Minggu, 08 April 2012

zooplankton


Zooplankton
Tinjauan Umum Zooplankton
Istilah plankton berasal dari kata Yunani yang berarti pengembara. Plankton hidupnya mengapung atau melayang dan daya geraknya tergantung dari pergerakan arus atau pergerakan air. Plankton dibagi dalam dua golongan besar yaitu fitoplankton (plakton tumbuhan atau nabati) dan zooplankton (plankton hewani) (Arinardi et. al., 1994).
Zooplankton atau plankton hewani merupakan suatu organisme yang berukuran kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus di lautan bebas yang hidupnya sebagai hewan. Zooplankton sebenarnya termasuk golongan hewan perenang aktif, yang dapat mengadakan migrasi secara vertikal pada beberapa lapisan perairan, tetapi kekuatan berenang mereka adalah sangat kecil jika dibandingkan dengan kuatnya gerakan arus itu sendiri ( Hutabarat dan Evans, 1986).
Berdasarkan siklus hidupnya zooplankton dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu sebagai meroplankton dan holoplankton banyak jenis hewan yang menghabiskan sebagian hidupnya sebagai plankton, khususnya pada tingkat larva. Plankton kelompok ini disebut meroplankton atau plankton sementara. Sedangkan holoplankton atau plankton tetap, yaitu biota yang sepanjang hidupnya sebagai plankton. (Raymont, 1983; Omori dan Ikeda, 1984; Arinardi et al.,1994, 1996).
Meroplankton terdiri atas larva dari Filum Annelida, Moluska, Byrozoa, Echinodermata, Coelenterata atau planula Cnidaria, berbagai macam Nauplius dan zoea sebagai Artrhopoda yang hidup di dasar, juga telur dan tahap larva kebanyakan ikan. Sedangkan yang termasuk holoplankton antara lain : Filum Artrhopoda terutama Subkelas Copepoda, Chaetognata, Chordata kelas Appendiculata, Ctenophora, Protozoa, Annelida Ordo Tomopteridae dan sebagian Moluska (Newell dan Newell, 1977; Raymont, 1983; Omori dan Ikeda, 1984).
Menurut Arinardi et al., (1997), zooplankton dapat dikelompokkan berdasarkan ukurannya menjadi empat ( Tabel 2).


Tabel 2. Pengelompokkan zooplankton berdasarkan ukurannya
No.
Kelompok
Ukuran
Organisme Utama
1
Mikroplankton
20 - 200µm
Ciliata, Foraminifera, nauplius, rotifera, Copepoda
2
Mesoplankton
200µm - 2 mm
Cladocera, Copepoda, dan Larvacea
3
Makroplankton
2 - 20 mm
Pteropoda, Copepoda, Euphasid, Chaetognatha
4
Mikronekton
20 - 200 mm
Chepalopoda,Euphasid, Sargestid dan Myctophid
5
Megaloplankton
> 20 mm
Scyphozoa, Thaliacea
Sumber : Arinardi et al., (1997)
Zooplankton merupakan produsen sekunder sehingga penting dalam jaring-jaring makanan di suatu perairan. Zooplankton memangsa fitoplankton dimana fitoplankton itu sendiri memanfaatkan nutrient melalui proses fotosintesis (Kaswadji et al., 1993). Pada proses selanjutnya zooplankton merupakan makanan alami bagi larva ikan dan mampu mengantarkan energi ke jenjang tropik yang lebih tinggi. Dalam hubungan dengan rantai makanan zooplankton berperan sebagai penghubung produsen primer dengan tingkat pakan yang lebih tinggi, sehinnga kelimpahan zooplankton sering dikaitkan dengan kesuburan peraiaran (Arinardi et. al., 1994). Dari berbagai jenis zooplankton hanya ada satu golongan saja yang sangat penting menurut sudut ekologis yaitu subklas Copepoda (klas Crustacea, filum Arthropoda). Hewan- hewan kecil ini sangat penting artinya bagi ekonomi ekosistem- ekosistem bahari karena merupakan herbivora primer dalam laut ( Nybakken, 1992).
Menurut Nybakken (1992), zooplankton melakukan migrasi vertikal harian dimana zooplankton bergerak ke arah dasar pada siang hari dan ke permukaan pada malam hari. Gerakan tersebut dimaksudkan untuk mencari makanan  yaitu fitoplankton. Gerakan pada malam hari lebih banyak dilakukan karena adanya variasi makanan yaitu fitoplankton lebih banyak, selain itu dimungkinkan karena zooplankton menghindari sinar matahari langsung (Nontji, 1993).

Klasifikasi Zooplankton
Arinardi et al., (1994) mengatakan bahwa beberapa filum hewan terwakili di dalam kelompok zooplankton. Zooplankton terdiri dari beberapa filum hewan antara lain : filum Protozoa, Cnidaria, Ctenophora, Annelida, Crustacea, Mollusca, Echinodermata, dan Chordata.

1 Protozoa
Protozoa dibagi dalam 4 kelas yaitu : Rhizopoda, Ciliata, Flagellata dan Sporozoa. Kelas Sporozoa tidak ada yang hidup sebagai plankton karena semuanya merupakan plankton seperti Plasmodium dan Nyzobulus yang hidup dalam tubuh manusia dan ikan. Mengenai Flagellata, dalam hal ini ”Zooflagellata” yang hidup sebagai plankton (freeliving) sebetulnya semuanya merupakan tipe holozoik dari alga yang berflagel seperti Pyrrophyta (Sachlan, 1982).
Beberapa flagelata diklasifikasikan sebagai Fitoflagelata, akan tetapi karena memiliki sedikit pigmen fotosintesis dan makan dengan cara memangsa maka dimasukkan ke dalam golongan zooplankton. Jenis ini paling banyak terdapat dalam peridinia dan paling banyak diketahui adalah Nocticula miliaris dengan  ciri – ciri memiliki diameter 200 – 1200 µm dan ditandai dengan flagelum yang panjangnya sama dengan tubuhnya, jenis ini dapat melakukan bioluminisense (Bougis, 1976).
Cilliata sebagian besar hidup bebas di air tawar, dan ada hanya beberapa golongan yang hidup di laut (golongan Tintinnidae). Cilliata ini merupakan zooplankton sejati di air tawar, tetapi banyak hidup diantara Periphyton atau di dasar sebagai bentos, dimana terdapat banyak detritus yang membusuk (Sachlan, 1982).
Rhizopoda merupakan zooplankton yang penting di air laut maupun air tawar, selain itu ia juga penting untuk ilmu Paleontologi dan Geologi. Rhizopoda memiliki arti kaki- kaki yang bentuknya seperti akar tumbuh- tumbuhan yang tidak teratur. Rhizopoda dianggap berasal dari genera-genera alga dari Saprophytic-type seperti Chloramoeba, Gametamoeba, dan Chrysamoeba. Rhizopora terdiri dari beberapa ordo:Amoebina, Foraminifera, Radiolaria dan Heliozoa (Sachlan, 1982). Contoh genus dari filum Protozoa antara lain : Paramecium, Vorticella, Dileptus, Dinoclonium, dan Rabdonella ( Hutabarat dan Evans, 1986).

2. Cnidaria
          Cnidaria terdiri dari klas Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa. Hanya pada kelas Hydrozoa, dimana Hydra juga termasuk dan terdiri dari spesies-spesies berupa ubur-ubur kecil yang hidup sebagai plankton (Sachlan, 1982).
Bentuk morfologi Cnidaria terkadang sangat rumit walaupun memiliki struktur yang sederhana. Cnidaria memiliki 2 lapisan sel, yaitu external dan lapisan internal yang dipisahkan oleh lapisan gelatin non selular yang disebut mesoglea. Karakteristik penting Cnidaria adalah adanya sel penyengat (nematocysts) yang menyuntikkan venum yang dapat melumpuhkan mangsanya (Bougis, 1976).
Termasuk dalam filum Cnidaria yang holoplanktonik ialah ubur-ubur dari kelas Hydrozoa dan Scypozoa, serta koloni-koloni yang kompleks dan aneh dikenal dengan nama sifonofora. Ubur-ubur dari kelas Scypozoa merupakan organisme plankton terbesar dan kadang-kadang terdapat dalam jumlah besar (Nybakken, 1992). Contoh genus dari filum Cnidaria antara lain : Obelia, Liriope, Bougaivillia, Diphyes ( Hutabarat dan Evans, 1986).

3. Ctenophora
          Filum Ctenophora yang secara taksonomi masih dekat dengan Cnidaria sebagian besar bersifat planktonik. Semua Ctenophora adalah karnivora rakus, yang menangkap mangsanya dengan tentakel- tentakel yang lengket atau dengan mulutnya yang sangat lebar. Untuk bergerak dalam air menggunakan deretan- deretan silia yang besar yang disebut stenes (Nybakken, 1992). Perbedaan Ctenophora dengan Cnidaria adalah tidak adanya sel penyengat (nematocysts) pada Ctebophora tetapi memiliki sel pelengket yang disebut coloblast dimana sel ini dapat melekatkan mangsanya (Bougis, 1976).
Ctenophora dahulu di masukkan dalam filum Coelenterata tetapi kemudian di pisahkan, karena tidak mempunyai nematokis dan hanya mempunyai     struktur-struktur seperti sisir (cteno). Spesies ini sangat transparan dan tidak berwarna (Sachlan, 1982). Contoh genus dari filum Ctenophora antara lain : Pleurobrachia, Velamen, Beroe ( Hutabarat dan Evans, 1986).
4. Annelida
Annelida ini cukup banyak terdapat sebagai meroplankton di laut. Di perairan air tawar jenis Annelida ini hanya terdapat lintah (ordo Hirudinae) dan dapat menjadi parasit pada ikan-ikan yang dipelihara di kolam. Banyak meroplankton dari Annelida ini terdapat di pantai-pantai yang subur, seperti halnya meroplankton dari Crustacea. Larva- larva Annelida bernama trochophore larva, jika baru keluar dari telur, berbentuk bulat atau oval, besilia dan mempunyai tractus digesvitus agar di lautan bebas dapat memakan nanoplankton dan detritus yang halus ( Sachlan, 1982).

5. Arthropoda
Menurut Nybakken (1992) bagian terbesar zooplankton adalah anggota filum arthropoda. Dari phylum Arthropoda hanya Crustacea yang hidup sebagai plankton dan merupakan zooplankton terpenting bagi ikan di perairan air tawar maupun air laut. Crustacea berarti hewan-hewan yang mempunyai sel yang terdiri dari kitin atau kapur yang sukar dicerna. Crustacea dapat dibagi menjadi 2 golongan: Entomostracea atau udang-udangan tingkat rendah dan Malacostracea atau udang-udangan tingkat tinggi. Sebagian besar dari larva Malacostracea merupakan meroplankton dan sebagian besar mati sebagai plankton karena di makan oleh spesies hewan yang lebih besar atau mati karena kekurangan makanan. Entomostracea yang terdiri dari ordo-ordo Branchiopoda, Ostracoda, Copepoda dan Cirripedia, tidak mempunyai stadium zoea seperti halnya Malocostracea. Entomostracea yang merupakan zooplankton ialah Cladocera, Ostracoda dan Copepoda, sedangkan dari Malacostracea hanya Mycidacea dan Euphausiacea yang merupakan zooplankton kasar atau makrozooplankton (Sachlan, 1982).
Salah satu subkelas Crustacea yang penting bagi perairan adalah Copepoda. Copepoda adalah crustacea holoplanktonik berukuran kecil yang mendominasi zooplankton di semua laut dan samudera. Pada umumnya copepoda yang hidup bebas berukuran kecil, panjangnya antara satu dan beberapa milimeter. Kedua antenanya yang paling besar berguna untuk menghambat laju tenggelamnya. Copepoda makan fitoplankton dengan cara menyaringnya melalui                rambut–rambut (setae) halus yang tumbuh di appendiks tertentu yang mengelilingi mulut (maxillae), atau langsung menangkap fitoplankton dengan apendiksnya (Nybakken, 1992).
Bougis (1974) menjelaskan bahwa copepoda merupakan biota plankton yang mendominasi jumlah tangkapan zooplankton yang berukuran besar       (2500 µm) pada suatu perairan dengan kelimpahan mencapai 30% atau lebih sepanjang tahun dan dapat meningkat sewaktu-waktu selama masa reproduksi.
Copepoda mendominasi populasi zooplankton di perairan laut dengan persentase berkisar antara 50-80% dari biomassa zooplankton dalam ekosistem laut. Beberapa diantaranya bersifat herbivor (pemakan fitoplankton) dan membentuk rantai makanan antara fitoplankton dan ikan. Copepoda merupakan organisme laut yang sangat beragam dan melimpah, dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam rantai makanan dan ekonomi lautan (Wickstead 1976).   Contoh genus dari Arthropoda antara lain Paracalanus, Pseudocalanus, Acartia, Euchaeta, Calanus, Oithona, Microsetella (Hutabarat dan Evans, 1986).

6. Moluska
Moluska terdiri dari klas Gastropoda, Pelecypoda (Bivalvea) dan Cephalopoda. Di periran air tawar, meroplankton dari Gastropoda dan Bivalvea tidak begitu berperan penting (Sachlan, 1982).
Filum Moluska biasanya terdiri dari hewan-hewan bentik yang lambat. Namun, terdapat pula bermacam moluscka yang telah mengalami adaptasi khusus agar dapat hidup sebagai holoplankton. Moluska planktonik yang telah mengalami modifikasi tertinggi ialah ptepropoda dan heteropoda.  Kedua kelompok ini secara taksonomi dekat dengan siput dan termasuk kelas Gastropoda. Ada dua tipe pteropoda, yang bercangkang (ordo Thecosomata) dan yang telanjang (ordo Gymnosomata). Pteropoda bercangkang adalah pemakan tumbuhan (herbivora), cangkangnya rapuh dan berenang menggunakan kakinya yang berbentuk sayap. Pteropoda telanjang dapat berenang lebih cepat daripada yang bercangkang. Heteropoda adalah karnivora berukuran besar dengan tubuh seperti agar-agar yang tembus cahaya (Nybakken, 1992). Contoh genus dari filum Moluska antara lain : Creseis, Limacina, Cavolina, Diacria, Squid ( Hutabarat dan Evans, 1986).

7. Echinodermata
Phylum Echinodermata hanya larva-larva dari beberapa ordo yang termasuk meroplankton. Ada larva yang bentuknya seperti larva Chordata, sehingga ada anggapan bahwa Chordata adalah keturunan Echinodermata. Genus-genus Echinodermata yang larva-larvanya merupakan meroplankton ialah Bipinaria, Brachiolarva dan Auricularia, yang ada pada waktunya akan mengendap semua pada dasar laut sebagai benthal-fauna (Sachlan, 1982).
Semua Echinodermata melalui fase larva pelagik dalam perkembangannya. Sama seperi hewan lainnya lamanya menjadi larva pelagik tergantung pada telurnya, kurang baik atau sudah bagus (Newell dan Newell, 1977). Contoh genus dari filum Echinodermata antara lain : Echinopluteus, Ophiopluteus, dan Auricularia   (Hutabarat dan Evans, 1986).

8. Chordata
Chordata termasuk dalam ordo Mamalia,menurut evolusi merupakan keturunan dari spesies-spesies yang hidup sebagai zooplankton dan bentuknya mirip dengan larva-larva Echinodermata. Dari 4 subfilum dari Chordata hanya ada 2 yang hidup sebagai zooplankton yaitu Enteropneusta dan Urochordata. Larva-larva dari Enteropneusta inilah yang bentuknya seperti larva Echinodermata, seperti Tornaria-larva (Sachlan, 1982). Contoh genus dari filum Chordata antara lain : Thalia, Oikopleura, dan Fritillaria (Hutabarat dan Evans, 1986).



Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelimpahan Zooplankton
Kelimpahan zooplankton pada suatu perairan dipengaruhi oleh faktor-faktor abiotik yaitu : suhu,  kecerahan, kecepatan arus, salinitas,pH, DO (Kennish, 1990; Sumich, 1992; Romimohtarto dan Juwana, 1999). Sedangkan faktor biotik yang dapat mempengaruhi distribusi zooplankton adalah bahan nutrien dan ketersedian makanan (Kennish, 1990; Sumich, 1992).

2.2.3.1.Suhu
Suhu perairan mempengaruhi keberadaan zooplankton secara fisiologis dan ekologis (Kennish, 1990). Secara fisiologis perbedaan suhu perairan sangat berpengaruh terhadap fekunditas, lama hidup, dan ukuran dewasa zooplankton. Secara ekologis perubahan suhu menyebabkan perbedaan komposisi dan kelimpahan zooplankton.
Suhu mempengaruhi daur hidup organisme dan merupakan faktor pembatas penyebaran suatu jenis dalam hal ini mempertahankan kelangsungan hidup, reproduksi, perkembangan dan kompetisi (Krebs, 1985). Sedangakan menurut Dawes  (1981) suhu yang baik bagi biota laut untuk hidup normal adalah            20 -35 ºC dengan fluktuasi tidak lebih dari 5 ºC. Menurut Ray dan Rao (1964) dalam Dawson (1979) suhu yang baik untuk kelimpahan zooplankton di daerah tropika secara umum berkisar antara 24˚C - 30˚C.

2.2.3.2.Kecerahan
Definisi dari kecerahan adalah jarak yang bisa ditembus cahaya dalam kolom air dan kedalaman merupakan fungsi dari kecerahan, sedangkan kekeruhan air adalah suatu ukuran bias cahaya di dalam air yang menunjukkan derajat kegelapan di dalam suatu perairan yang disebabkan adanya partikel- partikel yang hidup maupun yang mati yang dapat mengurangi transmisi cahaya (APHA, 1995). Semakin besar nilai kecerahan akan meningkatkan hasil produktifitas primer dalam bentuk biomassa yang merupakan pendukung utama kehidupan komunitas pada lingkungan tertentu (Tait, 1981).

2.2.3.3.Arus
Arus merupakan faktor utama yang membatasi penyebaran biota dalam perairan (Odum, 1971). Arus laut dapat membawa larva planktonik jauh dari habitat induknya menuju ke tempat mereka menetap dan berkembang (Jackson, 1986). Pada daerah mangrove, arus yang disebabkan pasang surut mempunyai pengaruh nyata terhadap distribusi plankton. Arus mempunyai arti penting dalam menentukam pergerakan dan distribusi plankton pada suatu perairan.  Arus merupakan sarana transportasi baku untuk makanan maupun oksigen bagi suatu organisme air (Hawkes, 1978). Pergerakan zooplankton terjadi secara vertikal pada beberapa lapisan perairan, tetapi kekuatan berenangnya sangat kecil bila dibandingkan dengan kekuatan arus tersebut (Hutabarat dan Evans, 1986; Nybakken, 1992).

2.2.3.4.Salinitas
Zooplankton memiliki kepekaan yang tinggi terhadap tingkat salinitas pada perairan di ekosistem mangrove. Tingkat toleransi pada tiap-tiap zooplankton sangat bervariasi (Kennish, 1990). Salinitas yang ekstrim dapat menghambat  pertumbuhan dan meningkatkan kematian pada zooplankton (Odum, 1993). Menurut Sachlan (1982), pada salinitas 0 - 10 ppt hidup plankton air tawar, pada salinitas 10 – 20 ppt hidup plankton air tawar dan laut, sedangkan pada salinitas yang lebih besar dari 20 ppt hidup plankton air laut.



2.2.3.5.Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan organisme perairan, sehingga sering dipakai untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan. Menurut Raymont (1963), pH dapat mempengaruhi plankton dalam proses perubahan dalam reaksi fisiologis dari berbagai jaringan maupun pada reaksi enzim. Tait (1981) menyatakan bahwa kisaran pH optimum bagi pertumbuhan plankton adalah 5,6-9,4.

2.2.3.6.Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut dalah gas untuk respirasi yang sering menjadi faktor pembatas dalam lingkungan perairan. Ditinjau dari segi ekosistem, kadar oksigen terlarut menentukan kecepatan metabolisme dan respirasi serta sangat penting bagi kelangsungan dan pertumbuhan organisme air. Kandungan oksigen terlarut akan berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas (Sachlan, 1982; Nybakken, 1988). Menurut Raymont (1963), konsentrasi dari oksigen terlarut paling rendah yang dibutuhkan oleh organisme perairan adalah 1 ppm.

2.2.3.7.Bahan Nutrien
Komponen nutrien utama yang sangat diperlukan dalam menentukan tingkat kesuburan perairan adalah nitrat dan fosfat. Nitrat (NO3) adalah komponen nitrogen yang paling melimpah keberadaannya di laut. Nitrogen merupakan bagian esensial dari seluruh kehidupan karena berfungsi sebagai pembentuk protein dalam jaringan sehingga aktifitas yang utama seperti fotosintesis dan respirasi tidak dapat berlangsung tanpa tersedianya nitrogen yang cukup (Ranoemihardjo dan Martosoedarmo, 1988).
Proses utama dalam metabolism nitrat adalah penyerapan pada proses fotosintesa fitoplankton, regenerasi nitrat melalui proses dekomposisi oksida bahan-bahan organik di bawah permukaan kolom air di permukaan sedimen, juga denitrifikasi yang terjadi dalam kondisi anaerob (Tait, 1981; Millero dan Sohn, 1992).
          Menurut Vollenweinder ( 1968) dalam Gunawati (1984) penentuan tingkat kesuburan perairan berdasarkan konsentrasi nitrat sebagai berikut :
< 0,226                  : kesuburan kurang
0,226 – 1,129        : kesuburan sedang
1,130 – 11,29        : kesuburan tinggi
Zooplankton memperoleh nitrogen organik dan anorganik dari fitoplankton dan mikroorganisme, kemudian mengekresikan nitrogen organik dalam feses yang akan mengendap atau menjadi terlarut. Aktivitas mikroorganisme bentik dapat merubah nitrogen organik menjadi anorganik di dalam sedimen. Bakteri juga berperan dalam siklus nitrogen yaitu merubah nitrogen organik terlarut menjadi anorganik. (Tait, 1981; Meadows dan Campbell, 1993).
Nutien tidak secara langsung dibutuhkan zooplankton. Fitoplankton menggunakan nitrat untuk perkembangannya. Perkembangan fitoplankton akan mempengaruhi pula perkembangan zooplankton, hal ini dikarenakan fitoplankton adalah makanan utama bagi zooplankton (Wickstead, 1965).
Fosfat merupakan faktor pembatas bagi produktifitas suatu perairan. Perairan dengan kandungan fosfat yang tinggi melebihi kebutuhan normal organisme nabati yang ada di perairan tersebut, maka akan menyebabkan terjadinya eutofikasi ( Nybakken, 1992). Secara alamiah, fosfor tidak terdapat dalam bentuk bebas namun dalam bentuk fosfat. Dalam sistem perairan, fosfat berada dalam bentuk fosfat terlarut atau fosfat organik yang terkandung dalam biota plankton (Tait, 1981; Michael, 1994).
          Joshimura (1976) dalam Wardoyo (1982) menggolongkan tingkat kesuburan perairan berdasarkan konsentrasi fosfat terlarut sebagai berikut :
< 0,02                    : rendah
0,021 – 0,05          : cukup
0,051 – 0,10          : baik

2.2.3.8.Ketersediaan Makanan
Distribusi zooplankton melimpah di perairan berkaitan erat dengan ketersediaan makanan atau fitoplankton sebagai makanannya ( Meadows dan Campbell, 1993). Wijayanti et al. (1995) menambahkan bahwa komposisi dari komunitas zooplankton bervariasi dari tahun ke tahun dikarenakan perubahan makanan dan lingkungan tempat hidupnya. Jenis fitoplankton yang dimakan zooplankton antara lain Chaeteceros, Skeletonema, Fraggilaria, Oscillatoria, Ceratium (Soedibjo, 2006).

fitoplankton


Fitoplankton
Pengertian Fitoplankton
Fitoplankton adalah sekelompok dari biota tumbuh-tumbuhan autotrof, mempunyai klorofil dan pigmen lainnya di dalam selnya dan mampu untuk menyerap energi radiasi dan CO2 untuk melakukan fotosintesis. Biota tersebut mampu mensintesis bahan-bahan anorganik untuk dirubah menjadi bahan organik (yang terpenting yaitu karbohidrat) (Zhong, 1989).
Seluruh plankton dari golongan fitoplankton memiliki warna, dimana sebagian berwarna hijau karena mengandung berbagai jenis pigmen klorofil, yaitu klorofil –a sampai klorofil –d. Meskipun demikian, penamaan atau penggolongan algae berdasarkan kepada dasar warna, meskipun kandungan pigmen terdiri dari beberapa pigmen (Sachlan, 1982).
Klasifikasi fitoplankton
Fitoplankton dicirikan dengan pigmen yang berkaitan dengan proses fotosintesa. Selanjutnya proses fotosintesa yang dilakukan oleh algae berkaitan dengan klorofil a (kecuali pada alga hijau biru), dimana pigmen tersebut merupakan sel organ kloroplas. Pigmen yang terdapat dalam kloroplas tersebut digunakan sebagai kriteria untuk mengelompokkan alga ke dalam kelas (Bold dan Wynne, 1985).
Menurut Romimohtarto dan Juwana (2001) meskipun membentuk sejumlah biomasa di laut, fitoplankton ini hanya diwakili oleh beberapa divisi saja, sebagian besar diantaranya bersel satu dan bersifat mikroskopik. Sachlan (1982) membagi algae menjadi beberapa divisi yaitu : Cyanophyta (alga hijau biru), Chlorophyta (alga hijau), Chrysophyta (alga kuning), Pyrrophyta (dinoflagellata), Euglenophyta, Phaeophyta (alga coklat), Rhodhophyta (alga merah).
  1. Cyanophyceae
Cyanophyceae atau ganggang hijau biru merupakan fitoplankton yang bersifat prokariotik. Bentuk sel Cyanophyceae umumnya berupa sel tunggal, koloni atau filamen. Dalam bentuk koloni atau filamen alga ini mampu melakukan proses fiksasi nitrogen sehingga dapat menyebabkan ledakan populasi blooming baik diperairan tawar maupun perairan laut (Sachlan, 1982).
Menurut Sumich (1992) Cyanophyceae umumnya ditemukan melimpah didaerah intertidal dan estuari tetapi dapat dijumpai pula diperairan tropis dan sub tropis. Salah satu jenis Cyanophyceae yang sering ditemukan diperairan yang mengandung zat hara yang rendah adalah dari jenis Tricodesmium. Pada kelas cyanophyceae adaptasi pengapungannya yaitu dengan memanfaatkan bentuk sel-selnya untuk membentuk rantai seperti pada Tricodesmium.
               Fitoplankton dari kelas Cyanophyceae mempunyai sifat-sifat khas, antara lain : (1) memilki toleransi terhadap keadaan kering biasanya dari genus Oscillatoria; (b) memilki toleransi terhadap suhu tertentu pada genus (Oscillatoria); (c) beberapa jenis alga biru mampu mengikat molekul zat lemas (N2) dari udara, apabila dalam tanah tidak terdapat nitrat; (d) belum mempunyai inti yang sempurna (Sachlan, 1982). Reproduksi Cyanophyceae dengan pembelahan diri (cell division). Pada proses ini terjadi pemisahan sel keturunan yang kemudian tumbuh dan berkembang membentuk koloni atau filament (Bold and Wyne, 1985). Bentuk koloni dan fillament Cyanophyceae dihasilkan oleh fragmentasi sel induk yang kemudian memisah dan menjadi individu baru. Potongan fragment dari trichome disebut hormogonia dan dihasilkan dari proses pemisahan pada dinding sel trichome atau oleh sel yang mati dan menjadi separation disc (Sharma, 1992).


