton ................................... 18 <br />
2.2.1. Zooplankton di Ekosistem Mangrove ................................... 23 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
III. MATERI DAN METODA <br />
3.1. Materi Penelitian ............................................................................... 25 <br />
3.2. Metode Penelitian ............................................................................. 26 <br />
3.2.1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ...................................... 26 <br />
3.2.2. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 27 <br />
3.2.3. Identifikasi Sampel ................................................................. 29 <br />
3.2.4. Pengambilan Data Parameter Lingkungan .............................. 29 <br />
3.3. Analisa Data ....................................................................................... 29 <br />
3.3.1. Kelimpahan Zooplankton ......................................................... 30 <br />
3.3.2. Indeks Keanekaragaman ......................................................... 30 <br />
3.3.3. Indeks Keseragaman (Evenness Index) ................................... 31 <br />
3.3.4. Indeks Dominansi .................................................................... 32 <br />
3.3.5. Indeks Kesamaan Komunitas ................................................... 32 <br />
<br />
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN <br />
4.1. Hasil ................................................................................................... 34 <br />
4.1.1. Komposisi Zooplankton ......................................................... 34 <br />
4.1.2. Kelimpahan Zooplankton ....................................................... 34 <br />
4.1.3. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominasi ......... 39 <br />
4.1.4. Indeks Kesamaan Komunitas ................................................. 40 <br />
4.1.5. Nilai Parameter Lingkungan ................................................... 41 <br />
4.2. Pembahasan ............................................................................ 42 <br />
4.2.1. Komposisi Zooplankton ......................................................... 42 <br />
4.2.2. Kelimpahan Zooplankton ....................................................... 44 <br />
4.2.3. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominasi .......... 46 <br />
4.2.1. Indeks Kesamaan Komunitas Zooplankton ............................ 49 <br />
<br />
<br />
V. KESIMPULAN DAN SARAN <br />
5.1. Kesimpulan ....................................................................................... 51 <br />
5.2. Saran ................................................................................................. 51 <br />
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 53 <br />
LAMPIRAN ......................................................................................................... 58 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR TABEL <br />
Hal. <br />
<br />
1. Luasan hutan mangrove di Indonesia .............................................................. 5 <br />
<br />
2. Pengelompokkan zooplankton berdasarkan ukurannya ................................. 11 <br />
<br />
3. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian struktur komunitas <br />
zooplankton di ekosistem mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan <br />
Kedung, Kabupaten Jepara ............................................................................ 25 <br />
<br />
4. Komposisi genus Zooplankton yang ditemukan selama penelitian pada <br />
ekosistem mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, <br />
Kabupaten Jepara. ......................................................................................... 35 <br />
<br />
5. Kelimpahan rata-rata Zooplankton berdasarkan stasiun dan waktu <br />
pengamatan pada ekosistem mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan <br />
Kedung, Kabupaten Jepara. ........................................................................... 36 <br />
<br />
6. Nilai dan kategori Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (e), <br />
Keseragaman (e) dan Indeks Dominasi (C) pada stasiun dan waktu <br />
sampling pada ekosistem mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan <br />
Kedung, Kabupaten Jepara ............................................................................. 39 <br />
<br />
7. Indeks Kesamaan Komunitas zooplankton pada stasiun dan waktu <br />
sampling ....................................................................................................... 40 <br />
<br />
8. Nilai rata-rata dan kisaran parameter lingkungan selama penelitian pada <br />
ekosistem mangrove desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten <br />
Jepara .............................................................................................................. 41 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR GAMBAR <br />
Hal. <br />
<br />
1. Peta lokasi penelitan di ekosistem mangrove Desa Kedung Malang, <br />
Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara .......................................................... 28 <br />
<br />
2. Grafik kelimpahan rata-rata zooplankton (ind./L) berdasarkan stasiun <br />
pengamatan pada ekosistem mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan <br />
Kedung, Kabupaten Jepara. ............................................................................ 37 <br />
<br />
3. Grafik kelimpahan rata-rata zooplankton (ind./L) berdasarkan waktu <br />
pengamatan pada ekosistem mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan <br />
Kedung, Kabupaten Jepara ............................................................................. 38 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR LAMPIRAN <br />
Hal. <br />
1. Kelimpahan rata-rata zooplankton (ind/L) pada Stasiun 1 di ekosistem <br />
mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. ...... 54 <br />
<br />
2. Kelimpahan rata-rata zooplankton (ind/L) pada Stasiun 2 di ekosistem <br />
mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. ...... 60 <br />
<br />
3. Kelimpahan rata-rata zooplankton (ind/L) pada Stasiun 3 di ekosistem <br />
mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. ...... 61 <br />
<br />
4. Gambaran secara umum lokasi penelitian pada ekosistem mangrove Desa <br />
Kedung Malang, Kecamatan, Kedung, Kabupaten Jepara. ............................... 62 <br />
<br />
5. Foto kegiatan penelitian struktur komunitas zooplankton di ekosistem <br />
mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. ...... 63 <br />
<br />
6. Beberapa genus zooplankton yang ditemukan di ekosistem mangrove Desa <br />
Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara ................................. 64 <br />
<br />
7. Data pasang dan surut Kabupaten Jepara bulan Mei dan Juni 2009. ................ 66 <br />
<br />
8. Data curah hujan Kabupaten Jepara bulan Mei dan Juni 2009 ......................... 67 <br />
<br />
9. Kelimpahan rata-rata fitoplankton (ind/L) pada Stasiun 1 di ekosistem <br />
mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. ...... 68 <br />
<br />
10. Kelimpahan rata-rata fitoplankton (ind/L) pada Stasiun 2 di ekosistem <br />
mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten <br />
Jepara………… ................................................................................................ 69 <br />
<br />
11. Kelimpahan rata-rata fitoplankton (ind/L) pada Stasiun 3 di ekosistem <br />
mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. ...... 70 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
I . PENDAHULUAN <br />
<br />
1.1. Latar Belakang <br />
Hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan <br />
suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-<br />
pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh <br />
dalam perairan asin (Nybakken ,1992). Hutan mangrove memiliki peran yang penting <br />
baik secara fisik, ekologi dan ekonomi. Peran hutan mangrove secara fisik antara lain <br />
sebagai penahan gelombang, penahan angin, mencegah terjadinya abrasi dan intrusi <br />
air laut, serta sebagai perangkap zat pencemar. Secara ekologis hutan mangrove <br />
berperan sebagai tempat pemijahan (spawning ground), tempat pembesaran (nursery <br />
ground), dan mencari makan (feeding ground) bagi berbagai jenis hewan seperti ikan, <br />
udang, kepiting, moluska, reptilia, mamalia dan burung. Secara ekonomi peranan <br />
hutan mangrove sebagai sumber bahan bakar (kayu arang), bahan bangunan, bahan <br />
industri kertas, makanan dan obat-obatan serta konversi mangrove menjadi tambak <br />
untuk tujuan komersial (Nontji, 1993; Nybakken, 1992, Pramudji, 2001; Gunarto <br />
2004). <br />
Sebagai suatu ekosistem, hutan mangrove terdiri dari komponen biotik dan <br />
abiotik. Komponen abiotik yang mempengaruhi ekosistem mangrove antara lain : <br />
suhu, arus dan pasang surut, kedalaman, salinitas, pH, DO, kecerahan, dan bahan <br />
nutrien yang tersedia. Secara biotik komponen mangrove terdiri dari 2 kelompok <br />
besar yaitu flora dan fauna termasuk didalamnya kelompok mikroorganisme yang <br />
salah satunya adalah zooplankton (Hogarth, 2007). <br />
<br />
<br />
Zooplankton merupakan biota yang berperanan penting terhadap produktivitas <br />
sekunder, karena berperan sebagai penghubung produsen primer dengan konsumen <br />
yang lebih tinggi ( Arinardi et. al, 1996 ). Zooplankton merupakan konsumen <br />
pertama dalam perairan yang memanfaatkan produsen primer yaitu fitoplankton. <br />
Keberadaan zooplankton pada suatu perairan dapat digunakan untuk mengetahui <br />
tingkat produktivitas suatu perairan (Odum, 1971; Bougis, 1974; Romimohtarto dan <br />
Juwana, 1998), karena kelimpahan zooplankton pada suatu perairan dapat <br />
menggambarkan jumlah ketersediaan makanan, maupun kapasitas lingkungan/ daya <br />
dukung lingkungan yang dapat menunjang kehidupan biota. Oleh karenanya <br />
perubahan yang terjadi pada suatu wilayah perairan dapat diketahui dengan melihat <br />
perubahan kelimpahan biota zooplankton. <br />
<br />
1.2. Pendekatan Masalah <br />
Wilayah Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara, merupakan <br />
daerah pantai yang banyak di dominansi oleh ekosistem mangrove. Sebagaimana <br />
daerah pesisir di pantai utara Jawa, kawasan ekosistem mangrove di Kedung Malang <br />
sudah mengalami kerusakan. Kerusakan kawasan ini dikarenakan khususnya oleh <br />
adanya alih fungsi dari ekosistem mangrove menjadi daerah pertambakan. Peralihan <br />
fungsi ekosistem mangrove menjadi pertambakan diperkirakan menyebabkan <br />
perubahan kondisi lingkungan yang akan berakibat kepada berubahnya sistem <br />
produkvitas perairan dan berakibat pula terhadap jumlah dan jenis zooplankton di <br />
kawasan tersebut. <br />
<br />
<br />
Mengingat sangat pentingnya zooplankton bagi kehidupan biota laut yang <br />
hidup di perairan tersebut dan merupakan penghubung produsen primer dengan <br />
tingkat pakan yang lebih tinggi maka perlu dikakukan penelitian tentang struktur <br />
komunitas zooplankton di daerah Kedung Malang. <br />
<br />
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian <br />
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas <br />
zooplankton di ekosistem mangrove Kedung Malang Kabupaten Jepara. <br />
Manfaat yang diperoleh melalui penelitian ini yaitu diharapkan dapat <br />
memberikan informasi tentang struktur komunitas zooplankton dan untuk <br />
pengelolaan ekosistem mangrove di masa mendatang mengingat belum adanya <br />
pengelolaan yang baik terhadap ekosistem mangrove di Desa Kedung Malang, <br />
Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. <br />
<br />
1.4. Waktu dan Tempat Penelitian <br />
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga bulan Agustus 2009 di <br />
daerah Muara Sungai Serang yang secara administrasi termasuk daerah Desa Kedung <br />
Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. Sungai Serang merupakan tanda <br />
pembatas antara dua kabupaten, yaitu Kabupaten Demak dan Kabupaten Jepara. <br />
Identifikasi sampel zooplankton dilakukan di Laboratorium Jurusan Ilmu Kelautan <br />
UNDIP, Semarang. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
I. TINJAUAN PUSTAKA <br />
<br />
2.1. Mangrove <br />
2.1.1. Definisi Mangrove <br />
Secara harfiah kata mangrove menurut Mac Nae (1968), merupakan perpaduan <br />
bahasa Portugis mangue (tumbuhan laut) dan bahasa Inggris grove (semak-belukar), <br />
menjadi mangrove yakni semak belukar yang tumbuh di tepi laut. Dalam bahasa <br />
Inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di <br />
daerah pasang surut maupun untuk individu-individu spesies tumbuhan yang <br />
menyusun komunitas tersebut. Ditambahkan pula oleh FAO (1994), bahwa kata <br />
mangrove digunakan baik untuk individu spesies tumbuhan maupun komunitasnya. <br />
Namun demikian, dalam bahasa Portugis kata mangrove digunakan untuk <br />
menyatakan individu spesies tumbuhan, sedangkan kata mangal untuk menyatakan <br />
komunitas tumbuhan tersebut. <br />
Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum yang <br />
digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang <br />
didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang <br />
mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. <br />
<br />
2.1.2. Distribusi Mangrove <br />
Tumbuhan mangrove diperkirakan berasal dari Indo-Malaysia sehingga <br />
menjadi pusat kawasan biodiversitas mangrove dunia. Spesies ini terbawa arus laut <br />
ke seluruh pantai daerah tropis dan subtropis yaitu pada garis lintang 25°LU dan <br />
<br />
<br />
25° LS. Dari kawasan Indo-Malaysia, mangrove tersebar ke barat hingga India dan <br />
Afrika Timur, sedangkan ke timur hingga Amerika dan Afrika Barat <br />
(Atlantik). Namun demikian luas dan keragaman mangrove di daerah <br />
Amerika dan Afrika Barat lebih rendah dibandingkan Asia dan Afrika Timur (Walsh, <br />
1974; Tomlison, 1994). Wilayah Asia Tenggara sedikitnya ditemukan 268 jenis <br />
mangrove yang terdiri dari 129 jenis pohon, 50 jenis herba, 28 jenis perdu, 28 jenis <br />
epifit, 24 jenis paku, 7 jenis palma, 1 jenis pandan dan 1 jenis cycad (Giesen, et al., <br />
2007). Menurut Noor et al., (1999), Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia <br />
(3,5 juta ha), Brasil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha), Australia (0,97 juta ha) dan <br />
Malaysia (0,64 juta ha). Namun demikian menurut Saputro et al, pada tahun 2009 <br />
luas hutan mangrove di Indonesia tinggal 3,24 juta ha dan daerah Papua mempunyai <br />
areal terluas yaitu 1,63 juta ha. <br />
Tabel 1. Luasan Hutan Mangrove di Indonesia <br />
No. Provinsi <br />
Luasan Mangrove <br />
(ha) No. Provinsi <br />
Luasan Mangrove <br />
(ha) <br />
1 <br />
Nanggroe Aceh <br />
Darussalam 22.950,32 17 Nusa Tenggara Barat 11.921,18 <br />
2 Sumatera Utara 50.369,79 18 Nusa Tenggara Timur 20.678,45 <br />
3 Bengkulu 2.321,87 19 Kalimantan Barat 149.344,19 <br />
4 Jambi 12.528,32 20 Kalimantan Tengah 68.132,45 <br />
5 Riau 206.292,64 21 Kalimantan Selatan 56.552,06 <br />
6 Kepulauan Riau 54.681,92 22 Kalimantan Timur 364.254,99 <br />
7 Sumatera Barat 3.002,69 23 Sulawesi Utara 7.348,68 <br />
8 Bangka Belitung 64.561,92 24 Gorontalo 12.315,46 <br />
9 Sumatera Selatan 149.707,43 25 Sulawesi Tengah 67.320,13 <br />
10 Lampung 10.533,68 26 Sulawesi Selatan 12.315,47 <br />
11 DKI Jakarta 500,675 27 Sulawesi Tenggara 44.030,34 <br />
12 Banten 2.936,19 28 Sulawesi Barat 3.182,20 <br />
13 Jawa Barat 7.932,95 29 Maluku Utara 39.659,73 <br />
14 Jawa Tengah 4.857,94 30 Maluku 139.090,92 <br />
15 Jawa Timur 18.253,87 31 Papua dan Papua Barat 1.634.003,45 <br />
16 Bali 1.925,05 <br />
Sumber : Saputro et al (2009). <br />
<br />
<br />
Ekosistem mangrove di Provinsi Jawa Tengah menurut Saputro et al., (2009), <br />
tersebar di empat Kabupaten yaitu Jepara, Rembang, Brebes dan Cilacap dengan 52 <br />
jenis mangrove yang telah teridentifikasi. Luasan hutan mangrove di Kabupaten <br />
Cilacap lebih luas dibandingkan kabupaten lainnya yaitu sebesar 4.175 ha. <br />
<br />
2.1.3. Fungsi Mangrove <br />
Ekosistem mangrove mempunyai banyak kegunaan baik secara fisik, ekologi, <br />
sosial-ekonomi dan sosial-budaya. Secara fisik, ekosistem mangrove dapat berfungsi <br />
menjaga garis pantai agar tetap stabil dan mempercepat perluasan lahan (Gunarto, <br />
2004). Selain itu, mangrove juga dapat berperan untuk menahan intrusi air laut, <br />
fungsi ini sama dengan fungsi hutan yaitu menyimpan air tanah. Kemampuan ini <br />
telah terbukti dari lahan yang mangrovenya terjaga dengan baik, kondisi air tanah <br />
tidak terintrusi air laut (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2008). <br />
Secara ekologis, ekosistem mangrove juga berperan sebagai habitat (tempat <br />
tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran <br />
(nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi organisme yang hidup <br />
di padang lamun ataupun terumbu karang. Ekosistem mangrove merupakan penghasil <br />
detritus, sumber nutrien dan bahan organik yang dibawa ke ekosistem padang lamun <br />
oleh arus laut. Di samping hal-hal tersebut di atas, ketiga ekosistem tersebut juga <br />
menjadi tempat migrasi atau sekedar berkelana organisme-organisme perairan, dari <br />
hutan mangrove ke padang lamun kemudian ke terumbu karang atau sebaliknya <br />
(Kaswadji, 1993). <br />
<br />
<br />
Secara sosial ekonomis mangrove merupakan penghasil keperluan rumah <br />
tangga (kayu bakar, arang, bahan bangunan, bahan makanan, obat-obatan), penghasil <br />
keperluan industri (bahan baku kertas, tekstil, kosmetik, penyamak kulit, pewarna), <br />
penghasil bibit ikan, nener udang, kepiting, kerang, madu, dan telur burung, <br />
pariwisata, penelitian, dan pendidikan ( Santoso dan H.W. Arifin, 1998). <br />
<br />
2.1.4. Komponen Mangrove <br />
Sebagai suatu ekosistem, hutan mangrove terdiri dari komponen biotik dan <br />
abiotik. Komponen-komponen ekosistem mangrove bervariasi pada satu area dengan <br />
yang lainnya, keadaan ini terjadi karena adanya interaksi dan respon individu spesies <br />
berupa toleransi fisiologi terhadap faktor – faktor lingkungan. Beberapa komponen <br />
abiotik yang mempengaruhi ekosistem mangrove antara lain: faktor fisik seperti suhu, <br />
arus, pasang surut, salinitas, kecerahan, dan faktor kimia seperti pH, DO, bahan <br />
nutrien. <br />
Secara biotik komponen mangrove terdiri dari 2 kelompok besar yaitu flora / <br />
tumbuhan dan fauna termasuk didalamnya kelompok mikroorganisme (Hogarth, <br />
2007). Di Indonesia diperkirakan terdapat 89 jenis tumbuhan mangrove yang terdiri <br />
dari 35 jenis pohon, 5 jenis terna, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit, dan 2 <br />
jenis parasit (Nontji, 1987). Sedangkan Khazali (1999), menyebutkan bahwa <br />
mangrove di Indonesia mempunyai keragaman jenis yang tinggi yaitu memiliki 202 <br />
jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis perdu, 44 <br />
jenis liana, 44 jenis epifit dan 1 jenis paku yang terbagi menjadi 2 kelompok yaitu <br />
mangrove sejati (true mangrove) dan mangrove ikutan (asociate). <br />
<br />
<br />
Tomlinson (1994), mengklasifikasikan vegetasi mangrove menjadi tiga <br />
komponen, yaitu : <br />
1. Komponen mangrove mayor, yakni mangrove yang berkemampuan membentuk <br />
tegakan murni dan secara dominan mencirikan struktur komunitas, secara <br />
morfologi mempunyai bentuk-bentuk adaptif khusus (bentuk akar dan viviparitas) <br />
terhadap lingkungan mangrove, dan mempunyai mekanisme fisiologis dalam <br />
mengontrol garam. Terdiri dari 5 famili dengan 9 genus, yaitu : Avicennia <br />
(Avicenniaceae), Bruguiera (Rhizophoraceae), Ceriops (Rhizophoraceae), <br />
Rhizophora (Rhizophoraceae), Kandelia (Rhizophoraceae), Sonneratia <br />
(Sonneratiaceae), Nypa (Palmae), Lumnitzera (Combretaceae), dan Laguncularia <br />
(Combretaceae). <br />
2. Komponen mangrove minor, yakni flora mangrove yang tidak mampu <br />
membentuk tegakan murni. Komponen minor terdiri dari 11 genus dari famili <br />
yang berbeda. Contohnya adalah Excoecaria, Xylocarpus, Heritiera, Aegiceras, <br />
Aegialitis, Acrostichum, Camptostemon, Scyphiphora, Pemphis, Osbornia dan <br />
Pelliciera. <br />
3. Komponen asosiasi mangrove, jenis yang tidak tumbuh pada komunitas <br />
mangrove yang sesungguhnya dan dapat tumbuh pada tanah daratan (terrestrial). <br />
Komponen asosiasi terdiri dari 29 famili dengan 40 genus, seperti Cerbera, <br />
Acanthus, Derris, Hibiscus, Calamus, dan lain-lain. <br />
Ekosistem mangrove merupakan habitat bagi berbagai fauna, baik fauna khas <br />
mangrove maupun fauna yang berasosiasi dengan mangrove. Berbagai fauna tersebut <br />
<br />
<br />
menjadikan mangrove sebagai tempat tinggal, mencari makan, atau tempat <br />
berkembang biak. <br />
Fauna mangrove hampir mewakili semua phylum, meliputi protozoa sederhana <br />
sampai burung, reptilia dan mamalia. Secara garis besar fauna mangrove dapat <br />
dibedakan atas fauna darat (terrestrial), fauna air tawar dan fauna laut. Fauna darat, <br />
misalnya kera ekor panjang (Macaca spp.), Biawak (Varanus salvator), berbagai <br />
jenis burung, dan lain-lain. Sedangkan fauna laut didominasi oleh Moluska dan <br />
krustasea (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2008). <br />
Mikroorganisme merupakan fauna yang dapat menguraikan molekul organik <br />
pada ekosistem mangrove yang salah satunya adalah zooplankton. Pada dasarnya <br />
hampir semua fauna akuatik muda yang terdapat pada ekosistem mangrove, <br />
dikategorikan sebagai zooplankton. Usia muda dari fauna akuatik (larva) sebagian <br />
besar berada di ekosistem mangrove dan larva dikategorikan sebagai zooplankton, <br />
karena termasuk fauna yang pergerakannya masih dipengaruhi oleh pergerakan air, <br />
sebagaimana pengertian dari plankton itu sendiri (Setyawan et al, 2002). <br />
<br />
2.2. Zooplankton <br />
2.2.1. Tinjauan Umum Zooplankton <br />
Istilah plankton berasal dari kata Yunani yang berarti pengembara. Plankton <br />
hidupnya mengapung atau melayang dan daya geraknya tergantung dari pergerakan <br />
arus atau pergerakan air. Plankton dibagi dalam dua golongan besar yaitu <br />
fitoplankton (plakton tumbuhan atau nabati) dan zooplankton (plankton hewani) <br />
(Arinardi et. al., 1994). <br />
<br />
<br />
Zooplankton atau plankton hewani merupakan suatu organisme yang berukuran <br />
kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus di lautan bebas yang hidupnya <br />
sebagai hewan. Zooplankton sebenarnya termasuk golongan hewan perenang aktif, <br />
yang dapat mengadakan migrasi secara vertikal pada beberapa lapisan perairan, tetapi <br />
kekuatan berenang mereka adalh sangat kecil jika dibandingkan dengan kuatnya <br />
gerakan arus itu sendiri ( Hutabarat dan Evans, 1986). <br />
Berdasarkan siklus hidupnya zooplankton dapat dibedakan menjadi dua <br />
golongan, yaitu sebagai meroplankton dan holoplankton banyak jenis hewan yang <br />
menghabiskan sebagian hidupnya sebagai plankton, khususnya pada tingkat larva. <br />
Plankton kelompok ini disebut meroplankton atau plankton sementara. Sedangkan <br />
holoplankton atau plankton tetap, yaitu biota yang sepanjang hidupnya sebagai <br />
plankton. (Raymont, 1983; Omori dan Ikeda, 1984; Arinardi et al.,1994, 1996). <br />
Meroplankton terdiri atas larva dari Filum Annelida, Moluska, Byrozoa, <br />
Echinodermata, Coelenterata atau planula Cnidaria, berbagai macam Nauplius dan <br />
zoea sebagai Artrhopoda yang hidup di dasar, juga telur dan tahap larva kebanyakan <br />
ikan. Sedangkan yang termasuk holoplankton antara lain : Filum Artrhopoda <br />
terutama Subkelas Copepoda, Chaetognata, Chordata kelas Appendiculata, <br />
Ctenophora, Protozoa, Annelida Ordo Tomopteridae dan sebagian Moluska (Newell <br />
dan Newell, 1977; Raymont, 1983; Omori dan Ikeda, 1984). <br />
Menurut Arinardi et al., (1997), zooplankton dapat dikelompokkan berdasarkan <br />
ukurannya menjadi empat ( Tabel 2). <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Tabel 2. Pengelompokkan zooplankton berdasarkan ukurannya <br />
No. Kelompok Ukuran Organisme Utama <br />
1 Mikroplankton 20 - 200µm <br />
Ciliata, Foraminifera, nauplius, <br />
rotifera, Copepoda <br />
2 Mesoplankton 200µm - 2 mm Cladocera, Copepoda, dan Larvacea <br />
3 Makroplankton 2 - 20 mm <br />
Pteropoda, Copepoda, Euphasid, <br />
Chaetognatha <br />
4 Mikronekton 20 - 200 mm <br />
Chepalopoda,Euphasid, Sargestid dan <br />
Myctophid <br />
5 Megaloplankton > 20 mm Scyphozoa, Thaliacea <br />
Sumber : Arinardi et al., (1997) <br />
Zooplankton merupakan produsen sekunder sehingga penting dalam jaring-<br />
jaring makanan di suatu perairan. Zooplankton memangsa fitoplankton dimana <br />
fitoplankton itu sendiri memanfaatkan nutrient melalui proses fotosintesis (Kaswadji <br />
et al., 1993). Pada proses selanjutnya zooplankton merupakan makanan alami bagi <br />
larva ikan dan mampu mengantarkan energi ke jenjang tropik yang lebih tinggi. <br />
Dalam hubungan dengan rantai makanan zooplankton berperan sebagai penghubung <br />
produsen primer dengan tingkat pakan yang lebih tinggi, sehinnga kelimpahan <br />
zooplankton sering dikaitkan dengan kesuburan peraiaran (Arinardi et. al., 1994). <br />
Dari berbagai jenis zooplankton hanya ada satu golongan saja yang sangat penting <br />
menurut sudut ekologis yaitu subklas Copepoda (klas Crustacea, filum Arthropoda). <br />
Hewan- hewan kecil ini sangat penting artinya bagi ekonomi ekosistem- ekosistem <br />
bahari karena merupakan herbivora primer dalam laut ( Nybakken, 1992). <br />
Menurut Nybakken (1992), zooplankton melakukan migrasi vertikal harian <br />
dimana zooplankton bergerak ke arah dasar pada siang hari dan ke permukaan pada <br />
<br />
<br />
malam hari. Gerakan tersebut dimaksudkan untuk mencari makanan yaitu <br />
fitoplankton. Gerakan pada malam hari lebih banyak dilakukan karena adanya variasi <br />
makanan yaitu fitoplankton lebih banyak, selain itu dimungkinkan karena <br />
zooplankton menghindari sinar matahari langsung (Nontji, 1993). <br />
<br />
2.2.2. Klasifikasi Zooplankton <br />
Arinardi et al., (1994) mengatakan bahwa beberapa filum hewan terwakili di <br />
dalam kelompok zooplankton. Zooplankton terdiri dari beberapa filum hewan antara <br />
lain : filum Protozoa, Cnidaria, Ctenophora, Annelida, Crustacea, Mollusca, <br />
Echinodermata, dan Chordata. <br />
<br />
2.2.2.1 Protozoa <br />
Protozoa dibagi dalam 4 kelas yaitu : Rhizopoda, Ciliata, Flagellata dan <br />
Sporozoa. Kelas Sporozoa tidak ada yang hidup sebagai plankton karena semuanya <br />
merupakan plankton seperti Plasmodium dan Nyzobulus yang hidup dalam tubuh <br />
manusia dan ikan. Mengenai Flagellata, dalam hal ini ”Zooflagellata” yang hidup <br />
sebagai plankton (freeliving) sebetulnya semuanya merupakan tipe holozoik dari alga <br />
yang berflagel seperti Pyrrophyta (Sachlan, 1982). <br />
Beberapa flagelata diklasifikasikan sebagai Fitoflagelata, akan tetapi karena <br />
memiliki sedikit pigmen fotosintesis dan makan dengan cara memangsa maka <br />
dimasukkan ke dalam golongan zooplankton. Jenis ini paling banyak terdapat dalam <br />
peridinia dan paling banyak diketahui adalah Nocticula miliaris dengan ciri – ciri <br />
<br />
<br />
memiliki diameter 200 – 1200 µm damn ditandai dengan flagelum yang panjangnya <br />
sama dengan tubuhnya, jenis ini dapat melakukan bioluminisense (Bougis, 1976). <br />
Cilliata sebagian besar hidup bebas di air tawar, dan ada hanya beberapa <br />
golongan yang hidup di laut (golongan Tintinnidae). Cilliata ini merupakan <br />
zooplankton sejati di air tawar, tetapi banyak hidup diantara Periphyton atau di dasar <br />
sebagai bentos, dimana terdapat banyak detritus yang membusuk (Sachlan, 1982). <br />
Rhizopoda merupakan zooplankton yang penting di air laut maupun air tawar, <br />
selain itu ia juga penting untuk ilmu Paleontologi dan Geologi. Rhizopoda memiliki <br />
arti kaki- kaki yang bebtuknya seperti akar tumbuh- tumbuhan yang tidak teratur. <br />
Rhizopoda dianggap berasal dari genera-genera alga dari Saprophytic-type seperti <br />
Chloramoeba, Gametamoeba, dan Chrysamoeba. Rhizopora terdiri dari beberapa <br />
ordo:Amoebina, Foraminifera, Radiolaria dan Heliozoa (Sachlan, 1982). Contoh <br />
genus dari filum Protozoa antara lain : Paramecium, Vorticella, Dileptus, <br />
Dinoclonium, dan Rabdonella ( Hutabarat dan Evans, 1986). <br />
<br />
2.2.2.2. Cnidaria <br />
Cnidaria terdiri dari klas Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa. Hanya pada kelas <br />
Hydrozoa, dimana Hydra juga termasuk dan terdiri dari spesies-spesies berupa ubur-<br />
ubur kecil yang hidup sebagai plankton (Sachlan, 1982). <br />
Bentuk morfologi Cnidaria terkadang sangat rumit walaupun memiliki struktur <br />
yng sederhana. Cnidaria memiliki 2 lapisan sel, yaitu external dan lapisan internal <br />
yang dipisahkan oleh lapisan gelatin non selular yang disebut mesoglea. Karakteristik <br />
<br />
<br />
penting Cnidaria adalah adanya sel penengat (nematocysts) yang menyuntikkan <br />
venum yang dapat melumpuhkan mangsanya (Bougis, 1976). <br />
Termasuk dalam filum Cnidaria yang holoplanktonik ialah ubur-ubur dari kelas <br />
Hydrozoa dan Scypozoa, serta koloni-koloni yang kompleks dan aneh dikenal dengan <br />
nama sifonofora. Ubur-ubur dari kelas Scypozoa merupakan organisme plankton <br />
terbesar dan kadang-kadang terdapat dalam jumlah besar (Nybakken, 1992). Contoh <br />
genus dari filum Cnidaria antara lain : Obelia, Liriope, Bougaivillia, Diphyes ( <br />
Hutabarat dan Evans, 1986). <br />
<br />
2.2.2.3. Ctenophora <br />
Filum Ctenophora yang secara taksonomi masih dekat dengan Cnidaria <br />
sebagian besar bersifat planktonik. Semua Ctenophora adalah karnivora rakus, yang <br />
menangkap mangsanya dengan tentakel- tentakel yang lengket atau dengan mulutnya <br />
yang sangat lebar. Untuk bergerak dalam air menggunakan deretan- deretan silia yang <br />
besar yang disebut stenes (Nybakken, 1992). Perbedaan Ctenophora dengan Cnidaria <br />
adalah tidak adanya sel penyengat (nematocysts) pada Ctebophora tetapi memiliki sel <br />
pelengket yang disebut coloblast dimana sel ini dapat melekatkan mangsanya <br />
(Bougis, 1976). <br />
Ctenophora dahulu di masukkan dalam filum Coelenterata tetapi kemudian di <br />
pisahkan, karena tidak mempunyai nematokis dan hanya mempunyai struktur-<br />
struktur seperti sisir (cteno). Spesies ini sangat transparan dan tidak berwarna <br />
(Sachlan, 1982). Contoh genus dari filum Ctenophora antara lain : Pleurobrachia, <br />
Velamen, Beroe ( Hutabarat dan Evans, 1986). <br />
<br />
<br />
2.2.2.4. Annelida <br />
Annelida ini cukup banyak terdapat sebagai meroplankton di laut. Di perairan <br />
air tawar jenis Annelida ini hanya terdapat lintah (ordo Hirudinae) dan dapat menjadi <br />
parasit pada ikan-ikan yang dipelihara di kolam. Banyak meroplankton dari Annelida <br />
ini terdapat di pantai-pantai yang subur, seperti halnya meroplankton dari Crustacea. <br />
Larva- larva Annelida bernama trochophore larva, jika baru keluar dari telur, <br />
berbentuk bulat atau oval, besilia dan mempunyai tractus digesvitus agar di lautan <br />
bebas dapat memakan nanoplankton dan detritus yang halus ( Sachlan, 1982). <br />
<br />
2.2.2.5. Arthropoda <br />
Menurut Nybakken (1992) bagian terbesar zooplankton adalah anggota filum <br />
arthropoda. Dari phylum Arthropoda hanya Crustacea yang hidup sebagai plankton <br />
dan merupakan zooplankton terpenting bagi ikan di perairan air tawar maupun air <br />
laut. Crustacea berarti hewan-hewan yang mempunyai sel yang terdiri dari kitin atau <br />
kapur yang sukar dicerna. Crustacea dapat dibagi menjadi 2 golongan: Entomostracea <br />
atau udang-udangan tingkat rendah dan Malacostracea atau udang-udangan tingkat <br />
tinggi. Sebagian besar dari larva Malacostracea merupakan meroplankton dan <br />
sebagian besar mati sebagai plankton karena di makan oleh spesies hewan yang lebih <br />
besar atau mati karena kekurangan makanan. Entomostracea yang terdiri dari ordo-<br />
ordo Branchiopoda, Ostracoda, Copepoda dan Cirripedia, tidak mempunyai stadium <br />
zoea seperti halnya Malocostracea. Entomostracea yang merupakan zooplankton <br />
ialah Cladocera, Ostracoda dan Copepoda, sedangkan dari Malacostracea hanya <br />
<br />
<br />
Mycidacea dan Euphausiacea yang merupakan zooplankton kasar atau <br />
makrozooplankton (Sachlan, 1982). <br />
Salah satu subkelas Crustacea yang penting bagi perairan adalah Copepoda. <br />
Copepoda adalah crustacea holoplanktonik berukuran kecil yang mendominasi <br />
zooplankton di semua laut dan samudera. Pada umumnyacopepoda yang hidfup bebas <br />
berukuran kecil, panjangnya antara satu dan beberapa milimeter. Kedua antenanya <br />
yang paling besar berguna untuk menghambat laju tenggelamnya. Copepoda makan <br />
fitoplankton dengan cara menyaringnya melalui rambut–rambut (setae) <br />
halus yang tumbuh di appendiks tertentu yang mengelilingi mulut (maxillae), atau <br />
langsung menangkap fitoplankton dengan apendiksnya (Nybakken, 1992). <br />
Bougis (1974) menjelaskan bahwa copepoda merupakan biota plankton yang <br />
mendominasi jumlah tangkapan zooplankton yang berukuran besar (2500 µm) <br />
pada suatu perairan dengan kelimpahan mencapai 30% atau lebih sepanjang tahun <br />
dan dapat meningkat sewaktu-waktu selama masa reproduksi. <br />
Copepoda mendominasi populasi zooplankton di perairan laut dengan <br />
persentase berkisar antara 50-80% dari biomassa zooplankton dalam ekosistem laut. <br />
Beberapa diantaranya bersifat herbivor (pemakan fitoplankton) dan membentuk rantai <br />
makanan antara fitoplankton dan ikan. Copepoda merupakan organisme laut yang <br />
sangat beragam dan melimpah, dan merupakan mata rantai yang sangat penting <br />
dalam rantai makanan dan ekonomi lautan (Wickstead 1976). Contoh genus dari <br />
Arthropoda antara lain Paracalanus, Pseudocalanus, Acartia, Euchaeta, Calanus, <br />
Oithona, Microsetella (Hutabarat dan Evans, 1986). <br />
<br />
<br />
<br />
2.2.2.6. Molluska <br />
Mollusca terdiri dari klas Gastropoda, Pelecypoda (Bivalvea) dan Cephalopoda. <br />
Di periran air tawar, meroplankton dari Gastropoda dan Bivalvea tidak begitu <br />
berperan penting (Sachlan, 1982). <br />
Filum Molluska biasanya terdiri dari hewan-hewan bentik yang lamban. <br />
Namun, terdapat pula bermacam mollusca yang telah mengalami adaptasi khusus <br />
agar dapat hidup sebagai holoplankton. Mollusca planktonik yang telah mengalami <br />
modifikasi tertinggi ialah ptepropoda dan heteropoda. Kedua kelompok ini secara <br />
taksonomi dekat dengan siput dan termasuk kelas Gastropoda. Ada dua tipe <br />
pteropoda, yang bercangkan (ordo Thecosomata) dan yang telanjang (ordo <br />
Gymnosomata). Pteropoda bercangkang adalah pemakan tumbuhan (herbivora), <br />
cangkangnya rapuh dan berenang menggunakan kakinya yang berbentuk sayap. <br />
Pteropoda telanjang dapat berenang lebih cepat daripada yang bercangkang. <br />
Heteropoda adalah karnivora berukuran besar dengan tubuh seperti agar-agar yang <br />
tembus cahaya (Nybakken, 1992). Contoh genus dari filum Moluska antara lain : <br />
Creseis, Limacina, Cavolina, Diacria, Squid ( Hutabarat dan Evans, 1986). <br />
<br />
2.2.2.7. Echinodermata <br />
Phylum Echinodermata hanya larva-larva dari beberapa ordo yang termasuk <br />
meroplankton. Ada larva yang bentuknya seperti larva Chordata, sehingga ada <br />
anggapan bahwa Chordata adalah keturunan Echinodermata. Genus-genus <br />
Echinodermata yang larva-larvanya merupakan meroplankton ialah Bipinaria, <br />
<br />
<br />
Brachiolarva dan Auricularia, yang ada pada waktunya akan mengendap semua pada <br />
dasar laut sebagai benthal-fauna (Sachlan, 1982). <br />
Semua Echinodermata melalui fase larva pelagik dalam perkembangannya. <br />
Sama seperi hewan lainnya lamanya menjadi larva pelagik tergantung pada telurnya, <br />
kurang baik atau sudah bagus (Newell dan Newell, 1977). Contoh genus dari filum <br />
Echinodermata antara lain : Echinopluteus, Ophiopluteus, dan Auricularia <br />
(Hutabarat dan Evans, 1986). <br />
<br />
2.2.2.8. Chordata <br />
Chordata termasuk dalam ordo Mamalia,menurut evolusi merupakan keturunan <br />
dari spesies-spesies yang hidup sebagai zooplankton dan bentuknya mirip dengan <br />
larva-larva Echinodermata. Dari 4 subfilum dari Chordata hanya ada 2 yang hidup <br />
sebagai zooplankton yaitu Enteropneusta dan Urochordata. Larva-larva dari <br />
Enteropneusta inilah yang bentuknya seperti larva Echinodermata, seperti Tornaria-<br />
larva (Sachlan, 1982). Contoh genus dari filum Chordata antara lain : Thalia, <br />
Oikopleura, dan Fritillaria (Hutabarat dan Evans, 1986). <br />
<br />
2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelimpahan Zooplankton <br />
Kelimpahan zooplankton pada suatu perairan dipengaruhi oleh faktor-faktor <br />
abiotik yaitu : suhu, kecerahan, kecepatan arus, salinitas,pH, DO (Kennish, 1990; <br />
Sumich, 1992; Romimohtarto dan Juwana, 1999). Sedangkan faktor biotik yang dapat <br />
mempengaruhi distribusi zooplankton adalah bahan nutrien dan ketersedian makanan <br />
(Kennish, 1990; Sumich, 1992). <br />
<br />
<br />
2.2.3.1. Suhu <br />
Suhu perairan mempengaruhi keberadaan zooplankton secara fisiologis dan <br />
ekologis (Kennish, 1990). Secara fisiologis perbedaan suhu perairan sangat <br />
berpengaruh terhadap fekunditas, lama hidup, dan ukuran dewasa zooplankton. <br />
Secara ekologis perubahan suhu menyebabkan perbedaan komposisi dan kelimpahan <br />
zooplankton. <br />
Suhu mempengaruhi daur hidup organisme dan merupakan faktor pembatas <br />
penyebaran suatu jenis dalam hal ini mempertahankan kelangsungan hidup, <br />
reproduksi, perkembangan dan kompetisi (Krebs, 1985). Sedangakan menurut Dawes <br />
(1981) suhu yang baik bagi biota laut untuk hidup normal adalah 20 -35 ºC <br />
dengan fluktuasi tidak lebih dari 5 ºC. Menurut Ray dan Rao (1964) dalam Dawson <br />
(1979) suhu yang baik untuk kelimpahan zooplankton di daerah tropika secara umum <br />
berkisar antara 24˚C - 30˚C. <br />
<br />
2.2.3.2. Kecerahan <br />
Definisi dari kecerahan adalah jarak yang bisa ditembus cahaya dalam kolom <br />
air dan kedalaman merupakan fungsi dari kecerahan, sedangkan kekeruhan air adalah <br />
suatu ukuran bias cahaya di dalam air yang menunjukkan derajat kegelapan di dalam <br />
suatu perairan yang disebabkan adanya partikel- partikel yang hidup maupun yang <br />
mati yang dapat mengurangi transmisi cahaya (APHA, 1995). Semakin besar nilai <br />
kecerahan akan meningkatkan hasil produktifitas primer dalam bentuk biomassa yang <br />
merupakan pendukung utama kehidupan komunitas pada lingkungan tertentu (Tait, <br />
1981). <br />
<br />
<br />
2.2.3.3. Arus <br />
Arus merupakan faktor utama yang membatasi penyebaran biota dalam <br />
perairan (Odum, 1971). Arus laut dapat membawa larva planktonik jauh dari habitat <br />
induknya menuju ke tempat mereka menetap dan berkembang (Jackson, 1986). Pada <br />
daerah mangrove, arus yang disebabkan pasang surut mempunyai pengaruh nyata <br />
terhadap distribusi plankton. Arus mempunyai arti penting dalam menentukam <br />
pergerakan dan distribusi plankton pada suatu perairan. Arus merupakan sarana <br />
transportasi baku untuk makanan maupun oksigen bagi suatu organisme air (Hawkes, <br />
1978). Pergerakan zooplankton terjadi secara vertikal pada beberapa lapisan perairan, <br />
tetapi kekuatan berenangnya sangat kecil bila dibandingkan dengan kekuatan arus <br />
tersebut (Hutabarat dan Evans, 1986; Nybakken, 1992). <br />
<br />
2.2.3.4. Salinitas <br />
Zooplankton memiliki kepekaan yang tinggi terhadap tingkat salinitas pada <br />
perairan di ekosistem mangrove. Tingkat toleransi pada tiap-tiap zooplankton sangat <br />
bervariasi (Kennish, 1990). Salinitas yang ekstrim dapat menghambat pertumbuhan <br />
dan meningkatkan kematian pada zooplankton (Odum, 1993). Menurut Sachlan <br />
(1982), pada salinitas 0 - 10 ppt hidup plankton air tawar, pada salinitas 10 – 20 ppt <br />
hidup plankton air tawar dan laut, sedangkan pada salinitas yang lebih besar dari 20 <br />
ppt hidup plankton air laut. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
2.2.3.5. Derajat Keasaman (pH) <br />
Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan <br />
organisme perairan, sehingga sering dipakai untuk menyatakan baik buruknya suatu <br />
perairan. Menurut Raymont (1963), pH dapat mempengaruhi plankton dalam proses <br />
perubahan dalam reaksi fisiologis dari berbagai jaringan maupun pada reaksi enzim. <br />
Tait (1981) menyatakan bahwa kisaran pH optimum bagi pertumbuhan plankton <br />
adalah 5,6-9,4. <br />
<br />
2.2.3.6. Oksigen Terlarut (DO) <br />
Oksigen terlarut dalah gas untuk respirasi yang sering menjadi faktor pembatas <br />
dalam lingkungan perairan. Ditinjau dari segi ekosistem, kadar oksigen terlarut <br />
menentukan kecepatan metabolisme dan respirasi serta sangat penting bagi <br />
kelangsungan dan pertumbuhan organisme air. Kandungan oksigen terlarut akan <br />
berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas (Sachlan, 1982; Nybakken, 1988). <br />
Menurut Raymont (1963), konsentrasi dari oksigen terlarut paling rendah yang <br />
dibutuhkan oleh organisme perairan adalah 1 ppm. <br />
<br />
2.2.3.7. Bahan Nutrien <br />
Komponen nutrien utama yang sangat diperlukan dalam menentukan tingkat <br />
kesuburan perairan adalah nitrat dan fosfat. Nitrat (NO3) adalah komponen nitrogen <br />
yang paling melimpah keberadaannya di laut. Nitrogen merupakan bagian esensial <br />
dari seluruh kehidupan karena berfungsi sebagai pembentuk protein dalam jaringan <br />
sehingga aktifitas yang utama seperti fotosintesis dan respirasi tidak dapat <br />
<br />
<br />
berlangsung tanpa tersedianya nitrogen yang cukup (Ranoemihardjo dan <br />
Martosoedarmo, 1988). <br />
Proses utama dalam metabolism nitrat adalah penyerapan pada proses <br />
fotosintesa fitoplankton, regenerasi nitrat melalui proses dekomposisi oksida bahan-<br />
bahan organik di bawah permukaan kolom air di permukaan sedimen, juga <br />
denitrifikasi yang terjadi dalam kondisi anaerob (Tait, 1981; Millero dan Sohn, 1992). <br />
Menurut Vollenweinder ( 1968) dalam Gunawati (1984) penentuan tingkat <br />
kesuburan perairan berdasarkan konsentrasi nitrat sebagai berikut : <br />
< 0,226 : kesuburan kurang <br />
0,226 – 1,129 : kesuburan sedang <br />
1,130 – 11,29 : kesuburan tinggi <br />
Zooplankton memperoleh nitrogen organik dan anorganik dari fitoplankton dan <br />
mikroorganisme, kemudian mengekresikan nitrogen organik dalam feses yang akan <br />
mengendap atau menjadi terlarut. Aktivitas mikroorganisme bentik dapat merubah <br />
nitrogen organik menjadi anorganik di dalam sedimen. Bakteri juga berperan dalam <br />
siklus nitrogen yaitu merubah nitrogen organik terlarut menjadi anorganik. (Tait, <br />
1981; Meadows dan Campbell, 1993). <br />
Nutien tidak secara langsung dibutuhkan zooplankton. Fitoplankton <br />
menggunakan nitrat untuk perkembangannya. Perkembangan fitoplankton akan <br />
mempengaruhi pula perkembangan zooplankton, hal ini dikarenakan fitoplankton <br />
adalah makanan utama bagi zooplankton (Wickstead, 1965). <br />
Fosfat merupakan faktor pembatas bagi produktifitas suatu perairan. Perairan <br />
dengan kandungan fosfat yang tinggi melebihi kebutuhan normal organisme nabati <br />
<br />
<br />
yang ada di perairan tersebut, maka akan menyebabkan terjadinya eutofikasi ( <br />
Nybakken, 1992). Secara alamiah, fosfor tidak terdapat dalam bentuk bebas namun <br />
dalam bentuk fosfat. Dalam sisitem perairan, fosfat berada dalam bentuk fosfat <br />
terlarut atau fosfat organik yang terkandung dalam biota plankton (Tait, 1981; <br />
Michael, 1994). <br />
Joshimura (1976) dalam Wardoyo (1982) menggolongkan tingkat kesuburan <br />
perairan berdasarkan konsentrasi fosfat terlarut sebagai berikut : <br />
< 0,02 : rendah <br />
0,021 – 0,05 : cukup <br />
0,051 – 0,10 : baik <br />
<br />
2.2.3.8. Ketersediaan Makanan <br />
Distribusi zooplankton melimpah di perairan berkaitan erat dengan <br />
ketersediaan makanan atau fitoplankton sebagai makanannya ( Meadows dan <br />
Campbell, 1993). Wijayanti et al. (1995) menambahkan bahwa komposisi dari <br />
komunitas zooplankton bervariasi dari tahun ke tahun dikarenakan perubahan <br />
makanan dan lingkungan tempat hidupnya. Jenis fitoplankton yang dimakan <br />
zooplankton antara lain Chaeteceros, Skeletonema, Fraggilaria, Oscillatoria, <br />
Ceratium (Soedibjo, 2006). <br />
<br />
2.2.4. Zooplankton di Ekosistem Mangrove <br />
Hutan mangrove merupakan ekosistem produktif yang mendukung sejumlah <br />
besar kehidupan melalui rantai makanan yang dimulai dari tumbuh-tumbuhan. <br />
<br />
<br />
Tanaman mangrove, termasuk bagian batang, akar, dan daun yang berjatuhan <br />
memberikan habitat bagi spesies akuatik yang berasosiasi dengan ekosistem <br />
mangrove. Ekosistem ini berfungsi sebagai tempat untuk memelihara larva, tempat <br />
bertelur dan tempat pakan bagi berbagai spesies akuatik ( Nontji, 1987 ). <br />
Pada dasarnya hampir semua fauna akuatik muda yang terdapat pada ekosistem <br />
mangrove, dikategorikan sebagai zooplankton (Setyawan et.al, 2002). Usia muda dari <br />
fauna akuatik (larva) sebagian besar berada di ekosistem mangrove. Zooplanton yang <br />
terdapat di perairan mangrove pada umumnya termasuk dalam copepoda (larva <br />
crustacea), beberapa spesies dapat dijumpai disini karena seperti yang dijelaskan <br />
diatas mangrove merupakan tempat pemijahan (Setyawan et al, 2002). Zooplankton <br />
suka hidup di ekosistem mangrove, hal ini dikarenakan mangrove memiliki beberapa <br />
fungsi ekologis diantaranya daerah tempat pencarian pakan (feeding ground), daerah <br />
asuhan (rearing ground), daerah pemijahan (spawing ground) dan daerah penetasan <br />
(nursery ground) (Zainuri et. al., 2008). <br />
Hasil penelitian Nugroho (2005), Sembiring (2006),dan Cahyono (2006) di <br />
Segara Anakan Cilacap menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara <br />
ekosistem mangrove dengan kelimpahan zooplankton. Selain itu, hasil penelitian dari <br />
Aji (2009) di Teluk awur Jepara juga menunjukkan bahwa ekosistem mangrove <br />
mempengaruhi kelimpahan zooplankton. Penelitian di Segara Anakan Cilacap <br />
menunjukkan kelimpahan zooplankton tinggi yaitu 158.746 ind./l (Nugroho, 2005), <br />
hal ini diduga karena ekosistem mangrovenya masih dalam kondisi baik. <br />
. <br />
<br />
<br />
<br />
III. MATERI DAN METODA <br />
<br />
3.1. Materi Penelitian <br />
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah zooplankton yang terdapat <br />
pada sampel air yang diambil dari lokasi penelitian di ekosistem mangrove Desa <br />
Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara berdasarkan stasiun–stasiun <br />
yang telah ditentukan. Pengukuran parameter lingkungan meliputi suhu, salinitas, pH, <br />
oksigen terlarut, nitrat, fosfat, kecerahan, dan kecepatan arus. Alat dan bahan yang <br />
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. <br />
Tabel 3. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian struktur komunitas <br />
zooplankton di ekosistem mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan <br />
Kedung, Kabupaten Jepara. <br />
No. Alat dan Bahan Kegunaan Ketelitian <br />
1 Planktonet Mengambil sampel 100µm <br />
2 Termometer Mengukur suhu 0,5 ºC <br />
3 pH meter Mengukur pH <br />
4 Refraktometer Mengukur salinitas 0,01 ppt <br />
5 Sedwick rafter Mengamati sampel 1 ml <br />
6 Kamera digital Mengambil gambar zooplankton 5 Megapixel <br />
7 GPS Menentukan Lokasi <br />
8 Mikroskop Mengamati sampel Perbesaran 100X <br />
9 Water Quality Cheker Mengukur parameter air (DO) <br />
10 Botol sampel Menyimpan sampel 100 ml <br />
11 Bak plastik Untuk Mengambil air 10 liter <br />
12 Pipet tetes Mengambil sampel <br />
13 Buku identifikasi Mengidentifikasi zooplankton <br />
14 Alat tulis Mencatat data <br />
15 Formalin Mengawetkan sampel 4% <br />
16 Kertas label Menandai botol sampel <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
3.2. Metode Penelitian <br />
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif <br />
eksploratif, dimana metode deskriptif adalah metode yang berusaha membuat <br />
pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap kejadian atau tentang <br />
populasi tertentu pada wilayah dimana salah satu cirinya adalah membuat <br />
perbandingan dan evaluasi (Suryabrata, 1983). Metode deskriptif digunakan karena <br />
penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan struktur komunitas zooplankton pada <br />
vegetasi mangrove. Sementara itu metode eksploratif adalah metode yang bertujuan <br />
untuk menggali secara luas tentang sebab atau hal yang mempengaruhi terjadinya <br />
sesuatu (Arikunto, 1993). Metode ini dipakai karena penelitian dilakukan untuk <br />
mengetahui struktur komunitas zooplankton pada daerah bervegetasi yang berbeda <br />
tipe dan kerapatannya sesuai dengan apa yang ada di lokasi penelitian. Data yang <br />
didapatkan berupa data jumlah dan genus zooplankton pada daerah bervegetasi <br />
mangrove yang berbeda tipe dan kerapatannya. Data yang didapat dideskripsikan <br />
dalam bentuk tabel dan grafik sedangkan analisa data yang dilakukan meliputi <br />
Kelimpahan, Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominasi, dan Indeks Kesamaan <br />
Komunitas. <br />
<br />
3.2.1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian <br />
Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi sampling adalah purposive <br />
sampling method yaitu mengambil beberapa lokasi dengan pertimbangan keadaan <br />
lingkungan yang ada di lapangan dengan kelompok kunci yang mewakili keseluruhan <br />
(Hadi, 2004). Penentuan lokasi sampling menggunakan metode ini karena penelitian <br />
<br />
<br />
zooplankton dilakukan untuk mengetahui struktur komunitas zooplankton di <br />
ekosistem mangrove yang memiliki tipe dan kerapatan yang berbeda-beda, maka <br />
lokasi penelitian dibagi menjadi tiga stasiun ( Stasiun I, Stasiun II, Stasiun III ). <br />
Penentuan stasiun dengan pertimbangan bahwa stasiun I merupakan ekosiste <br />
mangrove Rhizophora mucronata kerapatan rendah dan letaknya dekat dengan laut <br />
kurang lebih 5 meter . Stasiun II merupakan daerah ekosistem mangrove Rhizophora <br />
mucronata kerapatan rendah yang berasosiasi dengan rumput (Cyperus sp.) yang <br />
letaknya lebih dekat dengan sungai kurang lebih 3 meter. Stasiun III merupakan <br />
daerah ekosistem mangrove Rhizophora mucronata kerapatan tinggi yang agak jauh <br />
dari laut dan sungai (Gambar 1). <br />
<br />
3.2.2. Metode Pengumpulan Data <br />
Metode pengumpulan data zooplankton dalam penelitian ini menggunakan <br />
sample survey method, yaitu metoda pengumpulan data yang mencatat sebagian kecil <br />
populasi atau sample namun hasilnya diharapkan dapat menggambarkan sifat <br />
populasi dari obyek penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1982). Pengambilan sampel <br />
menggunakan sistem pasif (Romimohtarto, 1998) dikarenakan kedalaman setiap <br />
stasiun kurang dari 1 meter sehingga tidak dimungkinkan untuk melakukan <br />
pengambilan sampel dengan metode aktif. Air sampel yang diambil sebanyak 50 liter <br />
menggunakan bak plastik yang memiliki volume 10 liter sebanyak 5 kali. Air disaring <br />
menggunakan planktonnet dengan ukuran mesh size 100 µm dan akan ditampung ke <br />
dalam wadah penampung yang memiliki volume 1 liter. Hasil penyaringan diambil <br />
200 ml untuk dijadikan sampel dan diberi formalin 4% sebanyak 1 ml. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar 1. Peta lokasi penelitian di ekosistem mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan. Kedung, Kabupaten <br />
Jepara <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
3.2.3. Identifikasi Sample <br />
Identifikasi sampel dilakukan dengan bantuan mikroskop perbesaran 100x <br />
dan sedwick rafter yang mempunyai panjang 50 mm, lebar 20 mm, dan tinggi 10 mm <br />
sehingga volumenya 1000mm3<br />
. Sampel zooplankton diambil dengan menggunakan <br />
pipet sebanyak 1 ml kemudian dimasukkan ke sedqwick rafter. Sedqwick rafter yang <br />
telah terisi sampel air laut diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali. <br />
Masing-masing sampel setiap stasiun diambil 3 kali untuk diamati. Sampel kemudian <br />
diamati jumlah dan diidentifikasi genusnya. Dengan segala keterbatasan yang ada dan <br />
tingkat ketelitian alat maka identifikasi zooplankton hanya dilakukan sampai genus. <br />
Identifikasi zooplankton dilakukan dengan mengacu pada Sachlan (1982), Newell <br />
dan Newell (1977), Hutabarat dan Evans (1986). <br />
<br />
3.2.4. Pengambilan Data Parameter Lingkungan <br />
Parameter lingkungan yang diukur guna mendukung data penelitian meliputi <br />
kualitas air (suhu, salinitas, nitrat dan fosfat) dan kedalaman. Pengukuran dilakukan <br />
setiap pengambilan sampel. Pengambilan data suhu perairan menggunakan <br />
termometer, salinitas menggunakan refraktometer dan pengambilan data pH dan DO <br />
menggunakan Water Quality Checker. Sedangkan nitrat dan fosfat dianalisakan di <br />
Balai Laboratorium Kesehatan, Semarang. <br />
<br />
3.3. Analisis Data <br />
Data zooplankton di analisa dengan menghitung Kelimpahan (K),), Indeks <br />
Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (e), Indeks Dominasi (C), Indeks <br />
<br />
<br />
1 1<br />
f v<br />
Kesamaan Komunitas. Karena dalam penelitian unit individu yang terkecil ditetapkan <br />
sebagai genus maka dalam rumus – rumus analisa ini jenis diasumsikan sebagai <br />
genus. <br />
<br />
3.3.1. Kelimpahan Zooplankton <br />
Kelimpahan adalah banyaknya organisme per satuan volume atau umumnya <br />
dinyatakan sebagai jumlah individu per liter (Odum, 1993). Kelimpahan zooplankton <br />
per liter dihitung dengan menggunakan rumus Odum (1993) dalam Arinardi et al. <br />
(1997). <br />
<br />
K = n x x <br />
dimana : K = kelimpahan (ind/ l) <br />
n = jumlah individu dalam satu fraksi <br />
f = fraksi (2 ml/ 100 ml) <br />
v = volume air tersaring (l) <br />
Menurut Goldman dan Horne (1989) dalam Muzakki (2003), kesuburan <br />
perairan berdasarkan kelimpahan zooplankton dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: <br />
0 – 2.000 ind./L : tingkat kesuburan rendah (Oligotrofik) <br />
2.000 – 15.000 ind./L : tingkat kesuburan sedang (Mesotrofik) <br />
> 15.000 ind/L : tingkat kesuburan tinggi (Eutrofik) <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
n=1 <br />
3.3.2. Indeks Keanekaragaman <br />
Indeks Keanekaragaman (H’) adalah karakteristik dari suatu komunitas yang <br />
menggambarkan tingkat keanekaragaman dari organisme yang terdapat dalam <br />
komunitas tersebut (Odum, 1993). Indeks Keanekaragaman dihitung dengan rumus <br />
Indeks Shannon –Weinner. Nilai indeks berkisar antara 0-4 dimana makin besar <br />
menunjukkan keanekaragaman yang lebih tinggi. Indeks keanekaragaman dapat <br />
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut adalah : <br />
H’ = - ∑ pi ln pi <br />
<br />
dimana : H’ = indeks keanekaragaman <br />
pi = ni/N <br />
ni = jumlah individu dalam satu jenis <br />
N = jumlah total individu <br />
Kisaran Indeks Keanekaragaman menurut Prawiradilaga et al. (2003) yang <br />
mengacu pada Indeks Shannon-Weinner adalah : <br />
0-1 : keanekaragaman sangat rendah <br />
1-2 : keanekaragaman rendah <br />
2-3 : keanekaragaman sedang <br />
3-4 : keanekaragaman tinggi <br />
4-5 : keanekaragaman sangat tinggi <br />
>5 : keanekaragaman maksimum dari Indeks Shannon-Weinner <br />
<br />
<br />
<br />
H’<br />
H maks<br />
3.3.3. Indeks Keseragaman (Evenness Index) <br />
Indeks Keseragaman digunakan untuk mengetahui keseragaman genus dalam <br />
suatu perairan. Indeks Keseragaman dapat dihitung dengan rumus Pielou (1996) <br />
dalam Arinardi et al. (1997) <br />
<br />
e = <br />
dimana : e = Indeks Keseragaman <br />
H maks = keanekaragaman jenis pada kondisi kemerataan <br />
maksimum = ln s (s = jumlah spesies yang ditemukan) <br />
H’ = indeks keanekaragaman jenis Shannon-Weinner <br />
Menurut Krebs (1985), besarnya Indeks Keseragaman suatu populasi berkisar <br />
antara 0 – 1 dengan kriteria sebagai berikut : <br />
0- 0,4 : Keseragaman jenis rendah <br />
0,4 - 0,6 : Keseragaman jenis sedang <br />
0,6- 1,0 : Keseragaman jenis tinggi <br />
3.3.4. Indeks Dominansi <br />
Menurut Odum (1993) Indeks Dominasi adalah angka yang menggambarkan <br />
komposisi jenis organisme suatu komunitas. Semakin besar nilainya bearti semakin <br />
besar pula kecenderungan jenis tertentu mendominasi kelimpahannya. Indeks <br />
Dominasi dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: <br />
C = 1 - e <br />
Keterangan : C = Indeks Dominansi <br />
Ni = jumlah individu jenis ke – 1 <br />
<br />
<br />
2C<br />
A + B<br />
N = jumlah total individu <br />
Kriteria indeks dominasi menurut Krebs (1985) adalah : <br />
< 0,5 : dominasi jenis rendah <br />
0,5 < C < 1 : dominasi jenis sedang <br />
C > 1 : dominasi jenis tinggi <br />
<br />
3.4.5. Indeks Kesamaan komunitas <br />
Indeks Kesamaan Komunitas adalah indeks yang digunakan untuk <br />
membandingkan prosentase kesamaan komunitas organisme pada lokasi penelitiaan. <br />
Indeks ini menggambarkan besarnya nilai kesamaan komunitas antara dua area atau <br />
lokasi yang bebeda. <br />
Menurut Odum (1971) Indeks Kesamaan Komunitas dirumuskan sebagai <br />
berikut : <br />
S = x 100 % <br />
Keterangan : S = indeks kesamaan antara dua lokasi <br />
A = jumlah spesies dalam lokasi 1 <br />
B = jumlah spesies dalam lokasi 2 <br />
C = jumlah spesies yang sama dalam lokasi 1 dan 2 <br />
Dengan kriteria : <br />
1 % - 30 % : kategori rendah <br />
31 % - 60 % : kategori sedang <br />
61% - 91 % : kategori tinggi <br />
> 91 % : kategori sangat tinggi <br />
<br />
<br />
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN <br />
<br />
4.1. Hasil <br />
4.1.1. Komposisi Zooplankton <br />
Berdasarkan hasil penelitian di kawasan ekosistem mangrove Desa Kedung <br />
Malang Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara secara keseluruhan ditemukan 11 <br />
genus zooplankton yang terdiri dari 2 Filum yaitu Filum Arthropoda yang terdiri dari <br />
: Acartia, Cathocalanus, Euchaeta, Euterpina, Microsetella, Paracalanus, Calanus, <br />
Pseudocalanus, Eucalanus, dan Isopoda, sedangkan dari Filum Moluska hanya satu <br />
genus yaitu Creseis. Genus yang paling sering ditemukan adalah Acartia, <br />
Paracalanus, dan Isopoda, sedangkan genus yang jarang ditemukan antara lain <br />
Cresies, Pseudocalanus, dan Cathocalanus (Tabel 4). <br />
Secara umum berdasarkan lokasi pengamatan terdapat variasi, Stasiun 3 <br />
memiliki komposisi zooplankton lebih tinggi (9 genus) dibandingkan Stasiun 1 dan <br />
Stasiun 2 (masing-masing 7 dan 6 genus). Stasiun 1 komposisi zooplankton berkisar <br />
antara 6-8 genus, Stasiun 2 berkisar antara 6-7 genus, sementara itu pada Stasiun 3 <br />
berkisar antara 8-10 genus, namun tidak ada variasi yang mencolok antar waktu <br />
pengamatan (Tabel 4). <br />
<br />
4.1.2. Kelimpahan Zooplankton <br />
Kelimpahan masing-masing genus berdasarkan stasiun dan waktu <br />
pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5. Kelimpahan rata-rata zooplankton selama <br />
<br />
<br />
Tabel 4. Komposisi genus zooplankton yang ditemukan pada masing- masing lokasi dan tanggal selama penelitian di Desa <br />
Kedung Malang Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara. <br />
<br />
No. Genus Zooplankton <br />
Stasiun I Stasiun II Stasiun III <br />
Minggu Minggu Minggu <br />
I II III IV I II III IV I II III IV <br />
Arhtropoda <br />
Crustacea <br />
1 Acartia + + + + + + + + + + + + <br />
2 Cathocalanus - - - - + - - - - + - + <br />
3 Calanus + + + - + - - - + + - + <br />
4 Euchaeta + + + + + + + + + + + + <br />
5 Euterpina - - - + - + - - + + + - <br />
6 Microsetella + + + + + - + + + + + + <br />
7 Paracalanus + + + + - + + + + + + + <br />
8 Pseudocalanus - + - - - - - + - + + - <br />
9 Eucalanus - + - + + + + + + + + + <br />
10 Isopoda + + + + + + + + + + + + <br />
Molusca <br />
Gastropoda <br />
11 Creseis - - - - - + - - - - - - <br />
Jumlah 68 6 776 6 68 10 8 8<br />
Rata – rata 7 6 9 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Tabel 5. Kelimpahan (ind/l) zooplankton yang ditemukan selama penelitian berdasarkan lokasi dan waktu pengambilan sampel di Desa <br />
Kedung Malang Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara. <br />
<br />
<br />
No<br />
. <br />
Genus <br />
Zooplankton <br />
Stasiun I Rata-<br />
rata <br />
Stasiun II Rata-<br />
rata <br />
Stasiun III <br />
Rata-rata <br />
Rata-<br />
rata <br />
Total <br />
16 Mei 30 Mei 13 Juni 27 Juni 16 Mei 30 Mei 13 juni 27 Juni 16 Mei 30 Mei <br />
13 <br />
Juni 27 Juni <br />
Arthropoda <br />
1 Acartia 48333 48444 76111 52222 56278 72000 56111 64222 56000 62083 68111 84111 32111 44222 57139 58500 <br />
2 Cathocalanus 0 0 0 0 0 8222 0 0 0 2055 0 12000 0 4000 4000 2018 <br />
3 Calanus 12222 24222 24222 0 15167 20111 0 0 0 5027 12222 24111 0 12000 12083 10759 <br />
4 Euchaeta 8222 12000 20000 20000 15056 8000 12222 0 8000 7055 8000 12222 8000 24111 13083 11731 <br />
5 Euterpina 0 0 0 8111 2027 0 8222 0 0 2055 12000 4000 4000 0 5000 3027 <br />
6 Microsetella 4222 16222 28111 16222 16194 0 0 20111 12000 8027 24222 20222 12000 28222 21167 15130 <br />
7 Paracalanus 8000 20000 20111 16111 16056 0 12111 20111 16111 12083 32000 24222 8000 12333 19139 15759 <br />
8 Pseudocalanus 0 12222 0 0 3055 0 0 0 4000 1000 0 4000 4000 0 2000 2018 <br />
9 Eucalanus 0 20000 0 16111 9027 8222 12000 24222 8111 13139 16111 12111 12222 12000 13111 11759 <br />
10 Isopoda 4111 20111 16000 24222 16111 16000 8000 8000 24000 14000 12000 12000 16222 12222 13111 14407 <br />
Molusca 0 <br />
11 Creseis 0 0 0 0 0 0 444 0 0 111 0 0 0 0 0 37 <br />
JUMLAH 85110 173221 184555 152999 148943 132555 109110 136666 128222 127082 184666 208999 96555 149110 159860 145147 <br />
Rata - Rata 148943 127082 159860 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
penelitian pada ekosistem mangrove Desa Kedung Malang, Jepara berdasarkan <br />
stasiun penelitian, menunjukkan bahwa antar stasiun penelitian tidak terdapat <br />
perbedaan kelimpahan yang signifikan. Kelimpahan tertinggi terdapat pada <br />
Stasiun 3 yaitu sebesar 159.833 ind./l, sedangkan untuk Stasiun 1 dan Stasiun 2 <br />
berturut-turut sebesar 148.971 ind./l, 126.638 ind./l (Gambar 2). Sementara itu <br />
berdasarkan waktu pengamatan terdapat perbedaan yang signifikan pada Stasiun 1 <br />
dan Stasiun 3. Stasiun 1 kelimpahan berkisar antara 85.110-184.555 ind./l, <br />
kelimpahan tertinggi terdapat pada Minggu III dan terendah terdapat pada Minggu I. <br />
Stasiun 3 berkisar antara 96.555-208.999 ind./l, kelimpahan tertinggi terdapat pada <br />
Minggu I dan terendah terdapat pada Minggu III (Gambar 3). <br />
<br />
Gambar 2. Grafik kelimpahan rata-rata zooplankton (ind./L) berdasarkan stasiun <br />
pengamatan pada ekosistem mangrove Desa Kedung Malang, <br />
Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar 2. Grafik kelimpahan rata-rata zooplankton (ind./L) berdasarkan waktu <br />
pengamatan pada ekosistem mangrove Desa Kedung Malang, <br />
Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. <br />
<br />
Berdasarkan hasil penelitian kelimpahan rata-rata zooplankton pada ekosistem <br />
mangrove Desa Kedung Malang, Jepara menunjukkan bahwa genus Acartia <br />
merupakan genus yang memiliki kelimpahan tertinggi (56.277-62.083 ind./l), <br />
sedangkan genus yang memiliki kelimpahan terendah yaitu genus Cresies <br />
(0- 111 ind./l). Genus Acartia memiliki kelimpahan rata-rata tertinggi pada Stasiun 2, <br />
sedangkan genus Cresies hanya terdapat pada Stasiun 2. <br />
Kelimpahan rata–rata zooplanton secara umum menunjukkan bahwa genus <br />
yang memiliki kelimpahan tertinggi antara lain genus Acartia, Paracalanus, <br />
Microsetella, Isopoda. Sementara itu genus yang memiliki kelimpahan terendah <br />
antara lain Cresies, Canthocalanus, Pseudocalanus, Euterpina. Berdasarkan stasiun <br />
pengamatan menunjukkan bahwa pada Stasiun I genus tertinggi yaitu Acartia, <br />
Paracalanus, Isopoda, Microsetella, sedangkan yang terendah yaitu Cresies dan <br />
Cathocalanus. Stasiun II genus tertinggi yaitu Acartia, Isopoda, Paracalanus, <br />
<br />
<br />
<br />
sementara itu genus yang terendah yaitu Cresies dan Pseudocalanus. Sementara itu <br />
pada Stasiun III genus yang tertinggi yaitu Acartia dan Microsetella dan genus yang <br />
terendah yaitu Cresies dan Pseudocalanus. <br />
<br />
4.1.3. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Zooplankton <br />
Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman dan Indeks Dominasi <br />
dapat dilihat pada Tabel 6. Secara umum Indeks Keanekaragaman zooplankton <br />
berdasarkan lokasi penelitian tidak terdapat variasi dan termasuk dalam kategori <br />
rendah dengan kisaran 1,33 - 1,97. Indeks Keanekaragaman pada Stasiun I berkisar <br />
antara 1,33-1,97, Stasiun II berkisar 1,39- 1,82 dan Stasiun III berkisar antara 1,61-<br />
1,88. Pada Stasiun I memiliki Indeks Keanekaragaman tertinggi yaitu 1,97 dan <br />
terendah yaitu 1,33. <br />
Tabel 6. Nilai dan kategori Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (e) <br />
dan Indeks Dominasi (C) pada stasiun dan waktu sampling pada ekosistem <br />
mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. <br />
<br />
Lokasi Minggu H' Kategori* E Kategori** (D) Kategori*** <br />
Stasiun <br />
1 <br />
I 1,33 rendah 0,74 tinggi 0,25 TAD <br />
II 1,38 rendah 0,71 tinggi 0,28 TAD <br />
III 1,82 rendah 0,87 tinggi 0,12 TAD <br />
IV 1,97 rendah 0,94 tinggi 0,05 TAD <br />
Stasiun <br />
2 <br />
I 1,56 rendah 0,87 tinggi 0,12 TAD <br />
II 1,82 rendah 0,79 tinggi 0,20 TAD <br />
III 1,61 sedang 0,89 tinggi 0,13 TAD <br />
IV 1,39 rendah 0,77 tinggi 0,22 TAD <br />
Stasiun <br />
3 <br />
I 1,86 rendah 0,89 tinggi 0,10 TAD <br />
II 1,79 rendah 0,92 tinggi 0,07 TAD <br />
III 1,61 rendah 0,82 tinggi 0,17 TAD <br />
IV 1,88 rendah 0,90 tinggi 0,09 TAD <br />
Keterangan : AD : Ada dominasi TAD : Tidak ada dominasi <br />
*: Prawiradilaga (2003) **: Krebs (1985) ***:Simpson (1949) <br />
<br />
<br />
<br />
Sebaliknya secara keseluruhan berdasarkan lokasi penelitian dan waktu <br />
pengamatan nilai Indeks Keseragaman termasuk dalam kategori tinggi dengan <br />
kisaran antara 0,71-0,94 dan tidak terdapat variasi, dimana untuk Stasiun 1 berkisar <br />
antara 0,71-0,94, pada Stasiun 2 berkisar antara 0,77-0,89. Sementara pada Stasiun 3 <br />
berkisar antara 0,82-0,92. Stasiun I memiliki Indeks Keseragaman tertinggi yaitu 0,94 <br />
pada Minggu IV dan terendah yaitu 0,71 pada Minggu II. <br />
Berdasarkan lokasi penelitian dan waktu pengamatan secara umum <br />
menunjukkan bahwa Indeks Dominansi tidak terdapat perbedaan yang signifikan dan <br />
termasuk kedalam kategori tidak ada dominansi dengan kisaran 0,05-0,28. Pada <br />
Stasiun I memiliki Indeks Dominansi tertinggi yaitu 0,28 pada Minggu II dan <br />
terendah yaitu 0,05 pada Minggu IV. <br />
<br />
4.1.4. Indeks Kesamaan Komunitas <br />
Nilai Indeks Kesamaan Komunitas pada lokasi penelitian termasuk pada <br />
kategori tinggi hingga sangat tinggi (Tabel 7). Nilai indeks tertinggi adalah pada <br />
Stasiun I dengan Stasiun III sedangkan indeks terendah pada Stasiun I dengan Stasiun <br />
III. <br />
Tabel 7. Indeks Kesamaan Komunitas Zooplankton pada stasiun dan waktu <br />
sampling pada ekosistem mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan <br />
Kedung, Kabupaten Jepara. <br />
<br />
Lokasi Stasiun I Stasiun II Stasiun III <br />
Stasiun I 93.33% 88.88% <br />
Stasiun II 94.73% <br />
Stasiun III <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
4.1.5. Nilai Parameter Lingkungan <br />
Hasil pengukuran parameter lingkungan selama penelitian disajikan pada <br />
Tabel 8. Berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai parameter <br />
lingkungan untuk nitrat, fosfat dan DO terdapat variasi sedangkan untuk salinitas, <br />
suhu, kedalaman, dan pH tidak berbeda jauh. <br />
Secara umum nilai salinitas berkisar antar 24-29 ppt, Stasiun 1 bernilai lebih <br />
rendah (rata-rata 25,67 ppt) daripada Stasiun 2(26,56 ppt) dan Stasiun 3 (26,33 ppt). <br />
Nilai kedalaman secara umum berkisar antara 0,3-0,6 m, Stasiun 1 cenderung lebih <br />
dalam (rata-rata 0,48 m) dibanding Stasiun 2 (0,43 m) dan Stasiun 3 (0,39 m). <br />
Tabel 8. Nilai rata-rata dan kisaran parameter lingkungan selama penelitian pada <br />
ekosistem mangrove desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten <br />
Jepara (n=3). <br />
<br />
Parameter <br />
Lingkungan <br />
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 <br />
Salinitas (ppt) <br />
25,67 <br />
(24,00 - 27,00) <br />
26,56 <br />
(25,00 - 29,00) <br />
26,33 <br />
(25,00 - 28,00) <br />
Kedalaman (m) <br />
0,48 <br />
(0,40 - 0,60) <br />
0,43 <br />
(0,40 - 0,50) <br />
0,39 <br />
(0,30 - 0,40) <br />
Suhu (°C) <br />
28,53 <br />
(28,41 - 28,63) <br />
28,44 <br />
(28,22 - 28,70) <br />
27,20 <br />
(26,61 - 27,59) <br />
Ph <br />
5,81 <br />
(5,79 - 5,84) <br />
5,79 <br />
(5,70 - 5,85) <br />
5,77 <br />
(5,69 - 5,86) <br />
DO (mg/lt) <br />
3,87 <br />
(3,71 - 4,11 ) <br />
3,22 <br />
(2,84 - 3,82) <br />
2,72 <br />
2,15 - 2,87) <br />
Nitrat N (NO3-N) <br />
0,91 <br />
(0,36 - 1,62) <br />
0,72 <br />
(0,00 - 1,44) <br />
0,68 <br />
(0,00 - 1,10) <br />
Fosfat (PO4) 0,51 <br />
(0,34 - 0,69) <br />
0,69 <br />
(0,54 - 0,84) <br />
0,55 <br />
(0,29 - 0,82 ) <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Nilai Suhu perairan secara umum tidak berbeda jauh antar stasiun berkisar <br />
antara 26,61-28,70 °C, Stasiun 1 memiliki suhu rata-rata 28,53 °C, Stasiun 2 28,44 <br />
°C dan Stasiun 3 27,20 °C. Nilai kisaran pH perairan secara umum tidak berbeda jauh <br />
antar stasiun berkisar antara 5,69-5,86, Stasiun 1 memilki pH rata-rata 5,81, Stasiun 2 <br />
(5,79) dan Stasiun 3 (5,77). Nilai kandungan oksigen terlarut secara umum berkisar <br />
antara 2,15-4,11mg/l, Stasiun 1 memilki kandungan oksigen terlarut lebih tinggi (3,87 <br />
mg/l) dibandingkan Stasiun 2 (3,22 mg/l) dan Stasiun 3 (2,72 mg/l). <br />
Berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan kandungan nitrat perairan secara <br />
umum berkisar antara 0,00-1,62 mg/l, Stasiun 1 memilki nilai lebih tinggi (0,91 <br />
mg/lt) daripada Stasiun 2 antara (0,72 mg/l) dan Stasiun 3 (0,68 mg/l). Sedangkan <br />
hasil pengukuran kandungan fosfat perairan secara umum berkisar antara 0,29-0,84 <br />
mg/l, Stasiun 1 memilki nilai lebih rendah (0,51 mg/l) dibanding Stasiun 2 (0,69 <br />
mg/l) dan Stasiun 3 antara (0,55 mg/l). <br />
<br />
4.2. Pembahasan <br />
4.2.1. Komposisi Zooplankton <br />
Berdasarkan hasil penelitian di daerah ekosistem mangrove Kedung Malang <br />
Jepara ditemukan 11 genus zooplankton yang termasuk ke dalam 2 filum yaitu <br />
Acartia, Cathocalanus, Euchaeta, Euterpina, Microsetella, Calanus, Paracalanus, <br />
Pseudocalanus, Eucalanus, Isopoda (Arthropoda) dan Creseis (Moluska). Hasil ini <br />
hampir sama dengan yang ditemukan di lokasi Teluk Awur Jepara yaitu 11 genus <br />
tetapi dari 4 filum (Aji, 2009), namun jauh lebih sedikit dibanding hasil penelitian <br />
<br />
<br />
<br />
yang dilakukan di Segara Anakan Cilacap (Nugroho, 2005) dan di muara Sungai <br />
Silandak, Semarang (Fauziyah, 2009) yang masing-masing menemukan 36 genus dari <br />
5 filum dan 35 genus dari 7 filum. Persamaan jumlah genus antara penelitian ini <br />
dengan Teluk Awur Jepara antara lain dimungkinkan karena posisi pantai Teluk <br />
Awur dan Kedung Malang masih dalam satu garis dan memiliki pasang surut yang <br />
kurang lebih sama. Selain itu, persamaan metode pengambilan sampel air yaitu <br />
metode pasif. Sementara itu, perbedaan jumlah genus antara penelitian ini dengan <br />
Segara Anakan Cilacap dan muara Sungai Silandak diduga selain karena perbedaan <br />
lokasi, metode pengambilan sampel juga periode sampling, dan kondisi lingkungan. <br />
Posisi Segara Anakan Cilacap yang terletak di pantai selatan Jawa, serta meskipun <br />
muara sungai Silandak yang juga terdapat di pantai utara Jawa akan tetapi jaraknya <br />
jauh dengan Kedung Malang dan dimungkinkan memiliki rezim pasang surut yang <br />
berbeda diduga mempengaruhi perbedaan jumlah genus yang ditemukan. Dalam <br />
penelitian yang dilakukan di Segara Anakan dan muara Sungai Silandak metode <br />
pengambilan sampel yang digunakan adalah metode aktif, dan periode pengambilan <br />
sampelnya dilakukan lebih lama yaitu 4 bulan dan 3 bulan. Selain itu, penelitian yang <br />
dilakukan di muara sungai Silandak Semarang juga ada variasi dalam waktu <br />
pengambilan sampel yaitu dengan mengambil pada saat pasang dan surut. Kondisi <br />
mangrove di daerah Kedung Malang termasuk dalam keadaan rusak, berbeda dengan <br />
mangrove di Segara Anakan yang masih relatif baik, dimana masih ditemukan 26 <br />
spesies dari 15 filum (Pamungkas, 2003), sementara di Kedung Malang 5 spesies <br />
(Handayani, 2009). Hal ini ,dimungkinkan karena Segara Anakan merupakan laguna <br />
tempat bermuara beberapa sungai seperti sungai Cimeneng, Cibereum, Cikonde, serta <br />
<br />
<br />
<br />
sungai Citanduy (BPKSA, 2003). Begitu juga mangrove di Sungai Silandak <br />
Semarang secara umum juga masih dalam kondisi lebih baik dibanding di Kedung <br />
Malang Jepara walaupun hanya ditemukan 4 spesies (Putri, 2010). <br />
Arthropoda merupakan filum dengan jumlah genus yang paling banyak yaitu <br />
10 genera. Hal tersebut senada dengan penelitian di Teluk Awur Jepara (Aji, 2009), <br />
Segara Anakan Cilacap (Nugroho, 2005), dan muara sungai Silandak Semarang <br />
(Fauziyah, 2009) yang juga menemukan Arthropoda sebagai filum yang paling <br />
dominan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Nybakken (1988), bahwa sebagian <br />
besar organisme dari zooplankton yang mendominasi di semua perairan laut adalah <br />
anggota filum Arthropoda kelas Crustacea (terutama subkelas Copepoda). Lebih <br />
lanjut Wickstead (1976) menambahkan bahwa Copepoda mendominasi populasi <br />
zooplankton di perairan laut dengan persentase berkisar antara 50%-80% dari total <br />
biomasa zooplankton yang ada, dan sebagian besar diantaranya bersifat omnivora dan <br />
merupakan penghubung mata rantai antara fitoplankton dan ikan dalam rantai <br />
makanan. Bahkan menurut Sachlan (1982) subkelas Copepoda bukan hanya <br />
merupakan zooplankton yang umum hidup di air laut tapi juga di air tawar. <br />
Berdasarkan hasil penelitian jumlah genus yang ditemukan pada masing-<br />
masing stasiun menunjukkan adanya variasi, hal ini diduga karena adanya perubahan <br />
lingkungan perairan yang menyebabkan zooplankton tidak mampu beradaptasi <br />
terhadap perubahan tersebut. Hal ini sesuai pernyataan Hendrik (1984) yaitu <br />
ketersediaan makanan, kompetisi antar sesama, serta adanya interaksi dengan <br />
lingkungan menyebabkan jumlah tiap jenis berbeda-beda. Sementara itu berdasarkan <br />
periode sampling tidak ada variasi yang mencolok (Tabel 3), hal ini diduga karena <br />
<br />
<br />
<br />
parameter lingkungan di semua lokasi pada kurun waktu tersebut relatif tidak jauh <br />
berbeda (Tabel 7). Demikian juga dengan pasang surut dan curah hujan pada jangka <br />
waktu tersebut yang juga tidak ada perbedaan yang cukup signifikan (Lampiran 8). <br />
Acartia merupakan genus yang paling sering ditemukan diikuti Paracalanus, <br />
Microsetella, dan Isopoda. Acartia dan Paracalanus merupakan genus yang hampir <br />
ditemukan di semua lokasi penelitian. Menurut Russel (1939) dalam Raymont <br />
(1963), kedua genus tersebut memiliki distribusi yang luas dan mempunyai <br />
kemampuan adaptasi terhadap perubahan kondisi perairan. Selain itu Acartia <br />
memiliki sifat yang omnivora sehingga mampu beradaptasi pada berbagai kondisi <br />
perairan yang memiliki berbagai macam fitoplankton maupun zooplankton yang <br />
ukurannya lebih kecil sebagai makanan (Todd et al.,1991). Menurut Marshall dan Orr <br />
(1955) dalam Kinne (1982) Paracalanus mempunyai daerah distribusi yang sangat <br />
luas serta mempunyai kemampuan hidup dengan baik pada salinitas yang berbeda-<br />
beda. <br />
<br />
4.2.2. Kelimpahan Zooplankton <br />
Secara keseluruhan kelimpahan rata-rata zooplankton di lokasi penelitian adalah <br />
145.147 ind./l (Tabel 4) sedikit lebih rendah dibanding kelimpahan rata-rata di <br />
Segara Anakan Cilacap yaitu 158.920 ind./l (Nugroho, 2005) dan di muara Sungai <br />
Silandak Semarang yaitu 181.746 ind./l (Fauziyah, 2009) . Perbedaan kelimpahan <br />
dimungkinkan disebabkan oleh perbedaan metode pengambilan sampel air, periode <br />
sampling, dan kondisi lingkungan seperti yang di jelaskan di sub bab sebelumnya <br />
(4.2.1.). Dalam penelitian Nugroho (2005) dan Fauziyah (2009) pengambilan sampel <br />
<br />
<br />
<br />
zooplankton menggunakan metode aktif yaitu dengan melakukan pengambilan <br />
zooplankton menggunakan planktonnet secara horizontal dan ditarik dengan perahu, <br />
serta periode samplingnya lebih lama yaitu 4 bulan dan 3 bulan. Nugroho (2005) juga <br />
menjelaskan dalam penelitiannya penarikan planktonnet dilakukan selama 15 menit <br />
dengan kecepatan yang relatif tetap yaitu 5 km/jam. <br />
Kelimpahan rata- rata zooplankton tertinggi terdapat pada Stasiun 3 (159.832 <br />
ind/l) dan terendah terdapat pada Stasiun 2 (126.638 ind./l). Secara umum <br />
berdasarkan kelimpahan rata-rata menunjukkan bahwa tingkat kesuburan perairan di <br />
semua lokasi termasuk kategori tinggi (Muzakki, 2003). Tingginya kelimpahan ini <br />
dimungkinkan karena tipe vegetasi dan kerapatan di Stasiun 3 yang berbeda dengan <br />
stasiun lainnya. Stasiun 3 memiliki tipe vegetasi Rhizophora mucronata dengan <br />
kerapatan tinggi, sedangkan pada stasiun 1 memiliki tipe vegetasi Rhizophora <br />
mucronata dengan kerapatan jarang dan Stasiun 2 memiliki tipe vegetasi Cyperus sp. <br />
dengan kerapatan tinggi (Lampiran 5). Secara umum pada vegetasi mangrove yang <br />
memiliki kerapatan tinggi cenderung menghasilkan serasah daun yang <br />
terdekomposisi dan memiliki bahan organik yang lebih tinggi (Boonruang, 1984). <br />
Lebih lanjut Saparinto (2007) menjelaskan sumber utama bahan organik di perairan <br />
hutan mangrove adalah serasah yang dihasilkan oleh tumbuhan mangrove (daun, <br />
buah, ranting, dan lain sebagainya), namun dari total produksi daun tersebut hanya <br />
5% yang dikonsumsi langsung oleh hewan-hewan terestrial, sedangkan sisanya (95%) <br />
masuk ke lingkungan perairan sebagai debris atau serasah daun, sehingga hutan <br />
mangrove mempunyai kandungan bahan organik yang sangat tinggi. Hasil <br />
<br />
<br />
<br />
dekomposisi berupa bahan anorganik akan dipakai fitoplankton untuk <br />
perkembangannya, kemudian fitoplankton dimangsa zooplankton (Odum, 1982). <br />
Tingginya kelimpahan zooplankton pada Stasiun 3 juga diduga karena <br />
ketersedian kolom air dan adanya persaingan. Ketersediaan kolom air di Stasiun 3 <br />
lebih banyak dari pada Stasiun 2 dimungkinkan karena Rhizophora mucronata <br />
memiliki rongga – rongga disela akar yang lebih lebar sehingga dapat menampung <br />
volume air yang lebih banyak. Selain itu, Cyperus sp. memiliki kerapatan yang lebih <br />
tinggi dibanding Rhizopora mucronata, sehingga perifiton yang menempel lebih <br />
banyak. Perifiton yang menempel di Cyperus sp. seperti Biddulphia, Coscinudiscus, <br />
dan Streptotheca diduga sebagai kompetitor yang mempengaruhi kelimpahan di <br />
Stasiun 2. <br />
Terkait peranannya dalam jaring-jaring makanan keberadaan zooplankton <br />
dianggap sangat penting karena dapat mempengaruhi biota lainnya. Hal ini terbukti <br />
bahwa tingginya kelimpahan zooplankton di Stasiun 3 sejalan dengan penelitian <br />
fitoplankton (Wibisono, 2010) dan gastropoda (Hidayatullah, 2010) yang dilakukan <br />
pada lokasi dan waktu yang sama. Kelimpahan fitoplankton dimungkinkan karena <br />
memiliki hubungan secara langsung dengan zooplankton yaitu sebagai makanannya. <br />
Hal ini dijelaskan oleh Davis (1995), Arinardi (1997) yang menyatakan bahwa <br />
kelimpahan zooplankton sangat tergantung pada banyaknya fitoplankton, karena <br />
merupakan makanan bagi zooplankton. Sementara itu kelimpahan gastropoda diduga <br />
karena zooplankton merupakan makanannya. Sementara itu sebaliknya kelimpahan <br />
Crustacea (Krisaprilia, 2010) dan perifiton (Taufik, 2010) di Stasiun 2 lebih tinggi <br />
dibanding Stasiun 3. Tidak diketahui secara pasti yang menyebabkan perbedaan <br />
<br />
<br />
<br />
tersebut, namun diduga karena Crustacea memiliki mobilitas yang tinggi dan <br />
zooplankton bukan merupakan makanan langsung dari Crustacea. Sementara itu <br />
kelimpahan perifiton bukan karena ada atau tidaknya hubungan dengan zooplankton, <br />
akan tetapi diduga karena perbedaan tipe vegetasi dan kerapatannya dimana sifat <br />
perifiton yang menempel pada suatu permukaan substrat maka semakin luas atau <br />
rapat substratnya akaan lebih tinggi kelimpahannya. <br />
Meskipun sudah dijelaskan bahwa secara umum tidak ada perbedaan yang <br />
signifikan antara waktu pengamatan, namun bila dilihat dari variasi pada masing-<br />
masing stasiun terdapat sedikit perbedaan, dimana pada Stasiun 1 kelimpahan <br />
tertinggi terdapat pada Minggu III dan terendah terdapat pada Minggu I. Sebaliknya <br />
pada Stasiun 3 kelimpahan tertinggi justru terdapat pada Minggu I dan terendah <br />
terdapat pada Minggu III. Tidak diketahui secara pasti yang menyebabkan perbedaan <br />
kelimpahan tersebut karena bila dilihat dari parameter lingkungan yang ada tidak <br />
terdapat perbedan yang signifikan (Tabel 7), kecuali nitrat dan fosfat. Dimana kadar <br />
nitrat dan fosfat pada Stasiun 1, Minggu III (1,62 mg/l dan 061 mg/l) lebih tinggi <br />
dibanding Minggu I (0,77 mg/l dan 0,34 mg/l), sedangkan untuk Stasiun 3, <br />
Minggu I (1,00 mg/l dan 0,44 mg/l) lebih tinggi daripada Minggu III (0,62 mg/l dan <br />
0,82 mg/l ). Kandungan nitrat dan fosfat memang tidak secara langsung berpengaruh <br />
terhadap kelimpahan zooplankton, tetapi berpengaruh terhadap kesuburan perairan <br />
yang berkaitan dengan kehidupan fitoplankton. Zooplankton umumnya memperoleh <br />
fosfat organik dan anorganik dengan memangsa fitoplankton (Tait, 1981). Namun <br />
menurut data pasang surut (BMKG) pada Stasiun 1 dan Stasiun 3 tidak berpengaruh <br />
terhadap kelimpahan zooplankton. <br />
<br />
<br />
<br />
Variasi kelimpahan zooplankton mungkin juga disebabkan oleh oleh faktor <br />
individual dari masing – masing genus zooplankton itu sendiri. Perubahan <br />
kelimpahan zooplankton tersebut diduga berkaitan erat dengan siklus hidup dan <br />
predasi. Hal ini dijelaskan oleh Perkins (1974); Bougis (1976); Kennis (1990); <br />
Raymont (1963); dan Arinardi et al. (1996) yang menyatakan bahwa kelimpahan <br />
zooplankton tersebut berkaitan erat dengan siklus hidup dan pemangsaan oleh <br />
predator. <br />
Genus Acartia merupakan anggota dari subkelas Copepoda yang ditemukan di <br />
hampir semua lokasi penelitian dan memilki kelimpahan yang paling tinggi. Hal <br />
tersebut diduga karena genus ini memiliki distribusi yang luas dan mempunyai <br />
kemampuan adaptasi yang baik terhadap perubahan-perubahan parameter perairan <br />
(Raymont, 1963). Acartia juga memiliki sifat omnivora sehingga mampu beradaptasi <br />
pada berbagai kondisi perairan yang memiliki berbagai macam fitoplankton, atau <br />
zooplankton yang ukurannya lebih kecil (Todd et al., 1991). <br />
<br />
4.2.3. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi <br />
Tabel 5 menunjukkan bahwa secara umum nilai Indeks Keanekaragaman <br />
berdasarkan stasiun dan waktu pengamatan termasuk ke dalam kategori rendah (1,33-<br />
1,97). Hal ini berbeda dengan perairan di Segara Anakan Cilacap yang termasuk <br />
kedalam kategori sedang (1,48- 2,59) (Nugroho, 2005) dan juga di muara Sungai <br />
Silandak yang juga sedang (2,06 -2,91) (Fauziyah, 2009) tapi sedikit lebih tinggi <br />
dibanding dengan perairan Teluk Awur Jepara yang termasuk kedalam kategori <br />
sangat rendah (0,29-0,34) (Aji, 2009). Perbedaan ini dimungkinkan karena <br />
<br />
<br />
<br />
kelimpahan zooplankton Kedung Malang ( 144.666 ind/l) yang lebih rendah <br />
dibanding Segara Anakan Cilacap (158.920 ind/l) dan muara Sungai Silandak <br />
(181.746 ind./l) tapi lebih tinggi dari Teluk Awur Jepara ( 100.666 ind./l). <br />
Indeks Keanekaragaman dalam kategori rendah dimungkinkan kelimpahan <br />
individu dari masing-masing spesies tidak merata. Hal ini dijelaskan oleh Arinardi <br />
et al. (1996) yang menyatakan bahwa rendanya nilai Indeks Keanekaragaman <br />
disebabkan oleh kelimpahan individu dari masing-masing spesies tidak merata, dalam <br />
arti ada jenis tertentu yang memiliki kelimpahan yang relatif lebih tinggi dibanding <br />
jenis yang lainnya. Secara umum Indeks Keanekaragamannya sama di semua lokasi <br />
yaitu termasuk kategori rendah, hal ini diduga karena kondisi parameter perairan <br />
yang tidak begitu berbeda. Berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan bahwa pH, <br />
suhu, salinitas dan kedalaman di ketiga lokasi penelitian tidak menunjukkan adanya <br />
perbedaan yang nyata. Ada dugaan lain yaitu jarak antar lokasi yang tidak berjauhan <br />
karena jarak antar lokasi satu dengan yang lainnya kurang lebih antara 10-15 m dan <br />
agak tertutup karena tidak berhubungan langsung dengan laut. Selain itu juga terdapat <br />
sungai yang juga diduga dapat menyebabkan rendahnya keanekaragaman. Hal ini <br />
disebabkan karena adanya air sungai yang masuk kedalam lokasi penelitian dan akan <br />
berpengaruh terhadap perubahan salinitas. Salinitas merupakan salah satu faktor yang <br />
mempengaruhi komposisi kelimpahan dan struktur komunitas zooplankton di muara <br />
sungai (Arinardi et al., 1994, 1996; Zainuri , 1999). <br />
Menurut Odum (1993) Keanekaragaman jenis dalam suatu hubungan dikatakan <br />
rendah jika penyebarannya tidak merata dan terdapat jenis tertentu yang ditemukan <br />
dalam jumlah melimpah namun ada jenis tertentu yang jarang ditemukan. Sebaliknya <br />
<br />
<br />
<br />
Keanekaragaman yang tinggi diduga berkaitan dengan kemampuan sejumlah spesies <br />
untuk memanfaatkan dan bertoleransi terhadap faktor fisika dan kimia perairan, <br />
sehingga produktivitas cukup tinggi sedangkan keanekaragaman yang rendah diduga <br />
karena tidak mampu bersaing dengan biota yang lebih adaptif (Odum, 1993). <br />
Nilai Indeks Keseragaman secara umum berdasarkan lokasi penelitian dan <br />
waktu pengamatan termasuk ke dalam kategori tinggi (0,71-0,94) (Tabel 5). Nilai <br />
tersebut sama dengan nilai Indeks Keseragaman di muara sungai Silandak Semarang <br />
yang juga termasuk dalam kategori tinggi (0,80-0,85) (Fauziyah, 2009). Nilai tersebut <br />
berbeda dengan perairan Segara Anakan Cilacap yang termasuk dalam kategori <br />
sedang hingga tinggi (0,31-0,79) (Nugroho, 2005) tapi lebih tinggi dibanding perairan <br />
Teluk Awur Jepara yang termasuk dalam kategori rendah (Aji, 2009). Perbedaan ini <br />
dimungkinkan oleh jumlah genus yang berbeda. Pada perairan di Segara Anakan <br />
Cilacap jumlah genusnya lebih tinggi dan di Teluk Awur Jepara lebih rendah <br />
dibandingkan dengan Kedung Malang Jepara. <br />
Indeks Keseragaman di lokasi penelitian dalam kategori tinggi, hal ini <br />
menunjukkan jenis dan jumlah individu dalam suatu perairan hampir sama dan tidak <br />
ada dominasi oleh jenis-jenis tertentu. Tingginya nilai yang didapatkan diduga karena <br />
daerah penelitian zooplankton saling berdekatan. Sesuai yang dijelaskan oleh Odum <br />
(1993) bahwa semakin besar Indeks Keseragaman dalam suatu komunitas <br />
menunjukkan jumlah individu setiap jenis hampir sama. <br />
Nilai Indeks Dominansi zooplankton pada semua lokasi menyatakan tidak ada <br />
dominansi. Nilai tersebut sama dengan Indeks Dominansi di perairan Segara Anakan <br />
Cilacap yang menunjukkan kategori tidak ada dominansi (0,10-0,66) (Nugroho, <br />
<br />
<br />
<br />
2005). Berbeda jauh dengan Indeks Dominansi di perairan Teluk awur Jepara yang <br />
menunjukkan ada dominansi (0,61-0,84) (Aji, 2009). Perbedaan ini dimungkinkan <br />
oleh nilai Indeks Keseragaman yang berbeda. Hal ini diduga karena nilai Indeks <br />
Keseragaman berbanding terbalik dengan Indeks Dominansi. Tidak adanya <br />
dominansi dimungkinkan karena nilai keseragaman di setiap stasiun tinggi, sehingga <br />
tidak terdapat dominansi. Hal ini diduga karena nilai Indeks Keseragaman berbanding <br />
terbalik dengan Indeks Dominansi. Odum (1993) menyatakan bahwa semakin rendah <br />
nilai indeks keseragaman maka jumlah genus dalam suatu perairan tidak sama dan <br />
terdapat dominasi oleh genus-genus tertentu. Jika semakin tinggi indeks keseragaman <br />
maka jenis dan jumlah individu dalam suatu perairan hampir sama dan tidak terdapat <br />
dominasi oleh genus tertentu. <br />
<br />
4.2.4. Indeks Kesamaan Komunitas <br />
Indeks Kesamaan Komunitas zooplankton di ketiga lokasi sebesar 88,88% - <br />
94,73% (Tabel 6) dan termasuk dalam kategori tinggi. Nilai tersebut sama dengan <br />
Segara Anakan Cilacap (85%-97,78%) (Nugroho, 2005) dan Teluk Awur Jepara <br />
(70,59%-94,74%). Tingginya Indeks Kesamaan diduga karena zooplankton media <br />
distribusinya berupa air dimana rezim pasang surut dan dinamika hidrologis yang <br />
masih dalam satu kawasan hampir sama, sehingga memiliki komposisi zooplankton <br />
yang tidak jauh berbeda pula. <br />
Krebs (1985) menyatakan bahwa kesamaan antara kedua komunitas <br />
dipengaruhi oleh jumlah jenis di kedua lokasi tersebut dan jumlah jenis yang sama <br />
yang ditentukan di kedua lokasi tersebut. Indeks Kesamaan tertinggi ditunjukkan <br />
<br />
<br />
<br />
antara Stasiun 2 dan Stasiun 3 sebesar 94,73% dan terendah antara Stasiun 1 dan <br />
Stasiun 3 sebesar 88,88%. Tingginya nilai pada Stasiun 2 dan stasiun 3 diduga karena <br />
letak antara kedua lokasi saling berdekatan dan hampir sama nilai parameter <br />
lingkungannya. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
V. KESIMPULAN DAN SARAN <br />
<br />
5.1. Kesimpulan <br />
Ditemukan 11 genus zooplankton di ekosistem mangrove Desa Kedung <br />
Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara yang termasuk dalam 2 filum yaitu <br />
Acartia, Cathocalanus, Euchaeta, Euterpina, Microsetella, Calanus, Paracalanus, <br />
Pseudocalanus, Eucalanus, dan Isopoda (Arthropoda) dan Creseis ( Moluska). Genus <br />
yang sering ditemukan di semua stasiun pengambilan sampel adalah genus Acartia <br />
diikuti Paracalanus, Microsetella, dan Isopoda. <br />
Secara umum berdasarkan kelimpahan zooplankton pada semua stasiun <br />
kesuburan perairannya termasuk kategori tinggi. Kelimpahan zooplankton <br />
berdasarkan stasiun penelitian kelimpahan tertinggi terdapat pada Rhizophora <br />
mucronata dengan kerapatan tinggi yaitu sebesar 159.832 ind/l, sedangkan <br />
kelimpahan terendah pada Rhizophora mucronata kerapatan rendah yang berasosiasi <br />
dengan rumput Cyperus sp sebesar 126.638 ind/l. <br />
Nilai Indeks Keanekaragaman berkisar antara 1,33-1,97 dan masuk dalam <br />
kategori rendah. Indeks Keseragaman berkisar antara 0,71-0,94 termasuk kategori <br />
tinggi. Indeks Dominansi berkisar antara 0,07-0,28, hal tersebut menunjukkan tidak <br />
terdapat genus yang mendominasi. Indek Kesamaan Komunitas berkisar antara <br />
88,88%-94,73% termasuk kategori tinggi. Parameter lingkungan di semua stasiun <br />
hampir sama. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
5.2. Saran <br />
Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai struktur komunitas zooplankton di <br />
daerah ekosistem mangrove desa Kedung Malang, Jepara pada musim yang berbeda <br />
dan dalam jangka waktu yang lebih lama serta dengan memperbanyak lokasi <br />
pengambilan zooplankton sehingga di dapatkan informasi yang lebih lengkap. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA <br />
<br />
Aji, C.B. 2009. Struktur Komunitas Zooplankton Pada Kawasan Vegetasi Mangrove <br />
Teluk Awur, Jepara. (Skripsi). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, <br />
Universitas Diponegoro, Semarang, 57 hlm. <br />
<br />
APHA ( American Public Health Association). 1995. Standart Methods for the <br />
examination of water and waste water. 17 th<br />
ed. APHA AWWA ( American <br />
water works association) and WPCF ( Water Pollution Control Federation) <br />
Washington DC. 1527 pp. <br />
<br />
Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rhineka Cipta. <br />
Jakarta. 337 hlm. <br />
<br />
Arinardi, O.H, Trimaningsih, S.H. Riyono, E. Asnaryanti. 1994. Pengantar Tentang <br />
Plankton Serta kisaran Kelimpahan dan Plankton Predominan di sekitar Pulau <br />
Jawa dan Bali. LP3O- LIPI. Jakarta : 113 hlm. <br />
<br />
Arinardi, O.H., Trimaningsih, S.H. Riyono, E. Asnaryanti. 1996. Kisaran Kelimpahan <br />
dan Komposisi Plankton Di Kawasan Timur Indonesia. Pusat Penelitian dan <br />
Pengembangan Oseanologi-LIPI. Jakarta. 93 hlm. <br />
<br />
Arinardi, O.H., Trimaningsih; S.H. Riyono. 1997. Kisaran Kelimpahan dan <br />
Komposisi Plankton Predominan Di Kawasan Timur Indonesia. Pusat <br />
Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI. Jakarta. 139 hlm. <br />
<br />
Badan Pengelola Kawasan Segara Anakan. 2007. Monitoring Lingkungan Kawasan <br />
Segara Anakan. Pemerintah Kabupaten Cilacap. Cilacap. 58 hlm <br />
<br />
Bengen, D.G. 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian <br />
Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia. <br />
<br />
Boonruang,P. 1984. The Rrate of Degrasdation of Mangrove Leaves, Rhizopora <br />
apiculata and Avicenia marina vierth at Phuket island, Western Peninsular off <br />
Thailand. Proch. As. Symp. Env-res & Manage. Hlm 200- 208. <br />
<br />
Bougis, P. 1976. Marine Pankton Ecology. North- Holand publishing Co. Amstedam. <br />
355 pp. <br />
<br />
Cahyono, Heru. 2006. Studi Kelimpahan dan Komposisi Zooplankton di Daerah <br />
Plawangan Barat dan Majingklak Segara Anakan Cilacap. (Skripsi). Fakultas <br />
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang, 63 hlm. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Davis, C.C. 1995. The Marine and Fresh Water Plankton. Michigan State University <br />
Press. USA. 20p <br />
<br />
Dawson, J.K. 1979. Pollution Ecology of Estuarine Environment. E.W. hart and <br />
Samuel C.H.(Ed). Academic Press. London. <br />
<br />
Dawes, C. J. 1981. Marine Botany. John Wiley and John, Inc. New York. 628 pp. <br />
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2008. Pedoman Pengelolaan Ekosistem <br />
Mangrove. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta. <br />
<br />
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2006. Penyusunan Rencana Tata Ruang Laut Pesisir <br />
dan Pulau – Pulau Kecil kabupaten Jepara. Direktorat Jenderal Kelautan dan <br />
Pulau – Pulau kecil Satker Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa <br />
Tengah. Semarang. <br />
<br />
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta. 50 -161 hlm. <br />
<br />
FAO. 1994. Mangrove Forest Management Guidelines. Rome: FAO Forestry Paper. <br />
198 hlm. <br />
<br />
Giesbreaht, W. 1892. Systematic und Faunistik der Pelagischen Copepoden des <br />
Golfes von Neapel. Zoologischen Stasion zu Neapel. Berlin. <br />
<br />
Gunarto. 2004. Konservasi Mangrove Sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan <br />
Pantai. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 23(1). 17 hlm. <br />
<br />
Gunawati, I. 1984. Pengaruh Pembusukan Kelampis Air (Mimodsa digra) Terhadap <br />
Kuantitas dan Kualitas Plankton. Karya Ilmiah. Fakultas Perikanan, Institut <br />
Pertanian Bogor, Bogor. 98 hlm. <br />
<br />
Hadi,S. 2004. Statistik. Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM. Ygyakarta. 80 <br />
hlm. <br />
<br />
Handayani,N.S. 2009. Struktur Komunitas Vegetasi Mangrove Dan Laju Sedimentasi <br />
Di Kawasan mangrove Kedung Malang, Surodadi, Dan Semat Kabupaten <br />
Jepara, Jawa Tengah. (Skripsi). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, <br />
Universitas Diponegoro, Semarang, 120 hlm. <br />
<br />
Heath, A.G. 1987. Water Pollution and Fish Physiology. CRC Press, Inc, Boca. <br />
<br />
Hogarth, P.J. 2007. The Biology of Mangrove; Oxford University Press. Inc. New <br />
York. 228 pp. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Hutabarat, S dan S.M. Evans. 1986. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia <br />
Press, Jakarta. <br />
<br />
Jackson, G.A. 1986. Interaction of Physical and Biological Process in The Statement <br />
of Planktonic Larvae. Bulletin of Marine Science 39 (2), 202-211. <br />
<br />
Kaswadji, R. F, F. Widjaya dan Y. Wardiatno. 1993. Produktivitas Primer dan Laju <br />
Pertumbuhan Fitoplankton di Perairan Pantai Bekasi. Jurnal Ilmu – Ilmu <br />
Perairan dan Perikanan Indonesia. Jakarta. 25 hlm. <br />
<br />
Kennish, M.J. 1990. Ecology of estuary. Biologycal Aspects. Vol:2. CRC Press, <br />
Boston. 391 pp. <br />
<br />
Khazali, M. 1999. Panduan Teknis Penanaman Mangrove Bersama Masyarakat. <br />
Wetland International – Indonesia Programme. Bogor, Indonesia. <br />
<br />
Krebs C.J. 1985. Ecological Methodology. New York: Harper Collins Publishers. <br />
<br />
Lovelock, C. 1993. Field Guide to the Mangroves of Queensland. Australian Institute <br />
of Marine Science. 48 hlm. <br />
<br />
Mac Nae. 1968. A General Account of The Fauna and Flora of Mangrove Swamp in <br />
The Indo-West Pasific Region. Adv. Mar. Biol. Vol. 6 : 73-270. <br />
<br />
Meadows, P.S. dan J.I. Campbell. 1993. An introduction to Marine Science. Blackie <br />
Academic and Professional, Glasgow, 283 pp <br />
<br />
Millero, F. J. and M. L. Sohn. 1992. Chemical Oceanography. CRC Press, London. <br />
Pp 323-345. <br />
<br />
Muzakki, A.M. 2003. Studi Komposisi dan Kelimpahan Zooplankton di Waduk <br />
Bening Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun Propinsi Jawa Timur. Laporan <br />
Praktek Kerja Lapang Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan <br />
Universitas Brawijaya. Malang. <br />
<br />
Newell, GE. and R.C. Newell. 1977. Marine Plankton : A Practical Guide. Hutchison. <br />
<br />
Ng, P.K.L. and N. Sivasothi E. D. 2001. A Guide to Mangroves of Singapore. <br />
Volume 1: The Ecosystem and Plant Diversity and Volume 2: Animal <br />
Diversity. Singapore: The Singapore Science Centre. 343 hlm. <br />
<br />
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. 70 – 120 hlm. <br />
<br />
Noor, Y. R., Khazali, M., Suryadiputra, I. N. N. 1999. Panduan Pengenalan <br />
Mangrove di Indonesia. PKA/WI-IP, Bogor. 220 hal. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Nugroho, Endy. 2005. Struktur Komunitas Zooplankton di Perairan Plawangan Barat <br />
dan Majingklak Segara Anakan Cilacap. (Skripsi). Fakultas Perikanan dan Ilmu <br />
Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang, 73 hlm. <br />
<br />
Nybakken, J.W.1988. Marine Biology : An Ecological Approach. PT. Gramedia <br />
Jakarta. (Diterjemahkan Oleh Muhammad Eidman, dkk). 459 hlm. <br />
<br />
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi (Diterjemahkan). PT. <br />
Gramedia, Jakarta. 36 – 85 hlm. <br />
<br />
Odum. 1993. Fundamental of Ecology. W.B. Souders Company. Toronto. 577 pp. <br />
<br />
Omori. M dan T. Ikeda. 1984. Methods in Marine Zooplankton Ecology. John Willey <br />
and Sons. A Willey Intercine. New York. 332 Hal. <br />
<br />
Plaziat, J. C. 1984. Molluska Distribution in The Mangal. Hydrobiology of The <br />
Mangal. In : Por, F. D. and Dor, I (Eds). Dr. W. Junk Publisher, The Hague. <br />
Boston. Pp : 111-143. <br />
<br />
Pieoleu, E.C. 1975. Ecological Diversity. John Wiley and Sons. Inc. New York. <br />
<br />
Pramudji. 2001. Ekosistem Hutan Mangrove dan Peranannya Sebagai Habitat <br />
Berbagai Fauna Aquatik. Oseana. Volume XXVI (4) :13 – 23. ISSN 0216 – <br />
1877. <br />
<br />
Prawiradilaga, D. M., A Suyanto, W. A. Noerdjito, A. Salim, Purwaningsih, I. <br />
Rachmatika., S. Susiarti, I. shidiq, A. Marakarmah, M. H. Sinaga, E. Chalik, <br />
Ismael, M. Maharani, Y. Purwanto, E. B. Waluyo, 2003. Final Reporto n <br />
Biodiversity of Tesso Nilo. Rersearch Center for Biologi – SIPI and WWF <br />
Indonesia. Jakarta. iv hlm. <br />
<br />
Raymont, J. E. E. 1983. Plankton and Productivity in the Ocean. 2nd<br />
edition. <br />
Pergamon Press, Oxford. 770 pp. <br />
<br />
Romimohtarto, K dan S. Juwana. 1998. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang <br />
Biota Laut. LIPI. Jakarta. <br />
<br />
Romimohtarto, K dan S. Juwana. 2004. Meroplankton Laut. Djambatan. Jakarta. 214 <br />
hlm. <br />
<br />
Sachlan,M. 1982. Planktonologi. Directorat Jendral Perikanan, jakarta. 140 hlm. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Santoso, N., H.W. Arifin. 1998. Rehabilitas Hutan Mangrove Pada Jalur Hijau Di <br />
Indonesia. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove (LPP <br />
Mangrove). Jakarta, Indonesia. <br />
<br />
Saparinto, 2007. Pendayagunaan Ekosistem Mangrove. Dahara Prize. Semarang. 26-<br />
33 hlm. <br />
<br />
Saputro, G. B., Sukardjo, S., Hartini, S., Niendyawati., Susanto., Sumarso., Edrus, I. <br />
N., Maesarrah., Suhendra, D., Syah, C. 2009. Peta Mangrove Indonesia. <br />
Bakosurtanal. 256 hlm. <br />
<br />
Sembiring, Kennedi. 2006. Studi Komunitas Zooplankton di Plawangan, Klaces, dan <br />
Donan Laguna Segara Anakan Cilacap Periode Februari-Juni 2005. (Skripsi). <br />
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang, 67 <br />
hlm. <br />
<br />
Setyawan, A.D., A. Susilowati, dan Wiryanto. 2002. Habitat Reliks Vegetasi <br />
Mangrove di Pantai Selatan Jawa. Biodiversitas 3 (2): 242-256. <br />
<br />
Singarimbun, S dan S, Efendi. 1982. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta, 93 <br />
hlm. <br />
<br />
Smith, T.J. 1992. Forest Structure in: A.I. Robertson and Alongi, D.M. (Eds) Tropical <br />
Mangrove Ecosystems. Washington D.C, pp 16 – 26. <br />
<br />
Soedibjo, B.S. 2006. Struktur Komunitas Fitoplankton dan Hubungannya Dengan <br />
Beberapa Parameter Lingkungan Di Perairan Teluk Jakarta. LIPI. Jakarta. <br />
<br />
Suryabrata, S. 1983. Metodologi Penelitian. Rajawali Pers, Jakarta: 86 hal. <br />
<br />
Tait,R.V. 1981. Element of Marine Ecology. An Introduction. Cambridge University <br />
Press. New York. 356 pp. <br />
<br />
Todd, C. D, M. S. Laverack, and G. A. Boxshall. 1991. Coastal Marine Zooplankton. <br />
A Practical Manual For students ( Second Edition). Cambridge University <br />
Press: pp.26-69. <br />
<br />
Tomlinson, P.B. 1994. The Botany of mangrove. Cambridge University Press. <br />
Cambridge, U.K. 419 hlm. <br />
<br />
Walsh, G.E. 1974. Mangroves: A review. In Reinhold, R.J. and W.H. Queen. Ecology <br />
of Halophytes. New York: Academic Press. 36 hlm. <br />
<br />
Welch, P. S. 1952. Limnological Methods. Mc Grow-hill Book Company Inc. USA. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Wicktead, J.H. 1965. An Introduktion The Tropical Planton. Hutchinson Tropical <br />
Monographs. London. 160 pp. <br />
<br />
Wicktead, J.H. 1976. Marine Zooplankton. Institute Of Biology Studies in Biologi. <br />
London. <br />
<br />
Zainuri, Muhammad. 1999. Perkembangan Struktur Komunitas dan Juvenil Ikan di <br />
Padang Lamun Zostera marina berdasarkan Analisa Faktorial Korespondensi. <br />
Ilmu Kelautan III ( 9 ) : 35-42, ISSN 0853-7291. Maret 1998. <br />
<br />
Zainuri, M., Endrawati, H., Widianingsih dan Irwani, 2008. Produktivitas Biomassa <br />
Copepoda di Perairan Demak. : Ilmu Kelautan 13 ( 1 ) : 19-24 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Lampiran 1. Kelimpahan rata-rata zooplankton (ind./l) dan kisarannya pada <br />
Stasiun 1 di ekosistem mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan <br />
Kedung, Kabupaten Jepara. <br />
No. <br />
Stasiun 1 <br />
X <br />
Minggu <br />
Genus I II III IV <br />
Arthropoda <br />
1 Acartia 48333 48444 76111 52222 56277 <br />
(44667-5200) (36667-56000) (68000-96000) (36667-72000) <br />
2 Cathocalanus 0 0 0 0 0 <br />
3 Calanus 12222 24222 24222 0 15166 <br />
(0-20000) (0-32000) (4000-48667) <br />
4 Euchaeta 8111 12000 20000 20000 15027 <br />
(0-16333) (0-24000) (0-32000) (4333-28000) <br />
5 Euterpina 0 0 0 8111 2027 <br />
(0-12333) <br />
6 Microsetella 4222 16222 28111 16222 16194 <br />
(0-8667) (0-28333) (20000-44000) (0-36333) <br />
7 Paracalanus 8000 20000 20111 16111 16055 <br />
(0-16000) (12000-24000) (4000-44333) (0-44333) <br />
8 Pseudocalanus 0 12222 0 0 3055 <br />
(4667-16000) <br />
9 Eucalanus 0 20000 0 16111 9027 <br />
(0-36000) (4000-24000) <br />
10 Isopoda 4111 20111 16000 24222 16111 <br />
(0-8333) (0-40000) (4000-48000) (0-44667) <br />
Molusca <br />
11 Creseis 0 0 0 0 0 <br />
Jumlah 84999 173221 184555 152999 <br />
148943 <br />
Rata-rata 148943 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Lampiran 2. Kelimpahan rata-rata zooplankton (ind./l) pada Stasiun 2 di ekosistem <br />
mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten <br />
Jepara. <br />
No. Genus <br />
Stasiun 2 <br />
X <br />
Minggu <br />
I II III IV <br />
Arthropoda <br />
1 Acartia 72000 56111 64222 56889 62305 <br />
(56000-92000) (40333-68000) (44333-80000) (32000-72000) <br />
2 Cathocalanus 8222 0 0 0 2055 <br />
(4000-16667) <br />
3 Calanus 20111 0 0 0 5027 <br />
(0-32333) <br />
4 Euchaeta 8000 12222 0 8222 7111 <br />
(0-24000) (4000-24667) (0-20667) <br />
5 Euterpina 0 8222 0 0 2055 <br />
(4000-12667) <br />
6 Microsetella 0 0 20111 12222 8083 <br />
(4333-44000) (0-28000) <br />
7 Paracalanus 0 12111 20111 16111 12083 <br />
(4000-24333) (16000-24333) (0-36000) <br />
8 Pseudocalanus 0 0 0 4000 1000 <br />
(0-8000) <br />
9 Eucalanus 8222 12222 24222 8111 13194 <br />
(0-20667) (0-28000) (12667-40000) (0-24333) <br />
10 Isopoda 16000 8000 8000 24222 14055 <br />
(0-28000) (0-28000) (0-20000) (12000-36000) <br />
Molusca <br />
11 Creseis 0 444 0 0 111 <br />
Jumlah 132555 109332 136666 129777 <br />
127082 <br />
Rata-rata 127082 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Lampiran 3. Kelimpahan rata-rata zooplankton (ind./l) pada Stasiun 2 di ekosistem <br />
mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten <br />
Jepara. <br />
<br />
No. Genus <br />
Stasiun 3 <br />
X <br />
Minggu <br />
I II III IV <br />
Arthropoda <br />
1 Acartia 68111 84111 32111 44222 57138 <br />
(52000-88333) (76000-100333) (12000-60000) (32000-64667) <br />
2 Cathocalanus 0 12000 0 4000 4000 <br />
(0-36000) (0-12000) <br />
3 Calanus 12222 24111 0 12000 12083 <br />
(0-32667) (8000-44000) (4000-24000) <br />
4 Euchaeta 8000 12222 8000 24111 13083 <br />
(0-20111) (0-32667) (4000-16000) (4333-20667) <br />
5 Euterpina 12000 4000 4000 0 5000 <br />
(0-28000) (0-12000) (0-12000) <br />
6 Microsetella 24222 20222 12000 28222 21166 <br />
(8000-48667) (12000-28667) (0-28000) (16000-40667) <br />
7 Paracalanus 32000 24222 8111 12333 19166 <br />
(16000-48000) (4000-40667) (4000-16000) (4333-20667) <br />
8 Pseudocalanus 0 4000 4000 0 2000 <br />
(0-8000) (0-12000) <br />
9 Eucalanus 16111 12111 12222 12000 13111 <br />
(0-28333) (4000-16333) (0-20667) (0-32000) <br />
10 Isopoda 12000 12000 16222 12222 13111 <br />
(4000-20000) (0-24000) (0-28000) (4333-16333) <br />
Molusca <br />
11 Creseis 0 0 0 0 0 <br />
Jumlah 184666 208999 96666 149110 <br />
159860 <br />
