Minggu, 08 April 2012

fitoplankton


Fitoplankton
Pengertian Fitoplankton
Fitoplankton adalah sekelompok dari biota tumbuh-tumbuhan autotrof, mempunyai klorofil dan pigmen lainnya di dalam selnya dan mampu untuk menyerap energi radiasi dan CO2 untuk melakukan fotosintesis. Biota tersebut mampu mensintesis bahan-bahan anorganik untuk dirubah menjadi bahan organik (yang terpenting yaitu karbohidrat) (Zhong, 1989).
Seluruh plankton dari golongan fitoplankton memiliki warna, dimana sebagian berwarna hijau karena mengandung berbagai jenis pigmen klorofil, yaitu klorofil –a sampai klorofil –d. Meskipun demikian, penamaan atau penggolongan algae berdasarkan kepada dasar warna, meskipun kandungan pigmen terdiri dari beberapa pigmen (Sachlan, 1982).
Klasifikasi fitoplankton
Fitoplankton dicirikan dengan pigmen yang berkaitan dengan proses fotosintesa. Selanjutnya proses fotosintesa yang dilakukan oleh algae berkaitan dengan klorofil a (kecuali pada alga hijau biru), dimana pigmen tersebut merupakan sel organ kloroplas. Pigmen yang terdapat dalam kloroplas tersebut digunakan sebagai kriteria untuk mengelompokkan alga ke dalam kelas (Bold dan Wynne, 1985).
Menurut Romimohtarto dan Juwana (2001) meskipun membentuk sejumlah biomasa di laut, fitoplankton ini hanya diwakili oleh beberapa divisi saja, sebagian besar diantaranya bersel satu dan bersifat mikroskopik. Sachlan (1982) membagi algae menjadi beberapa divisi yaitu : Cyanophyta (alga hijau biru), Chlorophyta (alga hijau), Chrysophyta (alga kuning), Pyrrophyta (dinoflagellata), Euglenophyta, Phaeophyta (alga coklat), Rhodhophyta (alga merah).
  1. Cyanophyceae
Cyanophyceae atau ganggang hijau biru merupakan fitoplankton yang bersifat prokariotik. Bentuk sel Cyanophyceae umumnya berupa sel tunggal, koloni atau filamen. Dalam bentuk koloni atau filamen alga ini mampu melakukan proses fiksasi nitrogen sehingga dapat menyebabkan ledakan populasi blooming baik diperairan tawar maupun perairan laut (Sachlan, 1982).
Menurut Sumich (1992) Cyanophyceae umumnya ditemukan melimpah didaerah intertidal dan estuari tetapi dapat dijumpai pula diperairan tropis dan sub tropis. Salah satu jenis Cyanophyceae yang sering ditemukan diperairan yang mengandung zat hara yang rendah adalah dari jenis Tricodesmium. Pada kelas cyanophyceae adaptasi pengapungannya yaitu dengan memanfaatkan bentuk sel-selnya untuk membentuk rantai seperti pada Tricodesmium.
               Fitoplankton dari kelas Cyanophyceae mempunyai sifat-sifat khas, antara lain : (1) memilki toleransi terhadap keadaan kering biasanya dari genus Oscillatoria; (b) memilki toleransi terhadap suhu tertentu pada genus (Oscillatoria); (c) beberapa jenis alga biru mampu mengikat molekul zat lemas (N2) dari udara, apabila dalam tanah tidak terdapat nitrat; (d) belum mempunyai inti yang sempurna (Sachlan, 1982). Reproduksi Cyanophyceae dengan pembelahan diri (cell division). Pada proses ini terjadi pemisahan sel keturunan yang kemudian tumbuh dan berkembang membentuk koloni atau filament (Bold and Wyne, 1985). Bentuk koloni dan fillament Cyanophyceae dihasilkan oleh fragmentasi sel induk yang kemudian memisah dan menjadi individu baru. Potongan fragment dari trichome disebut hormogonia dan dihasilkan dari proses pemisahan pada dinding sel trichome atau oleh sel yang mati dan menjadi separation disc (Sharma, 1992).