  1.   Chlorophyceae
               Nama yang popular untuk Chlorophyceae adalah alga hijau. Hal itu dikarenakan warna yang dimilikinya. Warna itu diakibatkan oleh klorofil yang terdapat dalam tubuhnya yaitu klorofil a dan b yang terdiri dari :  α, β, γ carotenes dan beberapa xanthophylls, 2-5-thylakoids/stack (Bold dan wyne, 1985). Produk yang dihasilkan dari alga ini adalah berupa kanji (amilose dan amilopektin), beberapa dapat menghasilkan produk berupa minyak. Alga ini sangat penting sebagai sumber makanan bagi protozoa dan hewan air (Kimball, 1996)
Banyak diantara anggota divisi ini yang benar-benar menyerupai tumbuhan. Keberadaan dinding sel yang terdiri dari klorofil a dan b adalah ciri-ciri tumbuhan dan hal ini menunjukkan bahwa alga hijau merupakan kerabat dekat protista. Reproduksi dilakukan dengan pembelahan biasa. Dinding sel terbuat dari selulosa, hydroxyl-proline glucosides, xilans, dan mannans. Kelas ini biasanya melimpah pada perairan yang relatif tenang. (Arinardi et al., 1997).     
3.        Dinophyceae
               Alga jenis ini lebih populer dengan sebutan Dinoflagellata. Klorofil yang terdapat dalam tubuhnya adalah klorofil a dan c yang terdiri dari : β  carotenes dan beberapa xanthophylls, 2-6-thylakoids/stack (Bold dan wyne, 1985). Produk yang dihasilkan dari alga ini adalah berupa kanji, α-1-4-glucan, beberapa dapat berupa minyak. Dinoflagellata merupakan produser primer kedua setelah diatom. Kelas Dynophyceae berukuran kecil, uniseluler, memiliki dua cambuk yang dapat digunakan untuk bergerak, dinding tipis atau berkotak-kotak dan memiliki warna kuning-hijau dan kemerah-merahan (Sachlan, 1982).
               Menurut Boney (1989) struktur Dinoflagellata dapat dibagi menjadi dua yaitu bagian atas (apical) yang dinamakan epitheca (episome/epicone) dan bagian bawah (antapical) yang disebut hipotheca (hyposome/hypocome) diantaranya terdapat satu bagian seperti sabuk yang disebut girdle (cingulum). Selain girdle terdapat suatu lekukan yang berawal pada girdle dan mengarah ke antapical, yaitu sulcus. Bagian yang memperlihatkan sulcus disebut dorsal. Girdle dan sulcus masing-masing memiliki satu flagel, yaitu flagel transversum (dalam girdle) dan flagel longitudinal (dalam sulcus). Fungsi flagel transversum adalah untuk berenang sedangkan flagel longitudinal digunakan untuk kemudi. Oleh karena itu gerak dari Dinoflagellata merupakan gerak memutar atau berguling-guling. Kedua flagel bermuara pada lubang pertemuan antar sulcus dan girdle (Boney,1989).
               Reproduksi pada Dinoflagellata umumnya adalah dengan pembelahan sel. Laju pembelahan ini akan sangat tinggi bila lingkungannya optimal, meskipun terdapat variasi antarjenis dan antarwaktu (Nontji, 2008). Lebih lanjut dijelaskan oleh Sachlan (1982), bahwa cara perkembangbiakannya melalui proses pembelahan. Dalam sel antara kotak-kotak selanjutnya memisahkan diri dan masing-masing bagian membuat dinding sel baru.
4.        Bacillariophyceae 
               Diatom yang merupakan sebutan lain untuk kelas Bacillariophyceae, merupakan fitoplankton yang dominan di laut. Bentuk diatom dapat berupa sel tunggal atau rangkaian sel panjang, setiap sel dilindungi oleh dinding silica yang menyerupai kotak (Sachlan, 1982; Arinardi et al., 1994). Jenis-jenis diatom yang banyak ditemukan di perairan pantai atau mulut sungai adalah chaetoceros, rhizosolenia, dan coscinodiscus (Arinardi et al., 1994). Distribusi diatom sangat luas meliputi air laut sampai air tawar, baik dalam komunitas plankton maupun bentik. Kondisi ini disebabkan oleh kemampuan reproduksi diatom yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok fitoplankton lainnya.
               Struktur cangkang Diatom diibaratkan sebagai sebuah kotak bersama tutupnya karena terdiri dari dua bagian yang cocok satu sama lain. Dinding (bersama selnya) disebut frustula. Morfologi frustula terdiri dari dua valva (valve) setangkup bagaikan cawan petri (petri disk) yang dihubungkan oleh sabuk-sabuk penghubung yang saling tumpang tindih dan bersama-sama membentuk gelang (girdle). Valve yang lebih besar dinamakan epiteka (epitheca) dan valve yang lebih kecil dinamakan hipoteka (hipotheca). Protoplasma seluruhnya terletak didalam cangkang, tetapi untuk pertukaran hasil-hasil metaboliknya dihubungkan oleh rafe (raphae) dalam valve pada jenis-jenis tertentu atau melalui pori-pori kecil pada jenis yang lain (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
               Berdasarkan bentuknya, diatom dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok centric diatom dan kelompok pennate diatom. Kelompok centrales memiliki bentuk valve yang tersusun secara radial atau terkonsentrasi satu titik (Lalli dan Parsons, 1997). Umumnya kelompok ini mempunyai gambaran bentuk dinding sel bulat, silindris, atau segitiga dan sebagian besar bersifat planktonik. Sedangkan kelompok pennate memiliki bentuk yang panjang dengan simetris bilateral sepanjang sumbu katup dinding sel (Lalli dan Parsons, 1997).