Rata-rata 159860 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Lampiran 4. Gambaran secara umum lokasi penelitian pada ekosistem mangrove <br />
Desa Kedung Malang, Kecamatan, Kedung, Kabupaten Jepara. <br />
<br />
<br />
<br />
Stasiun 1 Stasiun 2 <br />
<br />
Stasiun 3 Sketsa Cyperus sp. <br />
<br />
Sketsa Rhizophora sp. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Lampiran 5. Foto kegiatan penelitian struktur komunitas zooplankton di ekosistem <br />
mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten <br />
Jepara. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Pengidentifikasian sampel di <br />
laboratorium <br />
Pencatatan data parameter perairan <br />
Pengambilan data parameter <br />
perairan <br />
Pengambilan sampel dengan <br />
plankton net <br />
<br />
<br />
<br />
Lampiran 6. Gambar beberapa genus zooplankton yang ditemukan di ekosistem <br />
mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten <br />
Jepara <br />
<br />
<br />
<br />
Acartia Calanus <br />
<br />
<br />
Eucalanus Euchaeta <br />
<br />
Paracalanus Pseudocalanus <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Lampiran 6. (Lanjutan). Gambar beberapa genus zooplankton yang ditemukan di <br />
ekosistem mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, <br />
Kabupaten Jepara. <br />
<br />
Microsetella Euterpina <br />
<br />
<br />
Isopoda Creseis <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Lampiran 7. Data pasang dan surut Kabupaten Jepara bulan Mei dan Juni 2009 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Lampiran 8. Data Curah Hujan Kabupaten Jepara bulan Mei dan Juni 2009 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Lampiran 9. Kelimpahan rata-rata fitoplankton (ind./l) pada Stasiun 1 di <br />
ekosistem mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, <br />
Kabupaten Jepara. <br />
<br />
<br />
Stasiun 1 <br />
<br />
<br />
Minggu <br />
<br />
<br />
<br />
NO <br />
<br />
Genus <br />
<br />
I <br />
<br />
II <br />
<br />
III <br />
<br />
IV <br />
<br />
X <br />
I Bacillariophyceae <br />
<br />
<br />
1 Chaetoceros 0 0 0 0 <br />
<br />
0 <br />
2 Coscinodiscus <br />
40000 <br />
(30667-49333) <br />
19556 <br />
(16000-29333) <br />
16000 <br />
(8000-22667) <br />
16889 <br />
(10667-28000) <br />
23111 <br />
3 Euchampia 0 0 0 <br />
444 <br />
(0-1333) <br />
111 <br />
4 Fraggilaria <br />
35111 <br />
(17333-50667) <br />
14222 <br />
(2667-24000) <br />
0 <br />
22222 <br />
(16000-30667) <br />
17889 <br />
5 Gyrosigma <br />
24889 <br />
(13333-37333) <br />
0 0 <br />
1333 <br />
(0-4000) <br />
6556 <br />
6 Hemialus <br />
889 <br />
(0-1333) <br />
1333 <br />
(0-4000) <br />
1333 <br />
(0-4000) <br />
1778 <br />
(1333-2667) <br />
1333 <br />
7 Pleurosigma <br />
15111 <br />
(10667-22667) <br />
0 0 <br />
12889 <br />
(10667-16000) <br />
7000 <br />
8 Skeletonema <br />
42222 <br />
(28000-68000) <br />
10667 <br />
(2667-26667) <br />
9778 <br />
(1333-20000) <br />
3556 <br />
(0-6667) <br />
16556 <br />
9 Strepthoteca <br />
29333 <br />
(28000-32000) <br />
0 <br />
22667 <br />
(12000-42667) <br />
31556 <br />
(28000-34667) <br />
20889 <br />
10 Thalasionema <br />
6222 <br />
(1333-9333) <br />
0 <br />
16444 <br />
(12000-24000) <br />
0 <br />
<br />
5667 <br />
11 Thalasiothrix <br />
444 <br />
(0-1333) <br />
444 <br />
(0-1333) <br />
27556 <br />
(10667-38667) <br />
0 <br />
<br />
7111 <br />
II Chlorophyceae <br />
<br />
12 Pediastrum <br />
444 <br />
(0-1333) <br />
0 0 <br />
889 <br />
(0-2667) <br />
333 <br />
III Cyanophyceae <br />
<br />
13 Oscillatoria <br />
420889 <br />
(309333-601333) <br />
122667 <br />
(92000-138667) <br />
28889 <br />
(26667-32000) <br />
65333 <br />
(53333-84000) <br />
159445 <br />
IV Dinophyceae <br />
<br />
14 Ceratium <br />
3111 <br />
(1333-6667) <br />
4889 <br />
(1333-9333) <br />
3556 <br />
(0-6667) <br />
1333 <br />
(0-4000) <br />
3222 <br />
Jumlah 618667 173778 126223 158222 <br />
<br />
269223 <br />
Rata-rata 269223 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Lampiran 10. Kelimpahan rata-rata fitoplankton (ind/L) pada Stasiun 2 di <br />
ekosistem mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, <br />
Kabupaten Jepara. <br />
Stasiun 2 <br />
<br />
<br />
Minggu <br />
<br />
<br />
<br />
NO <br />
<br />
Genus <br />
<br />
I <br />
<br />
II <br />
<br />
III <br />
<br />
IV <br />
<br />
X <br />
I Bacillariophyceae <br />
<br />
<br />
1 Chaetoceros <br />
5778 <br />
(4000-8000) <br />
4444 <br />
(2667-6667) <br />
4444 <br />
(2667-5333) <br />
4444 <br />
(4000-5333) <br />
4778 <br />
2 Coscinodiscus <br />
49333 <br />
(40000-61333) <br />
21778 <br />
(16000-29333) <br />
28444 <br />
(24000-37333) <br />
34222 <br />
(18667-58667) <br />
33444 <br />
3 Euchampia 0 0 0 <br />
1778 <br />
(0-2667) <br />
445 <br />
4 Fraggilaria <br />
33333 <br />
25333-45333) <br />
112000 <br />
(58667-192000) <br />
24000 <br />
(20000-306667) <br />
32889 <br />
(22667-44000) <br />
50556 <br />
5 Gyrosigma <br />
20000 <br />
(4000-38667) <br />
2667 <br />
(1333-4000) <br />
4000 <br />
(1333-6667) <br />
1778 <br />
(0-4000) <br />
7111 <br />
6 Hemialus <br />
2222 <br />
(0-6667) <br />
0 <br />
889 <br />
(0-1333) <br />
3111 <br />
(0-6667) <br />
1556 <br />
7 Pleurosigma <br />
18667 <br />
(8000-36000) <br />
100000 <br />
(41333-184000) <br />
30222 <br />
(26667-34667) <br />
15556 <br />
(10667-24000) <br />
41111 <br />
8 Skeletonema <br />
28444 <br />
(14667-44000) <br />
71556 <br />
(29333-93333) <br />
14222 <br />
(4000-33333) <br />
3556 <br />
(1333-8000) <br />
29445 <br />
9 Strepthoteca <br />
19111 <br />
(12000-30667) <br />
14222 <br />
(10667-16000) <br />
14222 <br />
(12000-16000) <br />
23111 <br />
(18667-25333) <br />
17667 <br />
10 Thalasionema <br />
7556 <br />
(5333-10667) <br />
0 <br />
7556 <br />
(4000-12000) <br />
0 <br />
<br />
3778 <br />
11 Thalasiothrix <br />
14222 <br />
(6667-24000) <br />
0 <br />
11556 <br />
(2667-24000) <br />
0 <br />
<br />
6445 <br />
II Chlorophyceae <br />
<br />
12 Pediastrum 0 0 0 <br />
444 <br />
(0-1333) <br />
111 <br />
III Cyanophyceae <br />
<br />
13 Oscillatoria <br />
224889 <br />
(153333-269333) <br />
122222 <br />
(50667-245333) <br />
42667 <br />
(21333-70667) <br />
0 <br />
<br />
97445 <br />
IV Dinophyceae <br />
<br />
14 Ceratium <br />
2222 <br />
(1333-4000) <br />
1778 <br />
(0-4000) <br />
2222 <br />
(0-5333) <br />
0 <br />
<br />
1556 <br />
Jumlah 425777 450667 184444 120889 <br />
<br />
295444 <br />
Rata-rata 295444 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Lampiran 11. Kelimpahan rata-rata fitoplankton (ind/L) pada Stasiun 3 di <br />
ekosistem mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, <br />
Kabupaten Jepara. <br />
Stasiun 3 <br />
<br />
<br />
Minggu <br />
<br />
<br />
NO <br />
<br />
Genus <br />
<br />
I <br />
<br />
II <br />
<br />
III <br />
<br />
IV <br />
<br />
X <br />
<br />
Σ X <br />
I Bacillariophyceae <br />
<br />
1 Chaetoceros 0 0 0 0 <br />
<br />
0 <br />
<br />
1593 <br />
2 Coscinodiscus <br />
19111 <br />
(12000-30667) <br />
22222 <br />
(21333-24000) <br />
25778 <br />
(6667-36000) <br />
17778 <br />
(6667-25333) <br />
21222 <br />
<br />
25926 <br />
3 Euchampia 0 0 0 <br />
444 <br />
(0-1333) <br />
111 <br />
<br />
222 <br />
4 Fraggilaria <br />
10222 <br />
(2667-14667) <br />
6667 <br />
(0-18667) <br />
12889 <br />
(10667-17333) <br />
0 <br />
<br />
7445 <br />
<br />
25296 <br />
5 Gyrosigma <br />
3111 <br />
(0-8000) <br />
16444 <br />
(14667-17333) <br />
2222 <br />
(1333-4000) <br />
0 <br />
<br />
5444 <br />
<br />
6370 <br />
6 Hemialus 0 0 <br />
1333 <br />
(0-4000) <br />
444 <br />
(0-1333) <br />
444 <br />
<br />
1111 <br />
7 Pleurosigma <br />
18667 <br />
(2667-30667) <br />
11111 <br />
(4000-16000) <br />
11111 <br />
(9333-13333) <br />
0 <br />
<br />
10222 <br />
<br />
19445 <br />
8 Skeletonema <br />
13333 <br />
(8000-40000) <br />
10222 <br />
(8000-12000) <br />
4444 <br />
(2667-8000) <br />
1778 <br />
(0-4000) <br />
7444 <br />
<br />
17815 <br />
9 Strepthoteca 0 <br />
27111 <br />
(17333-44000) <br />
8889 <br />
(2667-16000) <br />
0 <br />
<br />
9000 <br />
<br />
15852 <br />
10 Thalasionema <br />
5778 <br />
(0-17333) <br />
0 <br />
3111 <br />
(0-6667) <br />
0 <br />
<br />
2222 <br />
<br />
3889 <br />
11 Thalasiothrix <br />
444 <br />
(0-1333) <br />
0 <br />
6222 <br />
(0-10667) <br />
0 <br />
<br />
1667 <br />
<br />
5074 <br />
II Chlorophyceae <br />
<br />
12 Pediastrum 0 0 0 0 <br />
<br />
0 <br />
<br />
148 <br />
III Cyanophyceae <br />
<br />
13 Oscillatoria <br />
209778 <br />
(125333-294667) <br />
221333 <br />
(49333-<br />
406667) <br />
576000 <br />
(469333-696000) <br />
0 <br />
<br />
251778 <br />
<br />
169556 <br />
IV Dinophyceae <br />
<br />
14 Ceratium <br />
3556 <br />
(0-8000) <br />
1333 <br />
(0-4000) <br />
4000 <br />
(0-8000) <br />
0 <br />
<br />
2222 <br />
<br />
2333 <br />
Jumlah 284000 316443 655999 20444 <br />
<br />
319222 <br />
<br />
294629 <br />
Rata-rata 319222 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
RIWAYAT HIDUP <br />
<br />
Arizka Novianto dilahirkan di Batang, Jawa Tengah pada <br />
tanggal 10 November 1987. Penulis merupakan anak pertama <br />
dari lima bersaudara, putra dari Bapak Busro dan Ibu Toifatun. <br />
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TK <br />
Bhayangkari Batang (1993-1994), pendidikan sekolah dasar di SD Proyonanggan IX <br />
(1994-2000), kemudian lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP N 1 Batang <br />
(2000-2003), dan lulus Sekolah Menengah Atas di SMA N 1 Batang (2003-2006). <br />
Tahun 2006 penulis di terima di Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan <br />
dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang melalui Seleksi Penerimaan <br />
Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah <br />
Planktonologi. Penulis juga telah menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan <br />
(KKL) dengan judul “Mangrove Information Center (MIC) Sebagai Hutan Ekowisata <br />
dan Kawasan Konservasi Mangrove”. <br />
Sampai saat ini penulis masih tercatat sebagai mahasiswa Ilmu Kelautan <br />
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang.planktonhttp://www.blogger.com/profile/05994868802237187193noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4480623360779929101.post-5081187562911980542012-04-08T22:28:00.002-07:002012-04-08T22:28:31.770-07:00zooplankton<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Body Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Body Text Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-bidi-font-family:Arial;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US">Zooplankton</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Tinjauan Umum Zooplankton</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Istilah
plankton berasal dari kata Yunani yang berarti pengembara. Plankton hidupnya
mengapung atau melayang dan daya geraknya tergantung dari pergerakan arus atau
pergerakan air. Plankton dibagi dalam dua golongan besar yaitu fitoplankton
(plakton tumbuhan atau nabati) dan zooplankton (plankton hewani) (Arinardi </span><i><span style="mso-ansi-language: IN;">et. al.</span></i><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">, 1994).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Zooplankton
atau plankton hewani merupakan suatu organisme yang berukuran kecil yang
hidupnya terombang-ambing oleh arus di lautan bebas yang hidupnya sebagai
hewan. Zooplankton sebenarnya termasuk golongan hewan perenang aktif, yang
dapat mengadakan migrasi secara vertikal pada beberapa lapisan perairan, tetapi
kekuatan berenang mereka adalah sangat kecil jika dibandingkan dengan kuatnya
gerakan arus itu sendiri ( Hutabarat dan Evans, 1986).</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="background: white; line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;">Berdasarkan
siklus hidupnya zooplankton dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu sebagai
meroplankton dan holoplankton banyak jenis hewan yang menghabiskan sebagian
hidupnya sebagai plankton, khususnya pada tingkat larva. </span><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Plankton kelompok ini disebut meroplankton atau plankton
sementara. Sedangkan holoplankton atau plankton tetap, yaitu biota yang
sepanjang hidupnya sebagai plankton. (Raymont, 1983; Omori dan Ikeda, 1984;
Arinardi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">et al</i>.,1994, 1996).</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="background: white; line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Meroplankton terdiri atas
larva dari Filum Annelida, Moluska, Byrozoa, Echinodermata, Coelenterata atau
planula Cnidaria, berbagai macam Nauplius dan zoea sebagai Artrhopoda yang
hidup di dasar, juga telur dan tahap larva kebanyakan ikan. Sedangkan yang
termasuk holoplankton antara lain : Filum Artrhopoda terutama Subkelas
Copepoda, Chaetognata, Chordata kelas Appendiculata, Ctenophora, Protozoa,
Annelida Ordo Tomopteridae dan sebagian Moluska (Newell dan Newell, 1977;
Raymont, 1983; Omori dan Ikeda, 1984).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Menurut Arinardi<i> et al</i>.,
(1997), zooplankton dapat dikelompokkan berdasarkan ukurannya menjadi empat (
Tabel 2).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US">Tabel 2. </span></b><span lang="EN-US">Pengelompokkan zooplankton berdasarkan ukurannya</span></div>
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; margin-left: 5.4pt; width: 536px;">
<tbody>
<tr style="height: 23.25pt; mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;">
<td nowrap="nowrap" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: none; border-top: solid windowtext 1.5pt; height: 23.25pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 28.4pt;" width="38">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="color: black;">No.</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: none; border-top: solid windowtext 1.5pt; height: 23.25pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.1pt;" width="123">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="color: black;">Kelompok</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: none; border-top: solid windowtext 1.5pt; height: 23.25pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 86.95pt;" width="116">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="color: black;">Ukuran</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: none; border-top: solid windowtext 1.5pt; height: 23.25pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 194.8pt;" width="260">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="color: black;">Organisme Utama</span></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 32.15pt; mso-yfti-irow: 1;">
<td nowrap="nowrap" style="height: 32.15pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 28.4pt;" width="38">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="color: black;">1</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" style="height: 32.15pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.1pt;" width="123">
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="color: black;">Mikroplankton</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" style="height: 32.15pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 86.95pt;" width="116">
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="color: black;">20 - 200µm</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" style="height: 32.15pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 194.8pt;" width="260">
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="color: black;">Ciliata, Foraminifera,
nauplius, rotifera, Copepoda</span></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 23.25pt; mso-yfti-irow: 2;">
<td nowrap="nowrap" style="height: 23.25pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 28.4pt;" width="38">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="color: black;">2</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" style="height: 23.25pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.1pt;" width="123">
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="color: black;">Mesoplankton</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" style="height: 23.25pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 86.95pt;" width="116">
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="color: black;">200µm - 2 mm</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" style="height: 23.25pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 194.8pt;" width="260">
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="color: black;">Cladocera, Copepoda,
dan Larvacea</span></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 30.15pt; mso-yfti-irow: 3;">
<td nowrap="nowrap" style="height: 30.15pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 28.4pt;" width="38">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="color: black;">3</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" style="height: 30.15pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.1pt;" width="123">
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="color: black;">Makroplankton</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" style="height: 30.15pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 86.95pt;" width="116">
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="color: black;">2 - 20 mm</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" style="height: 30.15pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 194.8pt;" width="260">
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="color: black;">Pteropoda, Copepoda,
Euphasid, Chaetognatha</span></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 33.5pt; mso-yfti-irow: 4;">
<td nowrap="nowrap" style="height: 33.5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 28.4pt;" width="38">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="color: black;">4</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" style="height: 33.5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.1pt;" width="123">
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="color: black;">Mikronekton</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" style="height: 33.5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 86.95pt;" width="116">
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="color: black;">20 - 200 mm</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" style="height: 33.5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 194.8pt;" width="260">
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="color: black;">Chepalopoda,Euphasid,
Sargestid dan Myctophid</span></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 21.2pt; mso-yfti-irow: 5; mso-yfti-lastrow: yes;">
<td nowrap="nowrap" style="border-bottom: solid windowtext 1.5pt; border: none; height: 21.2pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 28.4pt;" width="38">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="color: black;">5</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" style="border-bottom: solid windowtext 1.5pt; border: none; height: 21.2pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 92.1pt;" width="123">
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="color: black;">Megaloplankton</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" style="border-bottom: solid windowtext 1.5pt; border: none; height: 21.2pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 86.95pt;" width="116">
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="color: black;">> 20 mm</span></div>
</td>
<td nowrap="nowrap" style="border-bottom: solid windowtext 1.5pt; border: none; height: 21.2pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 194.8pt;" width="260">
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US" style="color: black;">Scyphozoa, Thaliacea</span></div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span style="mso-ansi-language: IN;">Sumber : </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Arinardi<i> et al</i>., (1997)</span><span style="mso-ansi-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="EN-US">Zooplankton merupakan produsen sekunder sehingga penting
dalam jaring-jaring makanan di suatu perairan. Zooplankton memangsa
fitoplankton dimana fitoplankton itu sendiri memanfaatkan nutrient melalui proses
fotosintesis (Kaswadji </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="mso-ansi-language: IN;">et al</span></i><span lang="EN-US">., 1993). Pada
proses selanjutnya zooplankton merupakan makanan alami bagi larva ikan dan
mampu mengantarkan energi ke jenjang tropik yang lebih tinggi. Dalam hubungan
dengan rantai makanan zooplankton berperan sebagai penghubung produsen primer
dengan tingkat pakan yang lebih tinggi, sehinnga kelimpahan zooplankton sering
dikaitkan dengan kesuburan peraiaran (Arinardi </span><i><span style="mso-ansi-language: IN;">et. al</span></i><span style="mso-ansi-language: IN;">.</span><span lang="EN-US">, 1994). Dari berbagai jenis zooplankton hanya ada
satu golongan saja yang sangat penting menurut sudut ekologis yaitu subklas
Copepoda (klas Crustacea, filum Arthropoda). Hewan- hewan kecil ini sangat
penting artinya bagi ekonomi ekosistem- ekosistem bahari karena merupakan
herbivora primer dalam laut ( Nybakken, 1992). </span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Menurut Nybakken
(1992), zooplankton melakukan migrasi vertikal harian dimana zooplankton
bergerak ke arah dasar pada siang hari dan ke permukaan pada malam hari.
Gerakan tersebut dimaksudkan untuk mencari makanan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yaitu fitoplankton. Gerakan pada malam hari
lebih banyak dilakukan karena adanya variasi makanan yaitu fitoplankton lebih
banyak, selain itu dimungkinkan karena zooplankton menghindari sinar matahari
langsung (Nontji, 1993).</span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Klasifikasi
Zooplankton </span></b></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Arinardi <i>et
al</i>., </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">(1994) </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">mengatakan
bahwa beberapa filum hewan terwakili di dalam kelompok zooplankton. Zooplankton
terdiri dari beberapa filum hewan antara lain :</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;"> </span><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;">filum
Protozoa, Cnidaria, Ctenophora, Annelida, Crustacea, Mollusca, Echinodermata,
dan Chordata.</span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">1 Protozoa</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Protozoa dibagi dalam 4 kelas
yaitu : Rhizopoda, Ciliata, Flagellata dan Sporozoa. Kelas Sporozoa tidak ada
yang hidup sebagai plankton karena semuanya merupakan plankton seperti
Plasmodium dan Nyzobulus yang hidup dalam tubuh manusia dan ikan. Mengenai
Flagellata, dalam hal ini ”<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Zooflagellata</i>”
yang hidup sebagai plankton (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">freeliving</i>)
sebetulnya semuanya merupakan tipe holozoik dari alga yang berflagel seperti
Pyrrophyta (Sachlan, 1982).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Beberapa flagelata
diklasifikasikan sebagai Fitoflagelata, akan tetapi karena memiliki sedikit
pigmen fotosintesis dan makan dengan cara memangsa maka dimasukkan ke dalam
golongan zooplankton. Jenis ini paling banyak terdapat dalam peridinia dan
paling banyak diketahui adalah Nocticula miliaris dengan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ciri – ciri memiliki diameter 200 – 1200 µm
dan ditandai dengan flagelum yang panjangnya sama dengan tubuhnya, jenis ini
dapat melakukan bioluminisense (Bougis, 1976).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Cilliata sebagian besar hidup
bebas di air tawar, dan ada hanya beberapa golongan yang hidup di laut
(golongan Tintinnidae). Cilliata ini merupakan zooplankton sejati di air tawar,
tetapi banyak hidup diantara Periphyton atau di dasar sebagai bentos, dimana
terdapat banyak detritus yang membusuk (Sachlan, 1982).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Rhizopoda
merupakan zooplankton yang penting di air laut maupun air tawar, selain itu ia
juga penting untuk ilmu Paleontologi dan Geologi. Rhizopoda memiliki arti kaki-
kaki yang bentuknya seperti akar tumbuh- tumbuhan yang tidak teratur. Rhizopoda
dianggap berasal dari genera-genera alga dari Saprophytic-type seperti
Chloramoeba, Gametamoeba, dan Chrysamoeba. Rhizopora terdiri dari beberapa
ordo:Amoebina, Foraminifera, Radiolaria dan Heliozoa (Sachlan, 1982). Contoh
genus dari filum Protozoa antara lain : Paramecium, Vorticella, Dileptus,
Dinoclonium, dan Rabdonella ( Hutabarat dan Evans, 1986).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">2. Cnidaria</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Cnidaria
terdiri dari klas Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa. Hanya pada kelas Hydrozoa,
dimana Hydra juga termasuk dan terdiri dari spesies-spesies berupa ubur-ubur
kecil yang hidup sebagai plankton (Sachlan, 1982).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Bentuk morfologi
Cnidaria terkadang sangat rumit walaupun memiliki struktur yang sederhana.
Cnidaria memiliki 2 lapisan sel, yaitu external dan lapisan internal yang dipisahkan
oleh lapisan gelatin non selular yang disebut <i style="mso-bidi-font-style: normal;">mesoglea</i>. Karakteristik penting Cnidaria adalah adanya sel penyengat
(<i style="mso-bidi-font-style: normal;">nematocysts</i>) yang menyuntikkan venum
yang dapat melumpuhkan mangsanya (Bougis, 1976).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Termasuk
dalam filum Cnidaria yang holoplanktonik ialah ubur-ubur dari kelas Hydrozoa
dan Scypozoa, serta koloni-koloni yang kompleks dan aneh dikenal dengan nama
sifonofora. Ubur-ubur dari kelas Scypozoa merupakan organisme plankton terbesar
dan kadang-kadang terdapat dalam jumlah besar (Nybakken, 1992). Contoh genus
dari filum Cnidaria antara lain : Obelia, Liriope, Bougaivillia, Diphyes ( Hutabarat
dan Evans, 1986).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">3. Ctenophora</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Filum
Ctenophora yang secara taksonomi masih dekat dengan Cnidaria sebagian besar
bersifat planktonik. Semua Ctenophora adalah karnivora rakus, yang menangkap
mangsanya dengan tentakel- tentakel yang lengket atau dengan mulutnya yang
sangat lebar. Untuk bergerak dalam air menggunakan deretan- deretan silia yang
besar yang disebut stenes (Nybakken, 1992). Perbedaan Ctenophora dengan
Cnidaria adalah tidak adanya sel penyengat (nematocysts) pada Ctebophora tetapi
memiliki sel pelengket yang disebut coloblast dimana sel ini dapat melekatkan
mangsanya (Bougis, 1976).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 1.0cm 36.0pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Ctenophora
dahulu di masukkan dalam filum Coelenterata tetapi kemudian di pisahkan, karena
tidak mempunyai nematokis dan hanya mempunyai <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>struktur-struktur seperti sisir (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">cteno</i>). Spesies ini sangat transparan
dan tidak berwarna (Sachlan, 1982). Contoh genus dari filum Ctenophora antara
lain : Pleurobrachia, Velamen, Beroe ( Hutabarat dan Evans, 1986).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<b><span lang="EN-US">4</span></b><b><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">. Annelida
</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Annelida ini cukup banyak
terdapat sebagai meroplankton di laut. Di perairan air tawar jenis Annelida ini
hanya terdapat lintah (ordo Hirudinae) dan dapat menjadi parasit pada ikan-ikan
yang dipelihara di kolam. Banyak meroplankton dari Annelida ini terdapat di
pantai-pantai yang subur, seperti halnya meroplankton dari Crustacea. Larva-
larva Annelida bernama trochophore larva, jika baru keluar dari telur,
berbentuk bulat atau oval, besilia dan mempunyai tractus digesvitus agar di
lautan bebas dapat memakan nanoplankton dan detritus yang halus ( Sachlan,
1982).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">5. </span></b><b><span style="mso-ansi-language: IN;">Arthropoda</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="mso-ansi-language: IN;">Menurut Nybakken
(1992) bagian terbesar zooplankton adalah anggota filum arthropoda. </span><span lang="EN-US">Dari phylum Arthropoda hanya Crustacea yang hidup sebagai plankton
dan merupakan zooplankton terpenting bagi ikan di perairan air tawar maupun air
laut. Crustacea berarti hewan-hewan yang mempunyai sel yang terdiri dari kitin
atau kapur yang sukar dicerna. Crustacea dapat dibagi menjadi 2 golongan:
Entomostracea atau udang-udangan tingkat rendah dan Malacostracea atau
udang-udangan tingkat tinggi. Sebagian besar dari larva Malacostracea merupakan
meroplankton dan sebagian besar mati sebagai plankton karena di makan oleh
spesies hewan yang lebih besar atau mati karena kekurangan makanan.
Entomostracea yang terdiri dari ordo-ordo Branchiopoda, Ostracoda, Copepoda dan
Cirripedia, tidak mempunyai stadium zoea seperti halnya Malocostracea.
Entomostracea yang merupakan zooplankton ialah Cladocera, Ostracoda dan
Copepoda, sedangkan dari Malacostracea hanya Mycidacea dan Euphausiacea yang merupakan
zooplankton kasar atau makrozooplankton (Sachlan, 1982).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="EN-US">Salah satu subkelas Crustacea yang
penting bagi perairan adalah Copepoda. Copepoda adalah crustacea holoplanktonik
berukuran kecil yang mendominasi zooplankton di semua laut dan samudera. Pada
umumnya copepoda yang hidup bebas berukuran kecil, panjangnya antara satu dan
beberapa milimeter. Kedua antenanya yang paling besar berguna untuk menghambat
laju tenggelamnya. Copepoda makan fitoplankton dengan cara menyaringnya melalui
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>rambut–rambut (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">setae)</i> halus yang tumbuh di appendiks
tertentu yang mengelilingi mulut (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">maxillae</i>),
atau langsung menangkap fitoplankton dengan apendiksnya (Nybakken, 1992).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="EN-US">Bougis (1974) menjelaskan bahwa
copepoda merupakan biota plankton yang mendominasi jumlah tangkapan zooplankton
yang berukuran besar<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(2500 µm) pada suatu perairan dengan
kelimpahan mencapai 30% atau lebih sepanjang tahun dan dapat meningkat
sewaktu-waktu selama masa reproduksi.</span></div>
<div class="Default" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="EN-US">Copepoda mendominasi populasi zooplankton di perairan laut dengan
persentase berkisar antara 50-80% dari biomassa zooplankton dalam ekosistem
laut. Beberapa diantaranya bersifat herbivor (pemakan fitoplankton) dan
membentuk rantai makanan antara fitoplankton dan ikan. Copepoda merupakan
organisme laut yang sangat beragam dan melimpah, dan merupakan mata rantai yang
sangat penting dalam rantai makanan dan ekonomi lautan (Wickstead 1976). <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Contoh
genus dari Arthropoda antara lain Paracalanus, Pseudocalanus, Acartia,
Euchaeta, Calanus, Oithona, Microsetella </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">(Hutabarat dan Evans, 1986).</span></div>
<div class="Default" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">6. Moluska</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Moluska terdiri dari klas
Gastropoda, Pelecypoda (Bivalvea) dan Cephalopoda. Di periran air tawar,
meroplankton dari Gastropoda dan Bivalvea tidak begitu berperan penting
(Sachlan, 1982).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Filum Moluska biasanya terdiri
dari hewan-hewan bentik yang lambat. Namun, terdapat pula bermacam moluscka
yang telah mengalami adaptasi khusus agar dapat hidup sebagai holoplankton. Moluska
planktonik yang telah mengalami modifikasi tertinggi ialah <i>ptepropoda dan
heteropoda.</i><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kedua kelompok ini
secara taksonomi dekat dengan siput dan termasuk kelas Gastropoda. Ada dua tipe
pteropoda, yang bercangkang (ordo Thecosomata) dan yang telanjang (ordo
Gymnosomata). Pteropoda bercangkang adalah pemakan tumbuhan (herbivora),
cangkangnya rapuh dan berenang menggunakan kakinya yang berbentuk sayap.
Pteropoda telanjang dapat berenang lebih cepat daripada yang bercangkang.
Heteropoda adalah karnivora berukuran besar dengan tubuh seperti agar-agar yang
tembus cahaya (Nybakken, 1992). Contoh genus dari filum Moluska antara lain :
Creseis, Limacina, Cavolina, Diacria, Squid ( Hutabarat dan Evans, 1986).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">7. Echinodermata</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Phylum Echinodermata hanya
larva-larva dari beberapa ordo yang termasuk meroplankton. Ada larva yang
bentuknya seperti larva Chordata, sehingga ada anggapan bahwa Chordata adalah
keturunan Echinodermata. Genus-genus Echinodermata yang larva-larvanya
merupakan meroplankton ialah Bipinaria, Brachiolarva dan Auricularia, yang ada
pada waktunya akan mengendap semua pada dasar laut sebagai benthal-fauna
(Sachlan, 1982).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Semua Echinodermata melalui
fase larva pelagik dalam perkembangannya. Sama seperi hewan lainnya lamanya
menjadi larva pelagik tergantung pada telurnya, kurang baik atau sudah bagus
(Newell dan New</span><span style="mso-ansi-language: IN;">e</span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">ll, 1977). Contoh genus dari filum <span style="mso-bidi-font-weight: bold;">Echinodermata </span>antara lain :
Echinopluteus, Ophiopluteus, dan Auricularia<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>(Hutabarat dan Evans, 1986).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">8. Chordata</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Chordata termasuk dalam ordo
Mamalia,menurut evolusi merupakan keturunan dari spesies-spesies yang hidup
sebagai zooplankton dan bentuknya mirip dengan larva-larva Echinodermata. Dari
4 subfilum dari Chordata hanya ada 2 yang hidup sebagai zooplankton yaitu
Enteropneusta dan Urochordata. </span><span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;">Larva-larva dari Enteropneusta inilah yang bentuknya seperti larva
Echinodermata, seperti Tornaria-larva (Sachlan, 1982). </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Contoh genus dari filum Chordata antara lain :
Thalia, Oikopleura, dan Fritillaria (Hutabarat dan Evans, 1986).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;">Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelimpahan Zooplankton</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;">Kelimpahan zooplankton pada
suatu perairan dipengaruhi oleh faktor-faktor abiotik yaitu : suhu,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kecerahan, kecepatan arus, salinitas,pH, DO
(Kennish, 1990; Sumich, 1992; Romimohtarto dan Juwana, 1999). Sedangkan faktor
biotik yang dapat mempengaruhi distribusi zooplankton adalah bahan nutrien dan
ketersedian makanan (Kennish, 1990; Sumich, 1992).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;"><span style="mso-list: Ignore;">2.2.3.1.</span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;">Suhu</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;">Suhu perairan
mempengaruhi keberadaan zooplankton secara fisiologis dan ekologis (Kennish,
1990). Secara fisiologis perbedaan suhu perairan sangat berpengaruh terhadap
fekunditas, lama hidup, dan ukuran dewasa zooplankton. Secara ekologis
perubahan suhu menyebabkan perbedaan komposisi dan kelimpahan zooplankton.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;">Suhu
mempengaruhi daur hidup organisme dan merupakan faktor pembatas penyebaran
suatu jenis dalam hal ini mempertahankan kelangsungan hidup, reproduksi,
perkembangan dan kompetisi (Krebs, 1985). </span><span lang="PT-BR" style="mso-ansi-language: PT-BR;">Sedangakan menurut Dawes<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(1981) suhu yang baik bagi biota laut untuk
hidup normal adalah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>20 -35 ºC dengan fluktuasi tidak lebih dari 5
ºC. </span><span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;">Menurut Ray dan Rao
(1964) <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dalam </i>Dawson (1979) suhu yang
baik untuk kelimpahan zooplankton di daerah tropika secara umum berkisar antara
</span><span lang="PT-BR" style="mso-ansi-language: PT-BR;">24˚C - 30˚C.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;"><span style="mso-list: Ignore;">2.2.3.2.</span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;">Kecerahan</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="PT-BR" style="mso-ansi-language: PT-BR;">Defini</span><span style="mso-ansi-language: IN;">si</span><span lang="PT-BR" style="mso-ansi-language: PT-BR;"> dari kecerahan adalah jarak yang bisa ditembus cahaya dalam kolom air
dan kedalaman merupakan fungsi dari kecerahan, sedangkan kekeruhan air adalah
suatu ukuran bias cahaya di dalam air yang menunjukkan derajat kegelapan di dalam
suatu perairan yang disebabkan adanya partikel- partikel yang hidup maupun yang
mati yang dapat mengurangi transmisi cahaya (APHA, 1995). Semakin besar nilai
kecerahan akan meningkatkan hasil produktifitas primer dalam bentuk biomassa
yang merupakan pendukung utama kehidupan komunitas pada lingkungan tertentu
(Tait, 1981).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36.0pt; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;"><span style="mso-list: Ignore;">2.2.3.3.</span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;">Arus</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="color: black; mso-ansi-language: SV;">Arus merupakan
faktor utama yang membatasi penyebaran biota dalam perairan (Odum, 1971). </span><span lang="EN-US" style="color: black;">Arus laut dapat membawa larva planktonik jauh
dari habitat induknya menuju ke tempat mereka menetap dan berkembang (Jackson, 1986). Pada
daerah mangrove, arus yang disebabkan pasang surut mempunyai pengaruh nyata
terhadap distribusi plankton</span><span lang="EN-US">. </span><span lang="PT-BR" style="mso-ansi-language: PT-BR;">Arus mempunyai arti penting dalam menentukam
pergerakan dan distribusi plankton pada suatu perairan.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Arus merupakan sarana transportasi baku untuk
makanan maupun oksigen bagi suatu organisme air (Hawkes, 1978). Pergerakan
zooplankton terjadi secara vertikal pada beberapa lapisan perairan, tetapi
kekuatan berenangnya sangat kecil bila dibandingkan dengan kekuatan arus
tersebut (Hutabarat dan Evans, 1986; Nybakken, 1992).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36.0pt; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;"><span style="mso-list: Ignore;">2.2.3.4.</span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;">Salinitas</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span lang="PT-BR" style="mso-ansi-language: PT-BR;">Zooplankton
memiliki kepekaan yang tinggi terhadap tingkat salinitas pada perairan di
ekosistem mangrove. Tingkat toleransi pada tiap-tiap zooplankton sangat
bervariasi (Kennish, 1990). Salinitas yang ekstrim dapat menghambat<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pertumbuhan dan meningkatkan kematian pada
zooplankton (Odum, 1993). Menurut Sachlan (1982), pada salinitas 0 - 10 ppt
hidup plankton air tawar, pada salinitas 10 – 20 ppt hidup plankton air tawar
dan laut, sedangkan pada salinitas yang lebih besar dari 20 ppt hidup plankton
air laut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;"><span style="mso-list: Ignore;">2.2.3.5.</span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;">Derajat Keasaman (pH)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;">Derajat
keasaman (pH) mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan organisme perairan,
sehingga sering dipakai untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan. Menurut
Raymont (1963), pH dapat mempengaruhi plankton dalam proses perubahan dalam
reaksi fisiologis dari berbagai jaringan maupun pada reaksi enzim. Tait (1981)
menyatakan bahwa kisaran pH optimum bagi pertumbuhan plankton adalah 5,6-9,4.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;"><span style="mso-list: Ignore;">2.2.3.6.</span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;">Oksigen Terlarut (DO)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;">Oksigen
terlarut dalah gas untuk respirasi yang sering menjadi faktor pembatas dalam
lingkungan perairan. Ditinjau dari segi ekosistem, kadar oksigen terlarut
menentukan kecepatan metabolisme dan respirasi serta sangat penting bagi
kelangsungan dan pertumbuhan organisme air. Kandungan oksigen terlarut akan
berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas (Sachlan, 1982; Nybakken, 1988).
Menurut Raymont (1963), konsentrasi dari oksigen terlarut paling rendah yang
dibutuhkan oleh organisme perairan adalah 1 ppm.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;"><span style="mso-list: Ignore;">2.2.3.7.</span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;">Bahan Nutrien</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span lang="PT-BR" style="mso-ansi-language: PT-BR;">Komponen
nutrien utama yang sangat diperlukan dalam menentukan tingkat kesuburan
perairan adalah nitrat dan fosfat. Nitrat (NO3) adalah komponen nitrogen yang
paling melimpah keberadaannya di laut. Nitrogen merupakan bagian esensial dari
seluruh kehidupan karena berfungsi sebagai pembentuk protein dalam jaringan
sehingga aktifitas yang utama seperti fotosintesis dan respirasi tidak dapat
berlangsung tanpa tersedianya nitrogen yang cukup (Ranoemihardjo dan
Martosoedarmo, 1988).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
<span style="color: black; mso-ansi-language: IN;">Proses utama dalam metabolism nitrat adalah penyerapan
pada proses fotosintesa fitoplankton, regenerasi nitrat melalui proses dekomposisi
oksida bahan-bahan organik di bawah permukaan kolom air di permukaan sedimen,
juga denitrifikasi yang terjadi dalam kondisi anaerob (Tait, 1981; Millero dan
Sohn, 1992).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 1.0cm 35.45pt 90.0pt; text-align: justify;">
<span style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Menurut
Vollenweinder ( 1968) dalam Gunawati (1984)</span><b><span style="mso-ansi-language: SV;"> </span></b><span style="mso-ansi-language: IN;">penentuan tingkat kesuburan
perairan berdasarkan konsentrasi nitrat sebagai berikut :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 35.45pt 90.0pt; text-align: justify;">
<span style="mso-ansi-language: IN;">< 0,226<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>:
kesuburan kurang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 35.45pt 90.0pt; text-align: justify;">
<span style="mso-ansi-language: IN;">0,226 – 1,129<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>:
kesuburan sedang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 35.45pt 90.0pt; text-align: justify;">
<span style="mso-ansi-language: IN;">1,130 – 11,29<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>:
kesuburan tinggi</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="background: white; line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Zooplankton memperoleh nitrogen organik dan
anorganik dari fitoplankton dan mikroorganisme, kemudian mengekresikan nitrogen
organik dalam feses yang akan mengendap atau menjadi terlarut. Aktivitas
mikroorganisme bentik dapat merubah nitrogen organik menjadi anorganik di dalam
sedimen. Bakteri juga berperan dalam siklus nitrogen yaitu merubah nitrogen organik
terlarut menjadi anorganik. (Tait, 1981; Meadows dan Campbell, 1993).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span lang="PT-BR" style="mso-ansi-language: PT-BR;">Nutien
tidak secara langsung dibutuhkan zooplankton. Fitoplankton menggunakan nitrat
untuk perkembangannya. Perkembangan fitoplankton akan mempengaruhi pula
perkembangan zooplankton, hal ini dikarenakan fitoplankton adalah makanan utama
bagi zooplankton (Wickstead, 1965).</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="background: white; line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="PT-BR" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: PT-BR;">Fosfat merupakan faktor pembatas bagi produktifitas
suatu perairan. Perairan dengan kandungan fosfat yang tinggi melebihi kebutuhan
normal organisme nabati yang ada di perairan tersebut, maka akan menyebabkan
terjadinya eutofikasi </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">( Nybakken, 1992).</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">
</span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Secara alamiah, fosfor tidak terdapat dalam
bentuk bebas namun dalam bentuk fosfat. Dalam sistem perairan, fosfat berada
dalam bentuk fosfat terlarut atau fosfat organik yang terkandung dalam biota
plankton (Tait, 1981; Michael, 1994).</span><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 1.0cm 35.45pt 90.0pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span><span style="mso-ansi-language: IN;">Joshimura (1976) </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="EN-US">dalam </span></i><span lang="EN-US">Wardoyo </span><span style="mso-ansi-language: IN;">(19</span><span lang="EN-US">82</span><span style="mso-ansi-language: IN;">)</span> <span style="mso-ansi-language: IN;">menggolongkan
tingkat kesuburan perairan berdasarkan konsentrasi fosfat terlarut sebagai
berikut :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 35.45pt 90.0pt; text-align: justify;">
<span style="mso-ansi-language: IN;">< 0,02<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>:
rendah</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 35.45pt 90.0pt; text-align: justify;">
<span style="mso-ansi-language: IN;">0,021 – 0,05<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>:
cukup</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 35.45pt 90.0pt; text-align: justify;">
<span style="mso-ansi-language: IN;">0,051 – 0,10<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>:
baik</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level4 lfo1; tab-stops: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;"><span style="mso-list: Ignore;">2.2.3.8.</span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IT" style="mso-ansi-language: IT;">Ketersediaan Makanan</span></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="background: white; line-height: 200%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span lang="FI" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: FI;">Distribusi zooplankton melimpah di perairan
berkaitan erat dengan ketersediaan makanan atau fitoplankton sebagai makanannya
( Meadows dan Campbell, 1993). Wijayanti <i style="mso-bidi-font-style: normal;">et
al</i>. (1995) menambahkan bahwa komposisi dari komunitas zooplankton
bervariasi dari tahun ke tahun dikarenakan perubahan makanan dan lingkungan
tempat hidupnya. Jenis fitoplankton yang dimakan zooplankton antara lain
Chaeteceros, Skeletonema, </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-bidi-font-style: italic; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Fraggilaria, Oscillatoria,
Ceratium (Soedibjo, 2006).</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="background: white; line-height: 200%; margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<br /></div>planktonhttp://www.blogger.com/profile/05994868802237187193noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4480623360779929101.post-82813286813195067652012-04-08T22:25:00.000-07:002012-04-08T22:25:23.336-07:00fitoplankton<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Body Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-bidi-font-family:Arial;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;">Fitoplankton</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 36.0pt; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;">Pengertian Fitoplankton</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;">Fitoplankton
adalah sekelompok dari biota tumbuh-tumbuhan autotrof, mempunyai klorofil dan
pigmen lainnya di dalam selnya dan mampu untuk menyerap energi radiasi dan CO<sub>2</sub>
untuk melakukan fotosintesis. Biota tersebut mampu mensintesis bahan-bahan anorganik
untuk dirubah menjadi bahan organik (yang terpenting yaitu karbohidrat) (Zhong,
1989).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;">Seluruh
plankton dari golongan fitoplankton memiliki warna, dimana sebagian berwarna
hijau karena mengandung berbagai jenis pigmen klorofil, yaitu klorofil –a
sampai klorofil –d. Meskipun demikian, penamaan atau penggolongan algae
berdasarkan kepada dasar warna, meskipun kandungan pigmen terdiri dari beberapa
pigmen (Sachlan, 1982). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;">Klasifikasi fitoplankton</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;">Fitoplankton
dicirikan dengan pigmen yang berkaitan dengan proses fotosintesa. Selanjutnya
proses fotosintesa yang dilakukan oleh algae berkaitan dengan klorofil a
(kecuali pada alga hijau biru), dimana pigmen tersebut merupakan sel organ
kloroplas. Pigmen yang terdapat dalam kloroplas tersebut digunakan sebagai
kriteria untuk mengelompokkan alga ke dalam kelas (Bold dan Wynne, 1985).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;">Menurut
Romimohtarto dan Juwana (2001) meskipun membentuk sejumlah biomasa di laut,
fitoplankton ini hanya diwakili oleh beberapa divisi saja, sebagian besar
diantaranya bersel satu dan bersifat mikroskopik. Sachlan (1982) membagi algae
menjadi beberapa divisi yaitu : Cyanophyta (alga hijau biru), Chlorophyta (alga
hijau), Chrysophyta (alga kuning), Pyrrophyta (dinoflagellata), Euglenophyta,
Phaeophyta (alga coklat), Rhodhophyta (alga merah). </span></div>
<ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;">Cyanophyceae </span></b></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;">Cyanophyceae
atau ganggang hijau biru merupakan fitoplankton yang bersifat prokariotik.
Bentuk sel Cyanophyceae umumnya berupa sel tunggal, koloni atau filamen. Dalam
bentuk koloni atau filamen alga ini mampu melakukan proses fiksasi nitrogen
sehingga dapat menyebabkan ledakan populasi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">blooming</i>
baik diperairan tawar maupun perairan laut (Sachlan, 1982).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;">Menurut
Sumich (1992) Cyanophyceae umumnya ditemukan melimpah didaerah intertidal dan
estuari tetapi dapat dijumpai pula diperairan tropis dan sub tropis. Salah satu
jenis Cyanophyceae yang sering ditemukan diperairan yang mengandung zat hara
yang rendah adalah dari jenis Tricodesmium. Pada kelas cyanophyceae adaptasi
pengapungannya yaitu dengan memanfaatkan bentuk sel-selnya untuk membentuk
rantai seperti pada Tricodesmium.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 45.0pt; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Fitoplankton dari kelas
Cyanophyceae mempunyai sifat-sifat khas, antara lain : (1) memilki toleransi
terhadap keadaan kering biasanya dari genus Oscillatoria; (b) memilki toleransi
terhadap suhu tertentu pada genus (Oscillatoria); (c) beberapa jenis alga biru
mampu mengikat molekul zat lemas (N<sub>2</sub>) dari udara, apabila dalam
tanah tidak terdapat nitrat; (d) belum mempunyai inti yang sempurna (Sachlan,
1982). Reproduksi Cyanophyceae dengan pembelahan diri (cell division). Pada
proses ini terjadi pemisahan sel keturunan yang kemudian tumbuh dan berkembang
membentuk koloni atau filament (Bold and Wyne, 1985). Bentuk koloni dan
fillament Cyanophyceae dihasilkan oleh fragmentasi sel induk yang kemudian
memisah dan menjadi individu baru. Potongan fragment dari trichome disebut
hormogonia dan dihasilkan dari proses pemisahan pada dinding sel trichome atau
oleh sel yang mati dan menjadi separation disc (Sharma, 1992).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<ol start="2" style="margin-top: 0cm;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Chlorophyceae </span></b></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 45.0pt; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></b><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;">Nama yang popular untuk Chlorophyceae adalah alga hijau.
Hal itu dikarenakan warna yang dimilikinya. Warna itu diakibatkan oleh klorofil
yang terdapat dalam tubuhnya yaitu klorofil a dan b yang terdiri dari :<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>α, β, γ <i style="mso-bidi-font-style: normal;">carotenes
</i>dan beberapa <i style="mso-bidi-font-style: normal;">xanthophylls</i>, 2-5-<i style="mso-bidi-font-style: normal;">thylakoids/stack</i> (Bold dan wyne, 1985).
Produk yang dihasilkan dari alga ini adalah berupa kanji (amilose dan
amilopektin), beberapa dapat menghasilkan produk berupa minyak. Alga ini sangat
penting sebagai sumber makanan bagi protozoa dan hewan air (Kimball, 1996)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 45.0pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Banyak diantara
anggota divisi ini yang benar-benar menyerupai tumbuhan. Keberadaan dinding sel
yang terdiri dari klorofil a dan b adalah ciri-ciri tumbuhan dan hal ini
menunjukkan bahwa alga hijau merupakan kerabat dekat protista. Reproduksi
dilakukan dengan pembelahan biasa. Dinding sel terbuat dari selulosa, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">hydroxyl-proline glucosides</i>, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">xilans</i>, dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">mannans</i>. Kelas ini biasanya melimpah pada perairan yang relatif
tenang. (Arinardi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">et al</i>., 1997).<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Dinophyceae </span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 45.0pt; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Alga jenis ini lebih populer
dengan sebutan Dinoflagellata. Klorofil yang terdapat dalam tubuhnya adalah
klorofil a dan c yang terdiri dari : β<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;">carotenes</i> dan beberapa <i style="mso-bidi-font-style: normal;">xanthophylls, </i>2-6-<i style="mso-bidi-font-style: normal;">thylakoids/stack</i> (Bold dan wyne, 1985). Produk yang dihasilkan dari
alga ini adalah berupa kanji, α-1-4-<i style="mso-bidi-font-style: normal;">glucan</i>,
beberapa dapat berupa minyak. Dinoflagellata merupakan produser primer kedua
setelah diatom. Kelas Dynophyceae berukuran kecil, uniseluler, memiliki dua
cambuk yang dapat digunakan untuk bergerak, dinding tipis atau berkotak-kotak
dan memiliki warna kuning-hijau dan kemerah-merahan (Sachlan, 1982).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 45.0pt; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Menurut Boney (1989) struktur
Dinoflagellata dapat dibagi menjadi dua yaitu bagian atas (apical) yang
dinamakan epitheca (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">episome/epicone</i>)
dan bagian bawah (antapical) yang disebut hipotheca (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">hyposome/hypocome</i>) diantaranya terdapat satu bagian seperti sabuk
yang disebut <i style="mso-bidi-font-style: normal;">girdle</i> (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">cingulum</i>). Selain <i style="mso-bidi-font-style: normal;">girdle</i> terdapat suatu lekukan yang berawal pada <i style="mso-bidi-font-style: normal;">girdle</i> dan mengarah ke antapical, yaitu <i style="mso-bidi-font-style: normal;">sulcus</i>. Bagian yang memperlihatkan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">sulcus</i> disebut dorsal. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Girdle</i> dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">sulcus</i> masing-masing memiliki satu flagel, yaitu flagel<i style="mso-bidi-font-style: normal;"> transversum</i> (dalam girdle) dan flagel
longitudinal (dalam sulcus). Fungsi flagel <i style="mso-bidi-font-style: normal;">transversum</i>
adalah untuk berenang sedangkan flagel <i style="mso-bidi-font-style: normal;">longitudinal</i>
digunakan untuk kemudi. Oleh karena itu gerak dari Dinoflagellata merupakan
gerak memutar atau berguling-guling. Kedua flagel bermuara pada lubang
pertemuan antar <i style="mso-bidi-font-style: normal;">sulcus</i> dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">girdle</i> (Boney,1989).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 45.0pt; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Reproduksi pada Dinoflagellata
umumnya adalah dengan pembelahan sel. Laju pembelahan ini akan sangat tinggi
bila lingkungannya optimal, meskipun terdapat variasi antarjenis dan antarwaktu
(Nontji, 2008). Lebih lanjut dijelaskan oleh Sachlan (1982), bahwa cara
perkembangbiakannya melalui proses pembelahan. Dalam sel antara kotak-kotak
selanjutnya memisahkan diri dan masing-masing bagian membuat dinding sel baru.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Bacillariophyceae<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 45.0pt; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></b><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;">Diatom yang merupakan sebutan lain untuk kelas
Bacillariophyceae, merupakan fitoplankton yang dominan di laut. Bentuk diatom
dapat berupa sel tunggal atau rangkaian sel panjang, setiap sel dilindungi oleh
dinding silica yang menyerupai kotak (Sachlan, 1982; Arinardi et al., 1994).
Jenis-jenis diatom yang banyak ditemukan di perairan pantai atau mulut sungai
adalah chaetoceros, rhizosolenia, dan coscinodiscus (Arinardi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">et al</i>., 1994). Distribusi diatom sangat
luas meliputi air laut sampai air tawar, baik dalam komunitas plankton maupun
bentik. Kondisi ini disebabkan oleh kemampuan reproduksi diatom yang lebih
besar dibandingkan dengan kelompok fitoplankton lainnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 45.0pt; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Struktur cangkang Diatom diibaratkan
sebagai sebuah kotak bersama tutupnya karena terdiri dari dua bagian yang cocok
satu sama lain. Dinding (bersama selnya) disebut <i style="mso-bidi-font-style: normal;">frustula</i>. Morfologi frustula terdiri dari dua valva (valve)
setangkup bagaikan cawan petri (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">petri
disk</i>) yang dihubungkan oleh sabuk-sabuk penghubung yang saling tumpang
tindih dan bersama-sama membentuk gelang (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">girdle</i>).
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Valve</i> yang lebih besar dinamakan
epiteka (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">epitheca</i>) dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">valve</i> yang lebih kecil dinamakan
hipoteka (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">hipotheca</i>). Protoplasma
seluruhnya terletak didalam cangkang, tetapi untuk pertukaran hasil-hasil
metaboliknya dihubungkan oleh rafe (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">raphae</i>)
dalam <i style="mso-bidi-font-style: normal;">valve</i> pada jenis-jenis tertentu
atau melalui pori-pori kecil pada jenis yang lain (Romimohtarto dan Juwana,
2001).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 45.0pt; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Berdasarkan bentuknya, diatom dikelompokkan
menjadi dua, yaitu kelompok <i style="mso-bidi-font-style: normal;">centric</i>
diatom dan kelompok <i style="mso-bidi-font-style: normal;">pennate</i> diatom.
Kelompok <i style="mso-bidi-font-style: normal;">centrales</i> memiliki bentuk
valve yang tersusun secara radial atau terkonsentrasi satu titik (Lalli dan
Parsons, 1997). Umumnya kelompok ini mempunyai gambaran bentuk dinding sel
bulat, silindris, atau segitiga dan sebagian besar bersifat planktonik.
Sedangkan kelompok pennate memiliki bentuk yang panjang dengan simetris
bilateral sepanjang sumbu katup dinding sel (Lalli dan Parsons, 1997).<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>planktonhttp://www.blogger.com/profile/05994868802237187193noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4480623360779929101.post-6687039225274956942012-04-08T22:23:00.000-07:002012-04-08T22:23:04.662-07:00definisi plankton<!--[if !mso]>
<style>
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Body Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;">Definisi Plankton</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;">Plankton merupakan kelompok-kelompok organisme yang hanyut bebas dalam
laut<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan sangat lemah daya renangnya,
sehingga mereka sama sekali dikuasai oleh gerakan-gerakan air. Membicarakan
tentang plankton, merupakan cara yang tepat untuk mengawali suatu bahasan
tentang ekologi laut, karena anggota-anggota plankton yang bersifat nabati
merupakan penyumbang fotosintesis terbesar di laut. Di dalam plankton
terperangkap bagian terbesar energi matahari yang kemudian berturut-turut
dipindahkan ke komunitas-komunitas lainnya. Sangat pentingnya peranan plankton
sebagai pengikat awal energi matahari menjadikan plankton sangat penting pula
bagi ekonomi laut. Tanpa adanya tumbuhan planktonik di dalam laut yang
berukuran kecil atau renik dan mampu mengikat energi matahari, tidak mungkin
ada kehidupan di dalam laut. Sub grup ini terdiri dari golongan binatang (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">zooplankton</i>) dan golongan
tumbuh-tumbuhan (phy<i style="mso-bidi-font-style: normal;">toplankton</i>).
Nekton terdiri dari hewan-hewan yang berukuran lebih besar yang mempunyai
kemampuan untuk bergerak sendiri yang membuat gerakan mereka tidak tergantung
kepada kekuatan arus. Ikan adalah golongan yang paling banyak dijumpai dalam
grup ini, termasuk cumi-cumi, ular laut, dugong dan ikan paus. Dalam grup ini
tidak terdapat sub grup tumbuh-tumbuhan (Nybakken, 1988)</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;">Dalam dunia perikanan, plankton dimaksudkan sebagai suatu organisme yang
hidupnya terombang-ambing oleh arus di lautan bebas.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Mereka terdiri dari makhluk-makhluk yang
hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuh-tumbuhan (phytoplankton).<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Zooplankton sebenarnya termasuk golongan
hewan perenang aktif, yang dapat mengadakan migrasi secara vertikal pada
beberapa lapisan perairan, tetapi kekuatan berenang mereka adalah sangat kecil
jika dibandingkan dengan kuatnya gerakan arus itu sendiri<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(Sahala, 1986)</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;">Istilah “plankton” pertama kali digunakan oleh Hensen pada tahun 1887, dan
plankton ini sudah tentu dapat di selidiki dengan sempurna, jika menggunakan
mikroskop. Satu specimen atau individu dari plankton disebut plankter (Sachlan,
1982)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;"> </span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;"> </span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> <span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Jenis-jenis plankton</span></b></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;">Menurut Nybakken (1988) plankton secara umum dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 7.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Berdasarkan ukuran
:</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -10.9pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;">a.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Megaplankton, berukuran lebih dari 2,0 mm</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -10.9pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;">b.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Makroplankton, berukuran 0,2-2,0 mm</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -10.9pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;">c.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Mikroplankton, berukuran 20 </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-text-raise: -5.0pt; position: relative; top: 5.0pt;"><img height="17" src="file:///C:/Users/Intidana/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" width="16" /></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;">m-0,2 mm</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -10.9pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;">d.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Nanoplankton, berukuran 2 </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-text-raise: -5.0pt; position: relative; top: 5.0pt;"><img height="17" src="file:///C:/Users/Intidana/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" width="16" /></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;">m-20</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-text-raise: -5.0pt; position: relative; top: 5.0pt;"><img height="17" src="file:///C:/Users/Intidana/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" width="16" /></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;">m</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -10.9pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;">e.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ultraplankton, berukuran kurang dari 2 </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-text-raise: -5.0pt; position: relative; top: 5.0pt;"><img height="17" src="file:///C:/Users/Intidana/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" width="16" /></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;">m</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 7.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 1.0cm 49.65pt; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;">Berdasar sifat
:</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -7.1pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;">a.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Holoplankton, seluruh daur hidupnya bersifat
planktonik.</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -7.1pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;">b.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Meroplankton, hanya sebagian daur hidupnya
bersifat planktonik.</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;">Kecilnya ukuran plankton tidaklah mengandung arti bahwa mereka itu adalah
organisme yang kurang penting.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Anggapan
yang demikian ini adalah kurang benar, karena mereka merupakan sumber makanan
bagi jenis ikan komersial penting yang hidup di lautan. Dengan kata lain
kelangsungan hidup ikan tergantung pada banyak sedikitnya jumlah plankton yang
ada. Sejak ikan merupakan salah satu sumber makanan yang penting bagi manusia,
maka dengan tidak membesarkan arti sebenarnya, secara tidak langsung makanan
kita pun tergantung kepada mereka.<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Phytoplankton disebut juga primary producers yang merupakan sumber
makanan bagi zooplankton (yang bersifat herbivora).<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kemudian zooplankton (herbivora) ini akan di
mangsa oleh zooplankton (carnivora) dan hewan-hewan yang berukuran lebih besar,
termasuk ikan haring pada tingkat kedewasaan yang berbeda-beda dan selanjutnya
sampai pada akhirnya kepada manusia sebagai puncak dari rantai makanan.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Dari sini dapat ditarik kesimpulan, bahwa
sesungguhnya plankton dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai sumber makanan
oleh manusia. Bahan makanan yang berasal dari plankton akan banyak mengandung
asam-asam amino essensial, mineral-mineral, vitamin-vitamin dan juga lemak
serta karbohidrat.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Di dalam teori dapat
dikatakan bahwa plankton merupakan sumber makanan penting bagi kita.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(Sahala, 1986)</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>planktonhttp://www.blogger.com/profile/05994868802237187193noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4480623360779929101.post-38069327264081464692012-04-03T01:57:00.001-07:002012-04-03T01:57:12.851-07:00DEFINISI PLANKTON<span class="a" style="left: 1100px; top: 1668px;">Plankton di definisikan sebagai mikroorganisme yang ditemui hidup di</span><span class="a" style="left: 812px; top: 1822px;"> perairan, baik sungai, danau, waduk, maupun di perairan payau dan laut.</span><span class="a" style="left: 834px; top: 1974px;">Mikroorganisme ini baik dari segi jumlah dan jenisnya sangat banyak. Plankton</span><span class="a" style="left: 834px; top: 2126px;">merupakan salah satu komponen utama dalam suatu rantai makanan dan jaring</span><span class="a" style="left: 834px; top: 2278px;">makanan.</span><span class="a" style="left: 1100px; top: 2432px; word-spacing: -1px;">Plankton dianggap sebagai salah satu <span class="w7"></span>organisme terpenting di laut, karena</span><span class="a" style="left: 834px; top: 2584px;">menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik. Bagi kebanyakan makhluk laut,</span><span class="a" style="left: 812px; top: 2736px; word-spacing: -1px;"> plankton adalah makanan u<span class="w6"></span>tama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan</span><span class="a" style="left: 834px; top: 2888px; word-spacing: 2px;">tumbuhan laut.</span><span class="a" style="left: 1100px; top: 3042px; word-spacing: -1px;">Plankton hidup di pesisir pantai di mana <span class="w7"></span>ia memperoleh garam mineral dan</span><span class="a" style="left: 834px; top: 3194px;">cahaya matahari yang mencukupi. Hal ini memungkinkan plankton untuk terus hidup.</span><span class="a" style="left: 834px; top: 3346px;">Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan banyak </span><span class="a" style="left: 834px; top: 3498px;">terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan</span><span class="a" style="left: 834px; top: 3652px;">di kawasan itu.</span><span class="a" style="left: 1100px; top: 3804px;">Plankton memiliki kemampuan untuk berkembang biak dengan cepat dan</span><span class="a" style="left: 834px; top: 3956px;">dapat di budidayakan dengan mudah secara missal, sehingga tidak di khawatirkan</span><span class="a" style="left: 834px; top: 4108px; word-spacing: 1px;">akan punah.</span><br />
<br />
<br />planktonhttp://www.blogger.com/profile/05994868802237187193noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4480623360779929101.post-72649363160388576252012-04-02T21:24:00.003-07:002012-04-19T19:10:03.747-07:00PLANKTON<b>Plankton</b> didefinisikan sebagai <a href="http://www.blogger.com/wiki/Organisme" title="Organisme">organisme</a> hanyut apapun yang hidup dalam <a href="http://www.blogger.com/wiki/Zona_pelagik" title="Zona pelagik">zona pelagik</a> (bagian atas) <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/wiki/Samudera" title="Samudera">samudera</a>, <a href="http://www.blogger.com/wiki/Laut" title="Laut">laut</a>, dan badan <a href="http://www.blogger.com/wiki/Air_tawar" title="Air tawar">air tawar</a>. Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik.<br />
Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya.<br />
Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton menjadi makanan <a href="http://www.blogger.com/wiki/Ikan" title="Ikan">ikan</a>, tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di kawasan itu.<br />
Selain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta dari tumbuhan. Jika dilihat menggunakan mikroskop, unsur tumbuhan alga dapat dilihat pada plankton. Beberapa makhluk laut yang memakan plankton adalah seperti <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/wiki/Batu_karang" title="Batu karang">batu karang</a>, <a href="http://www.blogger.com/wiki/Kerang" title="Kerang">kerang</a>, dan <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/wiki/Ikan_paus" title="Ikan paus">ikan paus</a>.<br />
<br />
KLASIFIKASI PLANKTON<br />
<br />
<div style="background-color: white; border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;">
Klasifikasi Plankton Berdasarkan Kebutuhan MakanannyaPlankton diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan makanannya. Plankton tanaman atau nabati disebut phytoplankton. Phytoplankton memiliki khlorofil sehingga memungkinkan untuk melakukan fotosintesis. Zooplankton terdiri dari plankter yang makanannya bersifat holozoik sehingga ke dalam jenis ini termasuk semua jenis plankton (Anonymous, 2001). <br />
Klasifikasi Plankton Berdasarkan Lingkungan1) Limnoplankton (jenis plankton yang hidup di lingkungan danau)2) Rheoplankton (jenis plankton yang hidup pada lingkungan sungai yang mengalir)3) Haliplankton (hidup pada lingkungan laut)4) Hypalmyroplankton (Estuari atau Brackish Water)<br />
5) Hypoplankton (hidup pada lingkungan dasar perairan)6) Epiplankton (Zona Euphotic)7) Bathyplankton (Zona Aphotic)8) Mesoplankton (Zona Disphotic) (Herawati, 2003)<br />
Klasifikasi Plankton Berdasarkan Ukuran1) NanoplanktonNanoplankton adalah Plankton yang berukuran 25 mikron sehingga diameternya lebih kecil dari 60 mikron. Spesies yang sebagian besar termasuk katagori ini adalah plankton nabati atau phytoplankton dan yang terpenting adalah dari ordo : Coccolithopores, Silicoflagellata, Diatom, Bakteria serta beberapa jenis Alga Uniceluller, sebaliknya dari plankton hewani kebanyakan dari protozoa yaitu kelas Mastigophora.2) MakroplanktonPlankton jenis ini umumnya didominasi oleh zooplankton seperti Jelly Fish dan biasanya berukuran > 3 mm.3) MikroplanktonPada jenis ini sebagian besar adalah zooplankton seperti Diatom dan dinoflagellata yang secara umum berukuran < 3 mm (Kusriani, 1992)<br />
Kualitas Air Pemeliharaan PlanktonKualitas air menentukan kelayakan bagi suatu perairan sebagai lingkungan hidup ikan dan ketersediaan organisme makanannya. Menurut Subarijanti (1990b), air serta bahan-bahan dan energi yang dikandung didalamnya merupakan lingkungan bagi jasad-jasad air.<br />
KecerahanRadiasi matahari menentukan intensitas dan kualitas cahaya pada kedalaman tertentu dan akan mempengaruhi penguapan kondisi panas. Cahaya yang jatuh pada permukaan air akan dipantulkan dan diteruskan ke dalam air. <br />
<div class="googleCustomInTextBlock" id="phCustomJsInText">
</div>
Semakin besar sudut pantul, di bagian dalam air akan semakin gelap (Subarijanti, 1990b).Phytoplankton di daerah tropis dapat tumbuh dengan cepat jika intensitas cahaya matahari dan kebutuhan unsur hara terpenuhi, oleh karena itu kelimpahan phytoplankton tertinggi terjadi di daerah yang masih dapat ditembus oleh cahaya (Goldman dan Horne, 1983).2.4.2 SuhuSuhu merupakan salah satu faktor abiotik yang memegang peranan penting dalam kehidupan organisme perairan. Kisaran suhu yang ideal untuk kehidupan phytoplankton menurut Sutini (1981) adalah sebesar 230-280 C. Menurut Wardoyo (1975) bahwa kenaikan suhu sebesar 11,10 C menjadi 22,20 C menyebabkan kandungan oksigen terlarut berkurang dari 1,7 mg/l menjadi 0,7 mg/l.Suhu dapat mempengaruhi organisme secara serentak. Setiap spesies atau kelompok individu mempunyai suhu minimum dan maksimum dalam kehidupannya dan mempunyai kemampuan dalam meyesuaikan diri sampai titik tertentu. Kenaikan suhu akan menaikkan metabolisme dari organisme dan akan menaikkan pula kebutuhan akan oksigen. Hal ini sesuai pula dengan hukum Vant Hoff yang menyatakan kenaikan suhu sebesar 10 % akan menaikkan reaksi metabolisme sebesar tiga kali lipat dari semula (Musa, 1997).Suhu juga dapat mempengaruhi perubahan berat jenis. Dimana pada malam hari pada umumnya suhu permukaan akan lebih rendah dari suhu pada daerah yang lebih dalam, sehingga berat jenis air akan naik. Dengan demikian palankton akan naik keatas karena berat jenis plankton lebih kecil atau berkurang. Demikian pula waktu siang hari dimana suhu di daerah yang lebih dalam akan lebih rendah sedang didaerah permukaan akan lebih panas sehingga plankton akan turun karena perubahan berat jenis (Kusriani, 1992). </div>planktonhttp://www.blogger.com/profile/05994868802237187193noreply@blogger.com0