  1.   Chlorophyceae
               Nama yang popular untuk Chlorophyceae adalah alga hijau. Hal itu dikarenakan warna yang dimilikinya. Warna itu diakibatkan oleh klorofil yang terdapat dalam tubuhnya yaitu klorofil a dan b yang terdiri dari :  α, β, γ carotenes dan beberapa xanthophylls, 2-5-thylakoids/stack (Bold dan wyne, 1985). Produk yang dihasilkan dari alga ini adalah berupa kanji (amilose dan amilopektin), beberapa dapat menghasilkan produk berupa minyak. Alga ini sangat penting sebagai sumber makanan bagi protozoa dan hewan air (Kimball, 1996)
Banyak diantara anggota divisi ini yang benar-benar menyerupai tumbuhan. Keberadaan dinding sel yang terdiri dari klorofil a dan b adalah ciri-ciri tumbuhan dan hal ini menunjukkan bahwa alga hijau merupakan kerabat dekat protista. Reproduksi dilakukan dengan pembelahan biasa. Dinding sel terbuat dari selulosa, hydroxyl-proline glucosides, xilans, dan mannans. Kelas ini biasanya melimpah pada perairan yang relatif tenang. (Arinardi et al., 1997).     
3.        Dinophyceae
               Alga jenis ini lebih populer dengan sebutan Dinoflagellata. Klorofil yang terdapat dalam tubuhnya adalah klorofil a dan c yang terdiri dari : β  carotenes dan beberapa xanthophylls, 2-6-thylakoids/stack (Bold dan wyne, 1985). Produk yang dihasilkan dari alga ini adalah berupa kanji, α-1-4-glucan, beberapa dapat berupa minyak. Dinoflagellata merupakan produser primer kedua setelah diatom. Kelas Dynophyceae berukuran kecil, uniseluler, memiliki dua cambuk yang dapat digunakan untuk bergerak, dinding tipis atau berkotak-kotak dan memiliki warna kuning-hijau dan kemerah-merahan (Sachlan, 1982).
               Menurut Boney (1989) struktur Dinoflagellata dapat dibagi menjadi dua yaitu bagian atas (apical) yang dinamakan epitheca (episome/epicone) dan bagian bawah (antapical) yang disebut hipotheca (hyposome/hypocome) diantaranya terdapat satu bagian seperti sabuk yang disebut girdle (cingulum). Selain girdle terdapat suatu lekukan yang berawal pada girdle dan mengarah ke antapical, yaitu sulcus. Bagian yang memperlihatkan sulcus disebut dorsal. Girdle dan sulcus masing-masing memiliki satu flagel, yaitu flagel transversum (dalam girdle) dan flagel longitudinal (dalam sulcus). Fungsi flagel transversum adalah untuk berenang sedangkan flagel longitudinal digunakan untuk kemudi. Oleh karena itu gerak dari Dinoflagellata merupakan gerak memutar atau berguling-guling. Kedua flagel bermuara pada lubang pertemuan antar sulcus dan girdle (Boney,1989).
               Reproduksi pada Dinoflagellata umumnya adalah dengan pembelahan sel. Laju pembelahan ini akan sangat tinggi bila lingkungannya optimal, meskipun terdapat variasi antarjenis dan antarwaktu (Nontji, 2008). Lebih lanjut dijelaskan oleh Sachlan (1982), bahwa cara perkembangbiakannya melalui proses pembelahan. Dalam sel antara kotak-kotak selanjutnya memisahkan diri dan masing-masing bagian membuat dinding sel baru.
4.        Bacillariophyceae 
               Diatom yang merupakan sebutan lain untuk kelas Bacillariophyceae, merupakan fitoplankton yang dominan di laut. Bentuk diatom dapat berupa sel tunggal atau rangkaian sel panjang, setiap sel dilindungi oleh dinding silica yang menyerupai kotak (Sachlan, 1982; Arinardi et al., 1994). Jenis-jenis diatom yang banyak ditemukan di perairan pantai atau mulut sungai adalah chaetoceros, rhizosolenia, dan coscinodiscus (Arinardi et al., 1994). Distribusi diatom sangat luas meliputi air laut sampai air tawar, baik dalam komunitas plankton maupun bentik. Kondisi ini disebabkan oleh kemampuan reproduksi diatom yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok fitoplankton lainnya.
               Struktur cangkang Diatom diibaratkan sebagai sebuah kotak bersama tutupnya karena terdiri dari dua bagian yang cocok satu sama lain. Dinding (bersama selnya) disebut frustula. Morfologi frustula terdiri dari dua valva (valve) setangkup bagaikan cawan petri (petri disk) yang dihubungkan oleh sabuk-sabuk penghubung yang saling tumpang tindih dan bersama-sama membentuk gelang (girdle). Valve yang lebih besar dinamakan epiteka (epitheca) dan valve yang lebih kecil dinamakan hipoteka (hipotheca). Protoplasma seluruhnya terletak didalam cangkang, tetapi untuk pertukaran hasil-hasil metaboliknya dihubungkan oleh rafe (raphae) dalam valve pada jenis-jenis tertentu atau melalui pori-pori kecil pada jenis yang lain (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
               Berdasarkan bentuknya, diatom dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok centric diatom dan kelompok pennate diatom. Kelompok centrales memiliki bentuk valve yang tersusun secara radial atau terkonsentrasi satu titik (Lalli dan Parsons, 1997). Umumnya kelompok ini mempunyai gambaran bentuk dinding sel bulat, silindris, atau segitiga dan sebagian besar bersifat planktonik. Sedangkan kelompok pennate memiliki bentuk yang panjang dengan simetris bilateral sepanjang sumbu katup dinding sel (Lalli dan Parsons, 1997). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar